• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Jurnal Institut Pemerintahan Dalam Negeri

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Jurnal Institut Pemerintahan Dalam Negeri"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP SENJANGAN

ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT Tun Huseno

Program Studi Keuangan Daerah Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kampus Sumatera Barat

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan baik secara parsial maupun simultan terhadap senjangan anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 responden dan diambil secara purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang dikumpulkan dengan teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing pejabat eselon III dan IV di SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil analisis hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran.

Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran. Ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap senjangan anggaran. Hipotesis secara simultan menunjukan partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap senjangan anggaran.

kata kunci : partisipasi anggaran, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan. senjangan anggaran

I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Anggaran mempunyai peranan penting dalam proses perencanaan untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Anggaran tidak hanya penting bagi sektor swasta, tetapi juga penting bagi sektor publik. Jika anggaran sektor swasta cenderung tertutup untuk publik, memiliki tujuan untuk mendapatkan profit dan memiliki pertanggungjawaban kepada pemegang saham atau kreditor, maka anggaran sektor publik bersifat terbuka untuk publik, memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat (non profit) dan memiliki pertanggungjawaban kepada publik (Mardiasmo,2009).

(2)

Tidak hanya sebagai alat perencanaan, anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Mardiasmo, 2009). Anggaran memiliki peran yang cukup vital dalam pelaksanaan program- program pemerintah. Pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya untuk menggerakkan pembangunan sosial, ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Laju pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari efektifnya manajemen keuangan daerah dalam mengelola dan mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas. Sebaliknya, pengelolaan dan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas mencerminkan perencanaan daerah yang relatif lemah dan dapat menyebabkan pembangunan suatu daerah menjadi terhambat.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran masih menunjukkan hasil yang bertentangan. Penelitian yang dilakukan Djasuli (2011), menghasilkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan senjangan anggaran. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2012), Dwisariasih (2013) serta Riansah (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Desmiyawati (2009) dan Ardila (2013), menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran. Semakin tinggi partisipasi anggaran maka akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran. Partisipasi yang ditandai dengan komunikasi positif antar para manajer akan mengurangi senjangan anggaran.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian para peneliti ditengahi dengan digunakannya teori kontijensi (contingency approach). Teori kontijensi menjelaskan bahwa perbedaan hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran mungkin disebabkan oleh perbedaan situasi atau kondisional, Govindarajan (1986). Teori kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel

(3)

Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya perbedaan hubungan antara partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dwisariasih (2013), selain menghasilkan hubungan positif signifikan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran pada seluruh SKPD di kota Padang, Dwisariasih (2013) juga menemukan bahwa kekohesifan kelompok mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian yang dilakukan Djasuli (2011) pada SKPD Bangkalan menghasilkan hubungan signifikan positif antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran, serta menghasilkan group cohesiveness sebagai variabel pemoderasi antara hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Berdasarkan ketidakkonsitenan hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan dengan senjangan anggaran di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh secara parsial terhadap senjangan anggaran pemerintah provinsi Sumatera Barat ?

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh secara parsial terhadap senjangan anggaran pemerintah provinsi Sumatera Barat ?

3. Apakah ketidakpastian anggaran berpengaruh secara parsial terhadap senjangan anggaran pemerintah provinsi Sumatera Barat ?

4. Apakah partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh secara simultan terhadap senjangan anggaran pemerintah provinsi Sumatera Barat ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji dan menganalisis pengaruh partisipasi anggaran secara parsial terhadap senjangan anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

2. Menguji dan menganalisis pengaruh komitmen organisasi secara parsial terhadap senjangan anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

(4)

3. Menguji dan menganalisis pengaruh ketidakpastian anggaran secara parsial terhadap senjangan anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

4. Menguji dan menganalisis pengaruh partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh secara simultan terhadap senjangan anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

II. Landasan Teori dan Hipotesis A. Senjangan Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan (2006) budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. Hansen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa senjangan anggaran muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meningkatkan biaya dengan sengaja.

Definisi mengenai senjangan anggaran (budgetary slack) menurut Young (1985)

“ ….budgetary slack is defined as the amount by which a subordinate understates his productive capability when given a chance to select a work standard against whisch his performance will be evaluated”

Definisi di atas menerangkan senjangan anggaran adalah sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya. Artinya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya.

Konsep senjangan anggaran juga dapat dijelaskan dengan teori keagenan atau pendekatan agency theory. Dalam hubungan keagenan terdapat dua pihak yang melakukan kesepakatan yakni yang memberikan kewenangan yang disebut principal dan yang menerima kewenangan disebut agent. Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalahagent dan legislatif adalah principal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa senjangan anggaran merupakan perbedaan antara anggaran yang telah direncanakan dengan pelaksanaan sesungguhnya.

(5)

Partisipasi anggaran merupakan salah satu tujuan dari sistem pengendalian manajemen yang akan mendorong manajer agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai cita-cita organisasi (Anthony dan Govindarajan,2006). Disisi lain, Brownell (1982) mengatakan bahwa partisipasi penganggaran merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.

Partisipasi anggaran juga dapat dijelaskan dengan teori keagenan (agency theory). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) dengan pihak yang menerima wewenang (agent). Berdasarkan teori keagenan, dalam pemerintahan daerah anggaran partisipatif merupakan proses kerjasama antara agen dan prinsipal dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penganggaran daerah.

Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran adalah keterlibatan individu dalam proses penyusunan anggaran dan akan mempengaruhi penganggaran yang akan dihasilkan.

C. Ketidakpastian Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan adalah situasi seseorang yang terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan meningkatkan pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Dalam kondisi ketidakpastian yang rendah, partisipasi anggaran memiliki hubuingan negatif bila kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi (Govindarajan dalam Tanpati dan Radianto, 2007). Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan rendah, partisipasi bawahan yang tinggi akan mampu menciptakan senjangan anggaran. Kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, partisipasi anggaran akan mengurangi senjangan anggaran. Pada kondidi ini bawahan sullit memprediksi masa depan sehingga tidak mampu memperoleh informasi akurat untuk memprediksi kejadian masa

(6)

depan, sehingga sulit pula baginya untuk menciptakan senjangan anggaran (Tanpati dan Radianto, 2007).

D. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk berbuat sesuatu agar dapat meninjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan meletakan kepentingan organiasi di atas kepentingan pribadinya (Wiener, 1982 dalam Darlis. 2002). Sedangkan menurut (Mowdey et al dalam Darlis, 2002) komitmen organisasi menunjukan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi.

Komitmen organisasi bisa tumbuh disebabkan karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada di dalam organisasi serta tekad dalam diri untuk mengabdi kepada organisasi (Porter et al., (1974).

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran

Partisipasi anggaran merupakan keikutsertaan berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggaran untuk bersama-sama mengambil peran guna menentukan dan mencapai anggaran yang merupakan suatu cerminan tujuan organisasi. Saat ini organisasi sektor publik mulai menerapkan sistem penganggaran secara partisipasi. Melalui sistem penganggaran partisipasi, bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.

Partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada bawahan untuk melakukan senjangan dan sebaliknya ketika partisipasi rendah harapan bawahan untuk melakukan senjangan anggaran dibatasi sehingga senjangan anggaran juga rendah (Edfan, 2002). Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menduga terdapat pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.

2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Senjangan Anggaran

(7)

Selain partisipasi penganggaran, terdapat pula faktor lain yang menyebabkan terjadinya senjangan anggaran, salah satunya adalah komitmen organisasi. Komitmen organisasi menunjukkan tingkat keterikatan individu kepada organisasi yang dicermintan dengan adanya keyakinan dan ingin mempertahankan keikutsertaan dalam organisasi tersebut (Soejoso, 2004). Hal ini menggambarkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi tinggi akan mempergunakan anggaran untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan karyawan dengan komitmen organisasi yang rendah akan menggunakan anggaran untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menduga terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran.

3. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Senjangan Anggaran

Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam penyusunan anggaran. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengurangi kemampuan individu untuk memprediksi lingkungan secara akurat dan dapat berdampak terhadap terjadinya senjangan anggaran. Meskipun informasi mudah diperoleh pada kondisi ketidakpastian rendah, kemampuan analisis tetap terbatas. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel tersebut yaitu sebagai berikut:

4. Hipotesis Penelitian

komitmen organisasi senjangan anggaran

ketidakpastian lingkungan partisipasi anggaran

(8)

Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah :

H1: Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

H2: Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

H3: Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

H4 : Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan secara simultan berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

IV. Metode Penelitian A.Objek Penelitian

Objek merupakan entitas yang akan diteliti. Objek dapat berupa perusahaan, manusia, karyawan, dan lainnya (Jogiyanto, 2010). Objek penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, yaitu Badan Perencanaan Daerah (Bapeda), Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPKAD), Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Biro Pembangunan dan Rantau, Biro Aset, Biro Perekonomian, Biro Aparatur, Biro Pemerintahan

B. Populasi

Populasi merupakan seluruh item yang ada (Jogiyanto, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah para pejabat eselon IV dan III dilingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

C.Sampel

Sampel adalah pemilihan sejumlah unit item tertentu dari seluruh item yang ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut untuk mewakili seluruh itemnya (Jogiyanto, 2009). Sampel penelitian ini adalah pejabat eselon IV dan III .

D.Teknik Pengambilan Sampel

(9)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling (Sugiyono, 2009). Purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sugiyono, 2009). Sampel penelitian ini adalah pejabat eselon IV dan III yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran.

E. Definisi Variabel Operasional penelitian dijelaskan seperti Tabel 1 berikut : Tabel. 1

Operasional Variabel dan Indikator Penelitian

V. Analisis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey lapangan yaitu dengan mengirimkan kuisioner. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner secara langsung kepada responden yang menjadi sample penelitian. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan penjelasan seperlunya tentang isi dan maksud kuisioner penelitian, sehingga diharap dapat memperoleh data berupa jawaban yang lebih akurat dari responden. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 140 kuesioner, dari 140 kuesioner tersebut kembali 105 kuesioner yang semuanya lengkap dan dapat diolah.

A. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Umar (2004:127) validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas akan menggunakan korelasi product moment. Menurut Sudarmanto (2005:84) validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan. Batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila r = 0,3. Jadi untuk memenuhi syarat validitas, maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian harus memiliki koefisien korelasi (r ) ≥ 0,3. Apabila korelasi antara butir skor dengan skor total (r) < 0,3

(10)

maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Umar (2004:126) reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dimana pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2012:42) Variabel dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0,6.

B. Statistik Deskriptif

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukan nilai mean variabel partisipasi anggaran sebesar 3,26 termasuk dalam katagori tinggi. Nilai mean variabel komitmen organisasi sebesar 3,78 termasuk katagori tinggi. Nilai mean variabel ketidakpastian lingkungan sebesar 3,42 termasuk katagori tinggi. Nilai mean variabel senjangan anggaran sebesar 3,52 termasuk katagori tinggi.

C. Statistik Inferensial

Hasil uji validitas dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12

Uji Validitas Partisipasi Anggaran (X1)

Variabel Item

(Pernyataan)

Korelasi Item-Total

r-tabel Keterangan

X1.1 0.625 0,349 Valid

X1.2 0.531 0,349 Valid

X1 X1.3 0.618 0,349 Valid

X1.4 0.781 0,349 Valid

X1.5 0.469 0,349 Valid

X1.6 0.615 0,349 Valid

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas diketahui semua item pertanyaan

(11)

memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,349, maka semua item pertanyaan variable partisipasi anggaran dinyatakan valid dan dimasukkan dalam pengolahan data selanjutnya. Selanjutnya untuk melihat uji validitas variabel komitmen organisasi seperti Tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13

Uji Validitas Komitmen Organisasi (X2)

Variabel Item

(Pernyataan)

Korelasi Item-Total

r-tabel Keterangan

X2.1 0.554 0,349 Valid

X2.2 0.606 0,349 Valid

X2 X2.3 0.792 0,349 Valid

X2.4 0.685 0,349 Valid

X2.5 0.674 0,349 Valid

X2.6 0.740 0,349 Valid

X2.7 0.762 0,349 Valid

X2.8 0.628 0,349 Valid

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas diketahui semua item memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,349 maka item-item pertanyaan variable komitmen organisasi diatas dinyatakan valid dan dimasukkan dalam pengolahan data selanjutnya. Selanjutnya untuk melihat uji validitas variabel ketidakpastian lingkungan seperti Tabel 4.14 dibawah ini

Tabel. 4.14

Uji Validitas Ketidakpastian Lingkungan (X3)

Variabel Item

(Pernyataan) Korelasi

Item-Total r-tabel Keterangan

X3.1 0.857 0,349 Valid

X3.2 0.851 0,349 Valid

X3 X3.3 0.872 0,349 Valid

X3.4 0.870 0,349 Valid

(12)

X3.5 0.845 0,349 Valid

X3.6 0.853 0,349 Valid

X3.7 0.843 0,349 Valid

X3.8 0.841 0,349 Valid

X3.9 0.865 0,349 Valid

X3.10 0.855 0,349 Valid

X3.11 0.862 0,349 Valid

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas diketahui semua item memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,349 maka item-item pertanyaan variable ketidakpastian lingkungan diatas dinyatakan valid dan dimasukkan dalam pengolahan data selanjutnya. Selanjutnya untuk melihat uji validitas variabel senjangan anggaran disajikan seperti Tabel 4.15 dibawah ini :

Tabel. 4.15

Uji Validitas Senjangan Anggaran (Y)

Variabel Item

(Pernyataan)

Korelasi Item-Total

r-tabel Keterangan

Y.1 0.424 0,349 Valid

Y.2 0.472 0,349 Valid

Y.3 0.415 0,349 Valid

Y.4 0.520 0,349 Valid

Y Y.5 0.408 0,349 Valid

Y.6 0.610 0,349 Valid

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas diketahui semua item memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,349, maka item-item pertanyaan varaivel senjangan anggaran diatas dinyatakan valid dan selanjutnya dimasukkan dalam pengolahan data selanjutnya.

1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

(13)

Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan terhadap semua item, tujuan uji coba reliabilitas untuk mencari besaran indeks yang menunjukkan seberapa besar suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Koefisien Reliabilitas dengan teknik Cronbach's Alpha. Suatu construct dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach's Alpha > 0,6 (Sekaran, 2003).

Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini :

Tabel. 4.16

Uji Coba Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha yang reliabel

Keterangan

X1 0,832 0,6 Reliabel

X2 0,897 0,6 Reliabel

X3 0,868 0,6 Reliabel

Y 0,732 0,6 Reliabel

Sumber : Data primer diolah (2016)

Pada Tabel 4.16 diatas dirangkum data berdasarkan hasil uji coba reliabilitas intrumen, dan hasilnya koefisien reliabilitas Cronbach's alpha masing-masing variabel menunjukkan > 0,6 artinya, semua item penelitian reliabel, dengan demikian semua variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini telah valid dan reliabel dengan demikian semua item penelitian sudah dapat digunakan untuk mengukur dengan benar.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik

(14)

4.2.3.1. Uji Normalitas

Variabel dependen (Y) mempunyai distribusi normal untuk setiap pengamatan terhadap variabel independen (X) dapat diketahui dari P-P Plot residual, bila data menyebar di sekitar diagram dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan bila data jauh dari garis diagonal maka regresi kurang memenuhi asumsi normalitas. Adapun diagram P-P Plot residual yang muncul dari pengolahan data sebagaimana berikut:

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y)

Gambar 4.1 Diagram Normalitas

Selain mempedomani pada Gambar 4.1. diatas, asumsi normalitas dapat diamati melalui diagram batang, adapun diagram batang sebagaimana diagram berikut:

(15)

Regression Standardized Residual

2 0

-2 -4

Frequency

25

20

15

10

5

0

Histogram

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y)

Mean =6.93E-16 Std. Dev. =0.985

N =105

Sumber : Data Olahan Output SPSS (2016)

Gambar 4.2 Diagram Normalitas Kinerja Dosen

Berdasarkan Gambar 4.1, dan Gambar 4.2 diatas, menunjukan pola diagram yang berdistribusi normal.

4.2.3.2. Uji Multikolinieritas

Ada tidaknya terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factors). Batasan nilai untuk dua variabel dikatakan berkolinieritas tinggi bisa dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factors). Apabila nilai VIF untuk variabel bebas lebih besar dari 10, maka salah satu diantara variabel yang berkorelasi tinggi tersebut harus direduksi dari model regresi (Hastono, 2006).

Berdasarkan Tabel 4.17 berikut ini dapat dilihat nilai VIF untuk

(16)

masing masing variabel bebas.

Tabel 4.17

Nilai VIF Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistic

Tollerance VIF

1 (Constan)

X1_Partisipasi Anggaran 0,607 1,648

X2_Komitmen Organisasi 0,586 1,708

X3_Ketidakpastian Lingkungan 0,457 2,190 a. Dependent Variable: Y_Senjangana_ Anggaran

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan pada Tabel 4.17 di atas terlihat nilai koefisien VIF dari tiga variabel bebas tersebut lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan asumsi linier terpenuhi, berarti model regresi berbentuk linier artinya, masing-masing variabel bebas tidak terdapat multikolinieritas.

4.2.3.3. Uji Autokorelasi

Regresi dengan beberapa variabel independen biasanya juga mensyaratkan uji autokorelasi. Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Priyatno, 2008). Cara pengujiannya adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Jika nilai D-W berada antara -2 dan 2, maka berarti tidak terjadi autokorelasi.

Uji autokorelasi diketahui dari nilai Durbin Watson seperti Tabel 4.18 berikut:

(17)

Tabel 4.18 Model Summary

Model Summaryb

.602a .362 .343 2.354 .362 19.124 3 101 .000 1.705

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statistics

Durbin- Watson

Predictors: (Constant), Ketidakpastian Lingkungan (X3), Partisipasi Anggaran (X1), Komitmen Organisasi (X2) a.

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y) b.

a Predictors: (Constant), X1_ Partisipasi _Anggaran,

X2_Komitmen_Organisasi, X3_Ketidakpastianomitmen_Lingkungan.

b Dependent Variable: Y_Senjangan_Anggaran Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.18 diatas, nilai Durbin Watson adalah 1,705, yaitu berada diantara -2 dan 2, dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

4.2.3.4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efektif. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat sebaran data pada plot residual dengan nilai prediksi tidak menggambarkan suatu pola tertentu, artinya data tersebut heterogen. seperti yang terlihat pada Gambar 4.3 di bawah ini :

(18)

Regression Standardized Predicted Value

3 2

1 0

-1 -2

-3

Regression Studentized Residual 2

0

-2

-4

Scatterplot

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y)

Gambar 4.3

Scatter Plot Nilai Residual dengan Nilai Prediksi

Berdasarkan Gambar 4.3. diatas, menunjukan hasil plot residu terlihat bahwa sebaran data adalah acak dan berada dibawah dan diatas titik nol sehingga menunjukan bahwa residu memiliki sifat heterokedastisitas, sehingga nilai taksiran konstanta bersifat tak bias.

4.2.4. Analisis Regresi Berganda

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011:96). Bentuk umum persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

SA = a + b1PA + b2KO + b3KP + E

(19)

Persamaan di atas SA= Senjangan Anggaran, a = Konstanta, b1,b2,b3,

= Koefisien regresi dari variabel bebas, PA = Partisipasi Anggaran, KO

= Komitmen Organisasi Organisasi, KL = Ketidakpastian Lingkungan. E

= Error

Berdasarkan output software SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sepertu Tabel 4.19 dibawah ini :

Tabel 4.19

Koefisien Regresi Berganda

Coefficientsa

8.569 1.833 4.674 .000

.247 .076 .332 3.254 .002 .533 .308 .259 .607 1.648

.141 .067 .219 2.105 .038 .475 .205 .167 .586 1.708

.093 .068 .161 1.370 .174 .507 .135 .109 .457 2.190

(Constant)

Partisipasi Anggaran (X1) Komitmen Organisasi (X2)

Ketidakpastian Lingkungan (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y) a.

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, persamaan regresi berganda sebagai berikut

Y = 8.569 + 0,247 X1 + 1,141 X2 + 0,93 X3 + E

Persamaan regresi berganda yang terbentuk tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 8.569 menunjukan bahwa belum adanya partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian

(20)

lingkungan besarnya senjangan anggaran adalah sebesar 8.569 2. Nilai koefisien regresi partisipasi anggaran sebesar 0,247,

menunjukan bahwa apabila terjadi perubahan partisipasi anggaran naik satu satuan, maka akan diikuti oleh peningkatan senjangan anggaran sebesar 0,247 dengan asumsi variabel komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan konstan.

3. Nilai koefisien regresi komitmen organisasi sebesar 1,141, menunjukan bahwa apabila setiap variabel komitmen organisasi berubah satu satuan, maka akan diikuti oleh perubahan senjangan anggaran sebesar 1,141 dengan asumsi variabel partisipasi anggaran dan ketidakpastian lingkungan konstan.

4. Nilai koefisien regresi ketidakpastian lingkungan sebesar 0,93, menunjukan bahwa setiap terjadi perubahan variabel ketidakpastian lingkungan satu satuan, maka akan diikuti oleh perubahan senjangan anggaran sebesar 0,93 dengan asumsi variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi konstan.

4.2.5. Uji Parsial (Uji T)

Hasil diatas pada kolom correlation menunjukkan nilai korelasi secara parsial dari ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat, seperti Tabel 4.20 dibawah ini :

(21)

Tabel 4.20

Uji Parsial Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Senjangan Anggaran

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Model B Std.

Error

1 (Constant) 8.569 1,833 4.674 0,000

X1_Partisipasi_Angg aran

,0247 ,076 3.254 ,002

X2_Komitmen_Orga nisasi

.141 ,067 2.105 ,0038

X3_Ketidakpastian_

Lingkungan

.093 ,068 1.370 ,174

Dependent Variable: Y_Senjangan_Anggaran Sumber : Data primer diolah (2016)

Berdasakan Tabel 4.20 diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Hasil analisis regresi partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran nilai signifikansi sebesar 0,002. Hal ini menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif signifikan dari variabel partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran, karena nilai koefesiennya lebih kecil dari signifikansinya (0,02 < 0,05).

b. Hasil analisis regresi komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran nilai signifikansi sebesar 0,03. Hal ini menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif signifikan dari variabel komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran, karena nilai koefesiennya

(22)

lebih kecil dari signifikansinya (0,03 < 0,05).

c. Hasil analisis regresi ketidakpastian lingkungan terhadap senjangan anggaran nilai signifikansi sebesar 0,17. Hal ini menunjukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan positif signifikan dari variabel ketidakpastian lingkungan terhadap senjangan anggaran, karena nilai koefesiennya lebih besar dari signifikansinya (0,17 > 0,05).

4.26. Uji Hipotesa Simultan

Uji Simultan hubungan variabel partisipasi anggaran, komimen organiasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap senjangan anggaran dilakukan dengan pengujian menggunakan statistik uji F yang dihitung melalui tabel Anova seperti Tabel.

Tabel. 4.21 Anova

ANOVAb

317.904 3 105.968 19.124 .000a

559.658 101 5.541

877.562 104

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ketidakpastian Lingkungan (X3), Partisipasi Anggaran (X1), Komitmen Organisasi (X2)

a.

Dependent Variable: Senjangan Anggaran (Y) b.

Sumber : Data primer (2014)

Berdasarkan Tabel 4.21 diatas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, dimana angka tersebut < 0,005. Artinya partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran.

(23)

Selanjutnya dapat dilihat koefisien determinasi (R2) yang menunjukan besarnya kontribusi secara bersama-sama. Seperti Tabel 4.22 berikut :.

Tabel 4.22 Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 0,602a 0,362 0,343 2,354

a Predictors: (Constant), X1_Partisipasi Anggaran,

X2_Komitmen_Organisasi, X3_Ketidakpastian_Lingkungan b Dependent Variable: Y_Senjangan_Anggaran

Sumber : Data primer (2016)

Pada tabel 4.22 nilai koefisien R square atau Adjusted R Square sebesar 0,343 artinya 34,30% secara bersama-sama partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan memberikan kontribuasi terhadap senjangan anggaran, sedangkan sisanya sebesar 65,70% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Partisipasi Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Senjangan Anggaran.

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefesien partisipasi anggaran sebesar 0,02 yang lebih kecil dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05. (0,02< 0,05). Hal ini menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara partisipasi

(24)

anggaran dengan senjangan anggaran. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran, tingkat kecenderungan untuk penciptaan senjangan anggaran juga meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dimana partisipasi anggaran akan meningkatkan senjangan anggaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menjadi obyek penelitian partisipasi anggaran memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan senjangan anggaran. Tingginya partisipasi penyusunan anggaran membuat karyawan bawahan mengecilkan kapabilitas produktifnya hal ini menyebabkan terjadinya suatu senjangan anggaran yang semakin besar antara bawahan dan atasan. Hal ini jelas berefek negatif pada suatu organisasi karena kerja sama antara bawahan dan atasan menjadi kurang harmonis salah satu upaya yang tepat untuk menurunkan senjangan anggaran adalah dengan melibatkan beberapa bawahan untuk berpartisipasi langsung dalam penyusunan anggaran. Hal ini dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara karyawan sehingga senjangan anggaran yang tinggi dapat diminimalisir. Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lowe dan Shaw (1968), Lukka (1988), Young (1985), Amrul dan Nasir, (2002), dan Yuwono (1999). Peningkatan kecenderungan untuk menciptakan senjangan anggaran sejalan dengan peningkatan tingkat partisipasi tersebut menunjukkan suatu perilaku disfungsional dari penggunaan anggaran partisipatif. Kecenderungan peningkatan timbulnya perilaku

(25)

disfungsional dalam partisipasi anggaran yang tinggi ini menimbulkan dugaan akan adanya kesalahan dalam sistem penilaian kinerja atau mungkin sistem tersebut tidak sesuai untuk diterapkan, karena penilaian kinerja yang didasarkan pada pencapaian target anggaran memungkinkan bawahan menghindari penilaian buruk atas kinerjanya dengan memasukkan senjangan pada anggaran yang disusunnya. Menurut Christensen (1982), Dunk (1990), jika bawahan diberi kesempatan untuk menciptakan sendiri standar untuk menilai kinerja mereka, mereka akan memiliki kecenderungan untuk menggunakan kelebihan akan pengetahuan yang mereka miliki untuk menciptakan senjangan pada anggarannya. Hal tersebut dikarenakan kompensasi manajerial yang diberikan kepada mereka didasarkan pada pencapaian target mereka dan informasi yang mereka miliki akan digunakan untuk menilai kinerja mereka.

4.3.2. Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Senjangan Anggaran

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefesien komitmen organisasi sebesar 0,03 lebih kecil dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05. (0,03 < 0,05). Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan senjangan anggaran. Berdasarkan hasil analisis regresi, hubungan yang ditunjukkan oleh interaksi komitmen organisasi dengan senjangan anggaran adalah positif dan signifikan pada level 5%. Dengan demikian

(26)

hipotesis 2 yang menyatakan komitmen organisasi akan meningkatkan senjangan anggaran diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 di atas menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh signifikan (p-value 0,03 mempunyai nilai lebih kecil daripada 0,05) terhadap hubungan antara komitmen organisasi dengan senjangan anggaran. Dengan demikian maka komitmen organisasi mempengaruhi senjangan anggaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa dalam Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menjadi obyek penelitian, komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap senjangan anggaran. Komitmen organisasional bisa tumbuh disebabkan karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingannya sendiri. Dalam pandangan ini, individu yang memiliki komitmen tinggi akan lebih mengutamakan kepentingan organisasinya dibandingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuwono (1999). Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Nouri dan Parker (1996), yang mengambil sampel para manajer perusahaan kimia di Amerika Serikat.

Nouri dan Parker menyimpulkan bahwa hubungan antara partisipasi

(27)

4.3.4. Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap Senjangan Anggaran

Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 diatas menunjukan bahwa ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh signifikan (p-value 0,174 mempunyai nilai lebih besar daripada 0,05) terhadap hubungan antara ketidakpastian anggaran dengan senjangan anggaran. Dengan demikian ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh dengan senjangan anggaran.

Hasil penelitian ini menolak hipotesis 3, dimana ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh dengan senjangan anggaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Baratyang menjadi obyek penelitian, ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Govindarajan (1986), Amrul dan Nasir (2002), dan Yuwono (1999).

Govindarajan (1986) berpendapat bahwa tingkat partisipasi anggaran akan mempunyai pengaruh positif terhadap senjangan anggaran, dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah, semakin tinggi partisipasi anggaran senjangan yang timbul akan meningkat pula. Demikian juga sebaliknya partisipasi anggaran akan mempunyai pengaruh negatif terhadap senjangan anggaran, dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Seorang bawahan yang mempunyai partisipasi tinggi dalam anggaran dan menghadapi ketidakpastian lingkungan yang rendah, akan mampu menciptakan senjangan dalam anggaran, karena ia mampu

(28)

mengatasi ketidakpastian dan mampu memprediksi masa mendatang.

Sebaliknya, dalam ketidakpastian yang tinggi, akan semakin sulit untuk memprediksi masa depan dan semakin sulit pula menciptakan senjangan anggaran.

VI. Kesimpulan

1. Partisipasi Anggaran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Dengan demikian, terlibatnya peran bawahan dalam proses penyusunan anggaran meningkatkan kecenderungan penciptaan senjangan anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

2. Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap senjangan anggaran. Dengan demikian maka komitmen organisasi mampu mempengaruhi senjangan anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat .

3. Ketidakpastian lingkungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap senjangan anggaran. Dengan demikian maka ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh dengan senjangan anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

4. Partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap senjangan anggaran

(29)

VII. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diajukan baik bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat maupun bagi penelitian-penelitian selanjutnya adalah:

1. Senjangan anggaran harus diperkirakan dan dikendalikan sejak dini agar dapat meningkatkan efektivitas anggaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, karena dengan adanya senjangan anggaran tentunya akan merugikan bagi pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan dapat menurunkan standar yang akan dicapai, yang berarti sumber daya manusia dilingkungan SKPD tidak dapat termanfaatkan secara maksimal.

2. Konsep partisipasi dalam penyusunan anggaran harus dipantau dengan sebaik- baiknya, sehingga partisipasi yang tercipta adalah partisipasi yang sesungguhnya bukan partisipasi semu, sehingga kecenderungan penciptaan senjangan dalam anggaran dapat ditekan.

3. Komitmen Organisasi mampu mengurangi kecenderungan bawahan untuk menciptakan senjangan anggaran, oleh karena itu Pemerintah Provinsi Sumatera Barat perlu untuk meningkatkan komitmen dari bawahannya, antara lain dengan meningkatkan rasa untuk ikut memiliki (sense of belonging). Dengan adanya rasa ikut memiliki tersebut, bawahan akan menganggap bahwa segala jenis kerugian yang diderita oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, adalah kerugian bagi dirinya juga.

4. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk menguji pengaruh moderating dengan menggunakan variabel seperti keterlibatan kerja, motivasi, kultur

(30)

organisasi, atau informasi yang berhubungan dengan tugas (job relevant information).

VIII. Keterbatasan Penelitian

1. Responden dalam penelitian ini terbatas pada 10 SKPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sehingga belum mampu mengakomodir seluruh SKPD

2. Penelitian dilakukan tidak melakukan wawancara langsung melainkan dengan menggunakan kuesioner sehingga persepsi responden belum tentu mencerminkan keadaan sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro dan Asri. 1996. Penganggaran Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Anthony, Robert, dan Vijay Govindarajan .2006.“Sistem Pengendalian Manajemen”, terjemahan FX. Kurniawan Tjakrawala. Jakarta: Salemba Empat.

Arfan Ikhsan Lubis. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.

Brownell, Petter. 1982. The Role of Accounting Data in Performance Evaluation, Budgetary Partisipative, and Organizational Effectiveness. Journal of Accounting Research, Vol. 20, pp. 12-27

Darlis, Edfan, 2002, Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Hal 85-100 Universitas Riau

Dwirandra, A.A.N.B. 2006. Pengaruh Interaksi ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Agregat Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Penelitian. Bali: Fakultas Ekonomi-Universitas Udayana.

Dwisariasih, Jivi. “Pengaruh Asimetri Informasi, Budaya Organisasi dan Kohesivitas Kelompok terhadap hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran (Studi Empiris pada seluruh SKPD di kota Padang)”. Jurnal. S-1 UNP.2013.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.

(31)

Salemba Empat.

Hansen dan Mowen, 2009. Akuntansi Manajamen. Jakarta : Salemba Empat Hasibuan, M. S.P. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Jogiyanto. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. Penerbit BPFE Yogyakarta

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.

Miah, N. Z. dan Mia, L. 1996. Desentralisation, Accounting Control and Performance of Government Organization: A New Zealand Empirical Study. Financial Accountability and Management Vol. 12. No. 3: 173-89.

Mowen, J. C. 1997. Akuntansi Manajemen, EdisiKedua, terjemahan : A.

Hermawan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen; Konsep, Manfaatdan Rekayasa, Cetakan Keempat. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Nurcahyani, K. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Latuheru, Belianus Patria, 2005, Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kawasan Industri Maluku), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2 Hal 117-130, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Porter.L.W., R.M. Steers, R.T. Mowdey, dan P.V, Boulin. 1974. “Organizational Comitment, Job Satusfaction, and Turn Over Among Psyatric Tehnicians”.

Journal of Applied Psychology 59. Pp. 603-609

Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Steers, R. M., & Porter, L. W. 1997.Motivation and Work Behavior.(3rdedition).

McGraw-Hill Inc. Singapore.

Young, S.M. Partisipative Budgeting: The Effect of Risk Aversion and Assymetric Information on Budgetary Slack. Journal of Accounting Research, Vol 23:829-842

Yuwono, I. B. 1999. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol I No I Hal 37-55.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Normalitas
Gambar 4.2 Diagram Normalitas Kinerja Dosen
Tabel 4.18 Model Summary
Tabel 4.22 Model Summary

Referensi

Dokumen terkait

1) Bagi organisasi sektor pemerintahan bahwa senjangan anggaran dapat ditekan dengan menekan partisipasi anggaran dengan cara peningkatan monitoring dan evaluasi dengan

Wat die rigting van sy standpunte betref, sluit Bylaag 2 ook in sommige opsigte aan by die minderheidsverslag wat voor die AKV-NHK 2007 gedien het: dit neem die heteroseksuele