• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di era globalisasi, perkembangan perekonomian sangat pesat yang diikuti dengan munculnya berbagai macam bisnis baru yang sangat beranekaragam dari bisnis yang berskala makro hingga bisnis yang berskala besar. Munculnya bisnis- bisnis baru ini sangat berpengaruh pada dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dana tau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yang banyak (Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 Tentang Perbankan).

Berdasarkan penjelasan ini makausaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Namun saat ini, pertumbuhan dan perkembangan perbankan swasta mempunyai tren tersendiri dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia Internasional maupun di Indonesia. Sehingga persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Setiap bank, tak terkecuali bank swasta, berlomba untuk menarik dana dari masyarakat sebanyak-banyaknya dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.

Menurut Martono dan Harjito (2010:20) berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan tentang Perbankan menjelaskan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

(2)

menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhadjono (2011:19) berdasarkan pasal 29 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, yaitu Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aktiva, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aspek yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Kasmir (2008:2) menyebutkan bahwa Bank Umum Swasta adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa- jasa bank lainnya. Sedangkan menurut Otoritas Jasa Keuangan (2012) Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Krisis global pada tahun 2008, sejumlah bank konvensional komersil dan beberapa institusi keuangan di dunia mengalami kerugian yang masif pada asset jenis hipotek dan sekuritas berbasis hipotek (mortgages). Terjad bailout besar-besaran terhadap bank komersial di seluruh dunia oleh pemerintahan masing- masing. Kekhawatiran terhadap penurunan solvabilitas bank, ketersediaan kredit, dan rusaknya kepercayaan investor mempengaruhi pasar saham. Lebih lanjut lagi hal ini mempengaruhi output dan peningkatan pengangguran. Padahal, jika sistem perbankan sehat, akan mempertahankan fungsinya dalam mengalirkan kredit ke sektor swasta adalah tujuan dari seluruh pembuat kebijakan dan para regulator perbankan di seluruh dunia.

Krisis yang terjadi dalam industri perbankan perlu diantisipasi dan dipulihkan, terutama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik terhadap

(3)

bank sebagai sebuah perusahaan atau sistem perbankan secara keseluruhan. Dengan kata lain dapat dikatakan bagaimanapun proses nasionalisasi dilakukan dan berapapun dana yang dikeluarkan untuk penyelamatan atau rekapitalisasi perbankan, hal tersebut tidak ada manfaat tanpa adanya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Dalam situasi seperti itu, masyarakat akan menjadi lebih teliti utuk menilai suatu bank bahkan sistem perbankan secara keseluruhan.

Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan diatas mengharuskan setiap perusahaan perbankan mengambil langkah antisipatif.

Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau system perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bank tersebut.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2017), kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya, sedangkan menurut Rudianto (2013:189):

“Kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan.”

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang notaben adalah profit motif dapat digunakan analisis profitabilitas. Profitability analisis yang implementasinya

(4)

adalah profitability ratio disebut juga operating ratio, ada dua tipe rasio yaitu margin on sale dan return on assets. Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan ROA dibandingkan dengan ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang sebagian besar dananya dari simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas bank. Pada umumnya ukuran profitabilitas pada industri perbankan adalah ROA, dimana ROA memfokuskan pada kemampuan perusahaan memperoleh earning dalam operasinya. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam hal menghasilkan keuntungan. Berikut dinamika pergerakan ROA dari beberapa bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode tahun 2013 sampai tahun 2017:

Gambar 1.1.

Grafik Rata-rata Return On Asset (ROA) Bank Umum Swasta

Tahun 2013 – 2017

Sumber: Bursa Efek Indonesia (Data diolah)

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat rata-rata ROA pada Bank Umum Swasta periode tahun 2013-2017 sangat beragam. Data diatas

1.2

0.5

1.4

0.6 0.6

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

2013 2014 2015 2016 2017

RATA-RATA ROA

(5)

menjelaskan bahwa rata-rata ROA pada Bank Swasta periode 2013 – 2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 rata-rata ROA berada diangka 1,2% dan di tahun 2014 menurun sebesar 0,7% sehingga rata-rata ROA menjadi 0,5%.

Sedangkan ditahun 2015 mengalami peningkatan sehingga rata-rata ROA menjadi 1,4% pada tahun ini merupaka rata-rata ROA pada Bank Swasta tertinggi. Di tahun berikutnya yaitu tahun 2016 kembali menurun menjadi 0,6% dan rata-rata ROA stabil di 0,6% pada tahun 2017.

Hal yang menyebabkan rata-rata di tahun 2014 sangat rendah adalah kerugian yang yang dialami bank oleh Bank MNC yang memiliki kerugian terbesar dibandingkan bank swasta lainnya yaitu sebesar Rp. 173.946.000. Pada tahun 2013 Bank MNC merupakan Bank ICB Bumiputera yang sudah mengalami kerugian, sehingga diambil alih oleh Bank MNC di tahun 2014.

Dari fenomena diatas, menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan Bank dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan pada tahun 2017. Tinggi dan rendahnya ROA dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi ROA yaitu pada faktor internal seperti asset size, credit risk dan total deposits. Sedangkan pada faktor makro ekonomi yaitu interest rate, pada variabel control yaitu operating efficiency, total loan, gross domestic product (GDP), dan consumer price inflation (CPI). Sehingga peneliti tertarik untuk menjadikan Bank Umun Swasta sebagai objek penelitian. Perusahaan harus terus meningkatkan ROA agar dapat bersaing pada pasar.

Berdasarkan realita diatas, gejolak tingkat profitabilitas perbankan dipengaruhi oleh faktor eksternal yang sekaligus dapat menguji faktor internal bank

(6)

itu sendiri. Faktor eksternal yaitu adanya dampak krisis global negara-negara maju di Eropa dan di Amerika beberapa tahun terakhir setelah tahun 1998. Ditambah terjadinya perlambatan ekonomi nasional yang terjadi sekitar tahun 2013.

Hal ini menguji kesiapan internal perusahaan, salah satunya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Hariyani (2010:56) LDR merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Ketentuan Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, menetapkan besarnya rasio LDR yaitu antara rasio 80% hingga110%.

Semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar-kecilnya rasio Loan to Deposit Ratio suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut (Sudarmanta, 2016). Penelitian mengenai LDR menunjukkan hasil yang berbeda- beda. Penelitian yang dilakukan Prasanjaya (2013) memperlihatkan hasil bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pamularsih (2015) menunjukkan hasil bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menurut Dendawijaya (2009:117), Loan to Asset Ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank.LAR ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembiayaan bank.

Semakin tinggi rasio ini maka tingkat performa perkreditan semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang diberikan dalam struktur total aktivanya.

(7)

Namun berpengaruh negatif dengan likuiditas, karena semakin tinggi rasio ini berarti dana yang ada banyak digunakan untuk alokasi kredit dan sedikit untuk biaya kewajiban jangka pendeknya.

Menurut Arifin dan Syukri (2006:148) CAR digunakan untuk mengukur kemampuan atau kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga.

Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% menurut peraturan bank Indonesia No. 15/

12/PBI/tahun 2013. Besarnya modal suatu bank akanberpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya. Menurut penelitian Pratiwi (2012) jika modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat diharapkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan bank akan diharapkan akan semakin meningkat, demikian juga sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2016) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

Menurut Hariyani (2010:54) Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Oleh karena itu NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

Teori ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Agustha et al (2015) bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

(8)

Dari sudut pandang islam, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Net Interest Margin berpengaruh terhadap Return On Asset pada perusahaan Perbankan, dimana Loan to Deposit Ratio dan Loan to Asset Ratio dalam islam yaitu memberikan pinjaman lebih utama daripada bersedekah karena terkadang orang meminta pinjaman dikarenakan membutuhkan bantuan dan dalam keadaan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan memberikan pinjaman maka akan dilapangkan rezekinya. Capital Adequacy Ratio dalam islam yakni modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti, jika modal atau uang berhenti (ditimbun/stagnan) maka harta itu tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain, namun seandainya jika uang diinvestasikan dan digunakan untuk melakuakan bisnis maka uang tersebut akan mendatangkan manfaat bagi orang lain, termasuk di antaranya jika ada bisnis berjalan maka akan bisa menyerap tenaga kerja sehingga memperoleh hasil barokah dan ridho Allah.

Return on Asset dan Net Interest Margin dalam islam yakni mengambil keuntungan rasional yang lazim berlaku pada bisnis itu merupakan keberkahan asalkan bebas dari praktik penipuan, penimbunan, kecurangan dan kedzaliman.

Dengan melihat latar belakang permasalahan yang ada dan adanya perbedaan hasil penelitian–penelitian terdahulu, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini merupakan pengembangan penulis terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Asset. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini diberi judul

“Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interst Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset

(9)

(ROA) dan Tinjauannya dari Sudut Pandang Islam”. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui seberapa besar variabel-variabel terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. ApakahLoan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap Return on Asset (ROA)?

2. Apakah Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh secara parisal terhadap Return on Asset(ROA)?

3. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap Return onAsset (ROA)?

4. Apakah Net Interest Margin (NIM) berpengaruh secara parsial terhadap Return on Asset (ROA)?

5. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara simultan terhadap Return on Asset (ROA)?

6. Bagaimana Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), danCapital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) ditinjau dari sudut pandang islam?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti-bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

(10)

1. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta periode 2013-2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta periode 203-2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial terhadap Return onAsset (ROA) pada Bank Umum Swasta periode 2013-2017.

4. Untuk mengetahui pengaruh Net Interest Margin (NIM) secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta periode 2013-2017.

5. Untuk mengetahui Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)secara simultan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta periode 2013-2017.

6. Untuk mengetahuiLoan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)terhadap Return on Asset (ROA) ditinjau dari sudut pandang islam pada Bank Umum Swasta periode 2013-2017.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya untuk para akademis, serta penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih tentang akuntansi.

Penelitian ini juga memberikan kontribusi pada perkembangan teori akuntansi serta saling melengkapi dengan penelitian sebelumnya maupun yang akan dilakukan oleh

(11)

para peneliti sesudahnya dalam mengkaji Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) maupun Return on Asset (ROA).

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak perusahaan, khususnya manajer keuangan di dalam merencanakan dan mengendalikan Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) seefektif dan seefisien mungkin.

b. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya melalu pasar modal agar lebih berhati-hati dalam mencermati laporan keuangan yang diterbitkan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam mempertimbangkan keputusaninvestasi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) , Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Return

Keywords: bank’s financial ratio, non performing loan (npl), interest rate risk (irr), net interest margin (nim), loan to deposit ratio (ldr), capital adequacy

Rasio CAMEL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio(CAR),Non Performing Loan(NPL),Net Profit Margin(NPM),Return on Asset(ROA),Loan to Deposit Ratio(LDR)

Hasil Perhitungan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Equity To Total Asset Ratio (EAR), Loan To Asset Ratio (LAR), Capital Adequacy Ratio (CAR)...

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Return on Asset (ROA), dan Return on

Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM),

Dalam perspektif Islam variabel Non Performing Loan NPL, Loan to Deposit Ratio LDR, Good Corporate Governance GCG, Return on Assets ROA, Net Interest Margin NIM, dan Capital Adequacy

Hypotesis Testing The results showed the Capital Adequacy Ratio CAR, Net Interest Margin NIM, Non Performing Loans NPL, Loan to Deposit Ratio LDR, Return on Assets ROA and Operating