1.1 Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, dunia telah diguncangkan oleh pandemi Corona Virus (COVID-19) yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina. Menurut World Health Organization (WHO) COVID-19 adalah “penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin mengembangkan penyakit serius. Penularannya dimulai dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dapat dari manusia ke manusia. Orang yang umurnya lansia dan penyakitan, sangat rentan jika terpapar COVID-19 hingga dapat menyebabkan kematian.”
Di Indonesia, COVID-19 mulai teridentifikasi pada awal bulan Maret 2020, dan hingga saat penelitian ini dilakukan tercatat total kasus positif COVID-19 adalah sebanyak 252.923 jiwa, dengan kasus aktif positif sebanyak 58.788, kasus sembuh sebanyak 184.298, dan kasus meninggal dunia sebanyak 9.837 jiwa yang tercatat pada
tanggal 23 September 2020 (https://covid19.go.id/peta-sebaran). Indonesia memiliki kasus kematian COVID-19 tertinggi di negara ASEAN.
Dunia terpaksa mengeluarkan ketentuan darurat atas pandemi yang sedang berlangsung sampai sekarang ini, yaitu dengan penerapan lockdown dan kebijakan- kebijakan lainnya demi menghentikan penyebaran COVID-19. Di Indonesia sendiri pemerintah menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), berdasar Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2020, di beberapa daerah yang memiliki kasus positif COVID-19 tinggi. Permberlakuan PSBB ini dimulai sejak tanggal 9 April 2020 khususnya di DKI Jakarta yang berlangsung selama 2 minggu, namum diperpanjang hingga 3 bulan. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan karantina dalam rumah dan menerapkan sistem Work From Home untuk para pekerja pada umumnya. Salah satu pengecualian atas penerapan sistem tersebut adalah pada sektor perbankan.
Menurut Iskandar et al, 2020, dampak pada sektor ekonomi pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia, antara lain:
1. “Terjadinya PHK besar-besaran. Hasil data yang didapat yaitu ≥ 1,5 juta pekerja di rumahkan dan terkena PHK yang mana 90% pekerja di rumahkan dan pekerja yang di PHK sebesar 10%. (Kemnaker, 2020)”
2. “Terjadinya penurunan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Jakarta mencapai 45,3% pada Jakarta 2020.”
3. “Terjadinya punurunan impor sebesar 3,7% pada triwulan I.”
4. “Terjadinya inflasi yang telah mencapai pada angka 2,96% year-on-year (yoy) yang telah disumbangkan dari harga emas dan komoditas pangan pada Maret 2020.”
5. “Terjadinya keterbatalan penerbangan yang mengakibatkan penurunan pendapatan di sektor tersebut. Kerugian yang dirasakan mencapai Rp. 207 miliar.”
6. “Pada 6 ribu hotel telah terjadi penurunan penempatan hingga mencapai 50%.
Hal tersebut bisa mengakibatkan kehilangan devisa pariwisata.”
Selain dari dampak diatas, dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan perbankan di Indonesia juga sangat diperhatikan dan dijaga ketat agar tidak terjadi krisis moneter seperti tahun 1998 dan 2008. Banyak nasabah bank yang akan menarik dana simpanan yang besar untuk keperluannya bertahan dimasa pandemi COVID-19, dan akan banyak sekali debitur pinjaman yang akan menunggak pembayaran kredit.
Risiko yang akan dialami perbankan pada masa pandemi ini sangat besar dan yang menjadi pertanyaan adalah apakah bank dapat mempertahankan tingkat kesehatan bank mereka di masa pandemi ini. Penelitian ini akan mengukur kesehatan perbankan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings & Capital berdasarkan Peratutan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris tingkat kesehatan bank pada masa pandemi COVID-19 dan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dan pemerintah akan dampak COVID-19 terhadap perekonomian di Indonesia, khususnya sektor perbankan terkait tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR.
1.2 Identifikasi Masalah
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat disimpulkan bahwa
“usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya”. Dalam masa pandemik ini, dunia perbankan pastinya akan mengalami kesulitan dan harus melewati tantangan yang sulit dari Dana Pihak Ketiga (DPK) terkait simpanan maupun kredit demi menjaga kesehatan bank dan kelancaran dalam tiga kegiatan pokoknya.
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 dan 2008, memberikan pengalaman untuk pemerintah dan perbankan dalam menghadapi tantangan saat pandemi ini.
Khususnya pada krisis terakhir di tahun 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan stimulus dan peraturan untuk mengurangi dampak krisis global bagi perekonomian nasional. “Pemerintah juga menerapkan berbagai kebijakan counter-cyclical untuk memutar siklus ekonomi yang sedang menurun ke arah yang lebih positif, seperti peluncuran program stimulus fiskal untuk mempertahankan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha menghadapi krisis global, menciptakan kesempatan kerja dan menyerap dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melalui kebijakan pembangunan infrastruktur padat karya. Dalam hal stimulus fiskal,
pemerintah telah mengeluarkan dana sebesar Rp71,3 triliun” (Bappenas/Kementerian PPN, 2008)
Tantangan perbankan di Indonesia saat pandemi COVID-19 ini adalah bagaimana cara mempertahankan tingkat kesehatan bank dimana ekonomi dapat dikatakan melemah dan diprediksikan akan mengalami resesi. Perbankan di Indonesia harus melakukan inovasi terhadap produk, jasa dan aktivitasnya dengan perlu memerhatikan kinerja manajemen risiko dengan baik dan optimal di masa pandemik ini. Perbankan di Indonesia akan rentan dalam melakukan praktik kecurangan karena persaingan yang ketat dan terkena dampak dari COVID 19 dengan menyembunyikan kekurangan (window dressing) dari kondisi keuangan mereka yang sebenarnya dari mata publik.
Kondisi ini dapat meresahkan publik dimana publik tidak mempercayai sistem perbankan dan terjadinya bank panic yaitu penarikan simpanan besar-besaran dan dapat memicu krisis ekonomi. Oleh karena itu demi menghindari kecurangan dan kekacauan kondisi ekonomi sama halnya seperti pada tahun 2008, Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan regulasi No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Counter-Cyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019, yang berlaku kepada debitur yang terkena dampak COVID 19. Kebijakan ini juga membantu perbankan Indonesia dalam mempertahankan tingkat kesehatan dan stabilitas sistem keuangannya dengan pengubahan penilaian kualitas kredit dan restrukturisasi kredit. Kebijakan ini berlaku
PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menilai tingkat kesehatan Bank Umum dengan menggunakan metode CAMELS (Capital Adequecy Ratio, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity). Namun peraturan tersebut dicabut dan digantikan dengan PBI Nomor 13/1/PBI/2011 yang kemudian digantikan lagi dengan Peratutan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dimana peraturan tersebut menggunakan dua rating system perpaduan Metode CAMELS dan Risk Profile. Risk Profile terdiri dari 8 indikator risiko, diantaranya adalah risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko strategis, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko kepatuhan. Sehingga penggabungan dua metode menjadi 4 faktor penilaian Risk Based Bank Rating (RBBR) menjadi single rating system, yaitu Risk Profile, GCG, Earnings, Capital.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian akan dilakukan dalam lingkup penilaian tingkat kesehatan perbankan Bank Umum Konvensional, jangka waktu penelitian ini dari tahun 2019-2020.
1.4 Perumusan Masalah
1.4.1 Bagaimana pengaruh COVID-19 terhadap tingkat kesehatan perbankan pada Bank Umum Konvensional ditinjau dari Risk Profile?
1.4.2 Bagaimana pengaruh COVID-19 terhadap tingkat kesehatan perbankan pada Bank Umum Konvensional ditinjau dari Rentabilitas?
1.4.3 Bagaimana pengaruh COVID-19 terhadap tingkat kesehatan perbankan pada Bank Umum Konvensional ditinjau dari Permodalan?
1.4.5 Bagaimana pengaruh COVID-19 terhadap tingkat kesehatan perbankan pada Bank Umum Konvensional ditinjau dari Peringkat Komposit?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh COVID- 19 terhadap kesehatan perbankan (Bank Umum Konvensional) di Indonesia periode 2019-2020.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penilitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris seberapa pengaruh COVID-19 terhadap tingkat kesehatan perbankan menggunakan pendekatan risiko (RBBR) di Indonesia, terkait DPK pada Bank Umum Konvensional tahun 2019-2020. Untuk penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai skripsi tugas akhir syarat kelulusan dan memberikan wawasan terkait penelitian ini. Untuk Perbankan penelitian ini akan memberikan wawasan terhadap hasil akhir penelitian ini dimana manfaatnya dapat menerapkan kebijakan yang tepat
untuk memperbaiki atau mempertahankan tingkat kesehatan bank. Untuk pemerintah penelitian ini dapat memberikan hasil dari dampak COVID-19 terhadap tingkat kesehatan bank, yang dimana kedepannya pemerintah dapat memberlakukan kebijakan kepada masyarakat untuk mendukung tingkat kesehatan bank itu sendiri.
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V.
BAB I PENDAHULUAN. Menjelaskan bab ini latarbelakang masalah yang terjadi, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penilitian, dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini membahas penelitian awal, landasan teori pengertian bank, laporan keuangan, tingkat kesehatan bank, kerangka penelitian dan hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan menjelaskan desain penelitian, teknik penelitian, sumber data, dan teknik analisis serta pengolahan data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas data dan analisis dari perumusan dan kriteria pada bab tiga, sehingga penulis mendapatkan perbandingan dari kriteria yang telah ditentukan dan dapat mengolah data kuantitatif menjadi keseluruhan analisis.
BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan membahas kesimpulan dan saran dari bab satu hingga bab empat penelitian.