• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab i pendahuluan 1.1 latar belakang penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bab i pendahuluan 1.1 latar belakang penelitian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial.1 Masa remaja dimulai dari usia 12 tahun dan berakhir sekitar usia 18 tahun sampai 22 tahun. Pada masa remaja akan muncul serangkaian perubahan fisiologis yang kritis, yang membawa individu pada kematangan fisik dan biologis.2,3 Perubahan paling awal muncul

yang biasa terjadi yaitu perkembangan secara biologis. 2,3 Masa remaja berhubungan dengan pubertas yang ditandai dengan munculnya karakteristik primer dan sekunder. Karakteristik primer adalah munculnya pertumbuhan yang berkaitan dengan organ reproduksi, sedangkan karakteristik sekunder berkaitan dengan hormon.4 Salah satu tanda kematangan secara biologi yang berkaitan dengan perubahan karakteristik secara sekunder yaitu mulainya mengalami menstruasi.2,3

Menstruasi merupakan pengeluaran darah secara teratur setiap bulannya. Menstruasi terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim yang keluar melalui vagina berupa darah yang dikenal dengan istilah darah menstruasi.5 Lamanya menstruasi biasanya terjadi antara 3-6

(2)

hari, dengan jumlah darah yang hilang rata-rata 20-80 ml namun hal ini sangat bervariasi pada tiap orangnya.6

Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan menstruasi disertai dengan keluhan yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan tidak jarang berdampak terhadap gangguan aktivitas.4,6

Menstruasi merupakan proses metabolisme dan terjadi dibawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium. Wanita yang mengalami menstruasi, banyak mengeluhkan gejala-gejala dalam 2 hari pertama, gejala tersebut antara lain, ketidakstabilan emosi, sakit kepala, tidak bergairah, dan nafsu makan menurun. Gejala fisik yang paling umum adalah kembung di daerah perut, rasa tertekan pada daerah kemaluan dan dismenorea.7

Dismenore adalah menstruasi yang disertai nyeri dan merupakan masalah ginekologi yang sering dikeluhkan oleh 40-80% wanita muda.4,8,9 Nyeri intermitten yang menyertai pengeluaran darah yang terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum atau selama menstruasi.10,11 Dismenore terjadi karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin berlebihan, prostaglandin (PGF- 2α) yang menyebabkan hipertonus dan vasokontriksi pada miometrium

(3)

sehingga mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri.8,9 Nyeri ini biasanya terjadi 24–48 jam sebelum menstruasi dan mereda setelah timbul menstruasi. Nyeri bersifat konstan, biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum) dan dapat menyebar keselangkangan atau tungkai bawah.9,10,11 Dismenore juga kerap disertai dengan mual, muntah, sakit kepala, pingsan, dan nyeri tungkai. Timbulnya nyeri dipengaruhi oleh faktor psikologis, menarche, , faktor hormon, lingkungan dan orang terdekat.10,11

Berdasarkan penyebabnya dismenorea dibedakan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Dismenore primer, yaitu menstruasi yang disertai rasa sakit yang dialami dalam masa tiga tahun sejak awal menstruasi dan tidak ada penyakit tertentu yang menjadi penyebabnya dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri yang biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan sekitarnya.12

Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore.13 Di Swedia sekitar 72%. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%

(4)

diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Menurut Journal Pediomaternal tahun 2016, di Afrika 85,4% remaja putri mengalami dismenore primer. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gagua et al (2016) di Jerman, bahwa 52,07% remaja putri mengalami dismenore primer.13

Di Indonesia sendiri kejadian dismenore cukup besar,menunjukkan penderita dismenore mencapai 60-70% wanita di indonesia.Angka kejadian dimenore tipe primer di Indonesia adalah 54,89%,sedangkan sisanya 45,11% adalah tipe sekunder. Dinas Kesehatan RImencatat bahwa di Provinsi Sulawesi Tenggara remaja yang mengalami dismenorea sebanyak 1031 kasus di tahun 2016.15

Berbagai macam cara pengobatan baik farmakologi maupun nonfarmakologi untuk mengatasi dismenorea. Pengobatan farmakologi yang sering digunakan sebagian besar wanita adalah penggunaan obat kontrasepsi dan obat golongan NSAIDs (nonsteroidal anti-inflamatori drugs) seperti asam mefenamat, ibuprofen, natrium niklofenat dan nefroxen. Meskipun NSAIDs adalah pengobatan pilihan utama dan biasanya berhasil tetapi tak jarang menyebabkan efek samping gastrointestinal berat dan juga memiliki angka kegagalan yaitu sebesar 20- 25 %, hal ini membuatsebagian besar wanita mencari pengobatan alternatif seperti penanganan dengan nonfarmakologi.16,17

(5)

Saat ini pengobatan alternatif komplementer nonfarmakologi menjadi sesuatu yang banyak digandrungi di berbagai negara baik untuk mengurangi rasa nyeri, kecemasan, ataupun insomnia.18 Salah satu pengobatan komplementer nonfarmakologi yang sering dilakukan oleh banyak orang untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan disminorea yaitu melakukan latihan (exercise), mandi air hangat atau sauna, memakai buli-buli panas, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian suplemen, pemberian aromaterapi secara inhalasi, pengobatan herbal ala jepang, terapi horizon, terapi bedah, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TRANS), akupuntur, dan akupresur. Namun, terapi nonfarmakologi yang saat ini dianggap efektif untuk mengatasi dismenore adalah pemberian aroma terapi, pemberian pijatan akupresur, dan baru- baru ini menggunakan terapi music klasik.7,19,20

Selain teknik akupresur untuk mengurangi nyeri menstruasi yaitu dengan melalui terapi musik. Musik dipilih karena terbukti menunjukkan efek yaitu mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan menurunkan frekuensi denyut jantung. Musik yang dipilih pada umumnya musik lembut dan teratur, seperti intrumentalia atau musik klasik Mozart.21

Mendengarkan musik dapat memproduksi zatendorphins yaitu substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri dan dapat menghambat transmisi impuls nyeri ke

(6)

sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot.22

Pada dewasa ini banyak jenis musik yang dapat diperdengarkan namun musik yang menempatkan kelasnya sebagai musik bermakna medis adalah musik klasik.Musik ini memiliki magnitude yang luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan karena memiliki nada yang lembut, nadanya memberikan stimulus gelombang alfa, ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks.21

Musik klasik adalah esensi keteraturan dan membaca pada semua hal yang baik, adil, dan indah. Musik klasik akhir-akhir ini mulai diperkenalkan dan dipopulerkan setelah banyak penelitian yang membahas dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh positif musik klasik terhadap kehidupan baik untuk kesehatan ataupun juga peranannya dalam pembelajaran.

Musik klasik karya Mozart dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan ketagangan, meningkatkan energi dan meningkatkan daya ingat.23 Dari beberapa penelitian tentang pengaruh berbagai jenis musik klasik, akhirnya banyak dari peneliti tersebut menganjurkan musik klasik Mozart yang diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart yang paling efektif karena aplikasi medis musik Mozart telah membuktikan hasil yang menakjubkan bagi

(7)

perkembangan ilmu kesehatan. 23 Salah satu penelitian yang mendukung hal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Laily Yuliatun, Siti Chandra WB, Kesuma Pertiwi yang menyatakan bahwa dari 32 orang remaja yang mengalami dismenore primer dibagi kedalam dua kategori yaitu kategori nyeri sedang dan nyeri berat didapatkan bahwa intensitas dismenore primer sebelum diberikan terapi musik klasik yaitu 59,4%responden mengalami dismenore sedang dan40,6% dismenorea berat. Intensitas nyeri setelah diberi terapi musik klasik didapatkan 40,6% responden mengalami dismenore ringan, 37,5% dismenore sedangdan 21.9% mengalami dismenore berat. Artinya terdapat penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan terapimusik Klasik pada remaja yang mengalami dismenore.24

Terapi nonfarmakologi lain yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore adalah akupresur. Akupresur adalah pengobatan cina yang sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan memberikan tekanan atau pemijatan dan menstimulasi titik-titik tertentu dalam tubuh. Pada dasarnya terapi akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur, tetapi media yang digunakan bukan jarum, melainkan menggunakan jari tangan atau benda tumpul.23,26 Tujuannya untuk merangsang kemampuan alami menyembuhkan diri sendiri dengan cara mengembalikan keseimbangan energi positif tubuh. Terapi akupresur

(8)

secara empiris terbukti dapat membantu hormon endporphin pada otak yang secara alami dapat menjadi penawar rasa sakit saat menstruasi.25,26

Akupresur ini mudah dipelajari dan juga membutuhkan waktu yang sedikit untuk menerapkannya. Menurut konsep dalam akupresur bahwa seseorang akan mengalami gangguan fungsi tubuh bila terjadi ketidakseimbangan dalam tubuhnya. Untuk mengembalikan kondisi tak seimbang itulah sejumlah titik meridian (acupoint) tertentu sesuai dengan gangguannya perlu dipicu dengan cara ditekan Acupoint terletak di seluruh tubuh, dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu sama lain melalui jaringan yang komplek dari meridian.27

Teknik akupresur dapat mengurangi sensasi-sensasi nyeri melalui peningkatan endorphin, yaitu hormon yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami, memblok reseptor nyeri ke otak.27 Penekanan titik akupresur (acupoint) dapat berpengaruh terhadap produksi endorphin dalam tubuh. Pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh tubuh disebut endorphin. Endorphin merupakan molekul- molekul peptid atau protein yang dibuat dari zat yang biasanya disebut beta-lipoptropin yang ditemukan pada kelenjar pituitary. Endorphin mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin tempat molekul tersebut tersimpan. Selain itu endorphin juga dapat mempengaruhi daerah-daerah pengindra nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin. Pelepasan endorphin dikontrol oleh sistem saraf.

(9)

Jaringan saraf sensitif terhadap nyeri dan rangsangan dari luar, dan jika dipicu dengan menggunakan teknik akupresur maka akan menginstrusikan sistem endokrin untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh setiap orang.27

Salah satu efek penekanan titik akupresur dapat meningkatkan kadar endorphin yang berguna sebagai pereda nyeri yang diproduksi tubuh dalam darah dan opioid peptida endogeneus di dalam susunan syaraf pusat. Jaringan syaraf akan memberi stimulus pada sistem endokrin sesuai kebutuhan tubuh dan diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri saat menstruasi.28

Terdapat banyak titik-titik yang dapat mengatasi masalah kesehatan dalam tubuh manusia. Salah satu titik yang dapat digunakan adalah titik He Ku (LI 4) yaitu media titik akupresur untuk menangani dismenore yang merupakan titik yuan (titik sentral) dari meredian usus besar (large intestine meredian). Artinya titik ini merupakan tempat organ usus besar terpencar ke sepanjang titik merediannya. Jika ada gangguan atau hambatan di titik meridian usus besar, titik ini merupakan sentralnya. Titik ini berperan sebagai penenang dan antispasmodik yang sangat kuat sehingga digunakan dalam kondisi yang menyakitkan baik pada meredian/organ, khususnya lambung, usus, dan uterus (hal ini dapat digunakan untuk penurunan nyeri

(10)

menstruasi), titik LI 4 juga disebut sebagai titik rahim.29,30 Titik ini juga memiliki pengaruh yang kuat pada pikiran dan tepat digunakan untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan kecemasan.31,32

Penurunan skala nyeri melalui pemberian penekanan pada titik He Ku (LI4) ini yaitu dengan cara menimbulkan reaksi deqi (rasa baal, berat, kemeng) yang pada akhirnya akan merangsang pelepasan neurotransmitter penghambat nyeri melalui mekanisme kerja akupresur. Rangsangan menuju ujung bebas saraf sensorik c atau tipe i diteruskan ke medula spinalis di kornu posterior lamina II dan V. Lalu merangsang stalked cellsdi dalam lamina II melepaskan enkefalin, dinorfin yang menyebabkan gerbang untuk nyeri menutup, sehingga tidak memberi kesempatan rangsangan nyeri dari tempat lain untuk diteruskan ke otak. Hal ini akan membuat skala nyeri tertahan dan lama kelamaan akan menghilang.33

Meskipun penelitian mengenai dismenore pada remaja telah cukup banyak dilakukan, akan tetapi fenomena dismenorea masih perlu mendapat perhatian. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kompleksitas dan angka kejadian dismenore yang masih tinggi, selain itu masih rendahnya pengetahuan remaja dalam upaya penanganannya,34 hal ini tercermin dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara terhadap 36 orang siswa di SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara didapatkan 29 orang mengalami dismenore. Sebanyak 10 orang

(11)

mengalami nyeri sedang, 19 orang mengalami nyeri berat. Selain itu didapatkan pula hasil bahwa dari 29 orang siswi tidak ada satupun yang mengetahui tentang penanganan dismenore menggunakan alternatif komplementer seperti akupresur dan metode distraksi. Kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai alternatif komplementer dalam mengatasi dismenore ini salah satunya karena kurangnya keingintahuan mereka dalam menggali pengobatan alternatif komplementer ini. Penelitian tentang pemberian akupresur terhadap penurunan rasa nyeri sudah banyak dilakukan begitu pula penelitian tentang pengaruh terapi musik. Namun,saat ini belum ada penelitian yang menggabungkan pemberian akupresur dengan terapi musik, sehingga peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian kombinasi kedua perlakuan tersebut terhadap penurunan nyeri pada dismenore primer.

Penelitian yang akan dilakukan ini yaitu untuk membandingkan dan melihat pengaruh pemberian akupresur melalui penekanan pada titik He Ku (LI 4) dengan kombinasi pemberian akupresur melalui penekanan pada titk He Ku (LI 4) dan terapi musik klasik Mozart terhadap penurunan skala nyeri haid (dismenore) primer pada remaja putriSMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara.

Berdasar permasalahan di atas maka yang menjadi tema sentral penelitian ini sebagai berikut:

Dismenore adalah menstruasi yang disertai nyeri dan merupakan masalah ginekologi yang sering dikeluhkan oleh 40-80% wanita muda. Berbagai macam cara pengobatanuntuk mengatasi dismenore. Pengobatan

(12)

farmakologi yang sering digunakan sebagian besar wanita adalah penggunaan obat golongan NSAIDsseperti asam mefenamat, ibuprofen, natrium niklofenat dan nefroxen memiliki angka kegagalan20-25 %.

Meskipun NSAIDs adalah pengobatan pilihan utama tetapi kadangmenyebabkan efek samping gastrointestinal berat sehingga membuat pasien mencari pengobatan alternatif seperti penanganan dengan nonfarmakologi. Saat ini, terapi nonfarmakologi yang banyak dilakukan dan aman yaitu diantaranya adalah melakukan terapi musik, exercise, mandi air hangat atau sauna, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian suplemen, pengobatan herbal ala jepang, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation(TRANS), akupuntur, dan akupresur. Terapi musik dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menurunkan intensitas nyeri dismenorea dengan proses pengalihan perhatian atau distraksi yang mempengaruhi gelombang alfa yang berperan menenangkan dan merangsang sistem limbikjaringan neuron otak dan tidak menimbulkan efek samping.

Sedangkan,Akupresur adalah pengobatan cina dengan memberikan tekanan atau pemijatan dan menstimulasi titik-titik tertentu dalam tubuh.

Salah satu titik yang dapat digunakan adalah titik He Ku (LI 4) yaitu media titik akupresur untuk menangani dismenore yang merupakan titik yuan (titik sentral) dari meredian usus besar (Large Intestine Meredian).Titik ini berperan sebagai penenang dan antispasmodik yang sangat kuat sehingga digunakan dalam kondisi yang menyakitkan baik pada meredian/organ, khususnya lambung, usus, dan uterus (hal ini dapat digunakan untuk penurunan nyeri menstruasi). Kedua metode non farmakologi tersebut memiliki kelebihan masing-masing, namun memiliki mekanisme yang hampir sama. Untuk itu, penelitian ini akan membandingkan kedua metode tersebut dalam mengurangi skala nyeri pada dismenore.

Berdasar uraian di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang

“Perbedaan Pengaruh Antara Akupresur Pada Titik He Ku (Li 4) Dibanding dengan Kombinasi Akupresure Pada Titik He Ku (LI 4) Dan Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenore) Primer Pada Remaja Putri SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara”

(13)

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasar latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan penurunan skala nyeri haid (dismenore) primer antara kelompok yang diberikan perlakuan akupresur melalui penekanan di titik He Ku (LI 4) dengan kelompok yang diberikan kombinasi akupresur melalui penekanan pada titk He Ku (LI 4) dan terapi musik klasik Mozart pada remaja putri SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2020?

2. Apakah pemberian kombinasi akupresur melalui penekanan pada titik He Ku (LI 4) dan terapi musik klasik Mozart memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri haid (dismenore) primer pada remaja putri SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2020?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis perbedaan penurunan skala nyeri haid (dismenore) primer antara kelompok yang diberikan perlakuan akupresur melalui penekanan pada titik He Ku (LI 4) dengan kelompok yang diberikan kombinasi akupresur melalui penekanan pada titik He Ku (LI 4) dan terapi musik klasik Mozart pada remaja putri SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2020;

(14)

2. Menganalisis pengaruh pemberian kombinasi akupresur melalui penekanan pada titk He Ku (LI 4) dan terapi musik klasik Mozart terhadap penurunan skala nyeri haid (dismenore) primer pada remaja putri SMPN 14 Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2020.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian ini terdapat dua aspek, yaitu;

1. Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran pengembangan ilmu kebidanan (evidence based) dan Untuk menambah media informasi dan literatur atau bacaan di perpustakaan.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan serta pengalaman, ilmu baru, kemampuan skill dalam melakukan penelitian tentang efektifitas akupresur melalui penekanan pada titik He Ku (LI 4) dan pemberian terapi musik Klasik Mozart terhadap nyeri menstruasi (dismenore) b. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan tentang penanganan awal nyeri menstruasi (dismenore) yaitu dengan melakukan akupresur di titik He Ku (LI 4) dan pemberian terapi musik Klasik Mozart khususnya bagi remaja.

(15)

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dismenore dengan menguasai pengobatan nonfarmakologi melalui akupresur penekanan pada titik He Ku (LI 4).

Referensi

Dokumen terkait

BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan kerangka penelitian yang akan