• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di zaman yang serba modern ini, hampir segala sesuatu tidak terlepas dengan internet, termasuk juga soal bisnis. Jika kita bicara soal bisnis atau usaha tentunya tidak terlepas dengan kegiatan pemasaran, jual beli, atau marketing.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat pada saat sekarang ini membuat aliran informasi menjadi semakin mudah. Internet merupakan sarana teknologi terpopuler dan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi secara online dan cepat. Teknologi dan informasi juga dibutuhkan manusia untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.1 Saat ini, sebagian besar dari kalangan masyarakat kita sudah menggunakan internet dalam kesehariannya, baik sebagai sarana untuk mencari informasi, bersosialisasi atau bahkan sebagai sarana untuk mencari penghasilan.

Penerapan internet ini menyebabkan perubahan baru pada bidang bisnis.

Seperti pemanfaatan E-Commerce sebagai media perdagangan yang menggunakan media internet yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Selain itu E-Commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat

1Hikmahanto juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional (Jakarta: Lentera hati, Jakarta,2002) hal.23

(2)

menyediakan layanan get and deliver.2 Hal ini memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan bisnis meskipun salah satu rekan bisnis berada di daerah lain atau di Negara lain.

Dengan kemudahan ini sehingga munculah berbagai macam website jual beli online. Ada beberapa kelebihan jual beli online seperti biaya promosi yang lebih murah, produk dapat dilihat 24 jam walau hanya melalui foto dan penjual dapat mengelola bisnis dengan lebih fleksibel dan santai.3 Disamping kemudahan, jual beli online juga mengandung resiko karena produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan spesifikasi barang dan beberapa gambar yang tidak bisa kita jamin kebenarannya. Untuk itu dalam transaksi jual beli online diharapkan kepada pembeli agar dapat mengenali tatacara yang benar dan alangkah baiknya sebelum melakukan transaksi kita lebih memahami tentang apa itu jual beli online dan masalahnya.

Pada transaksi jual beli online berawal dari penawaran dan penerimaan.

Penawaran yaitu suatu perbuatan seseorang bahwa perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk kedalam ikatan perjanjian4. Dasar terjadinya perjanjian dalam suatu transaksi adalah adanya asas kepercayaan. Rasa percaya selalu saja dijadikan manusia sebagai tolak ukur dalam suatu hubungan termasuk hubungan dalam bertransaksi jual beli secara online. Dikarenakan dalam bertransaksi online kedua belah pihak tidak dapat bertemu secara langsung. Sehingga kepercayaan

2 Assafa Endeshaw, Hukum E-Commerece dan Internet dengan fokus di Asia Pasifik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Hal.3

3Fathul Husnah dan Java Creativity, Buku Pintar Bisnis Online, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015), hal. 4

4 Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce Tinjauan Dari Hukum Kontrak Indonesia, (Jakarta: Citra Aditya Bakti),2001, hal. 33

(3)

adalah faktor penting dalam suatu aktivitas transaksi jual beli online dan merupakan suatu pondasi dari suatu perjanjian. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap sesuatu itu benar.

Asas kepercayaan dalam suatu perjanjian yaitu seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dibelakang hari5. Tanpa adanya kepercayaan itu maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan kedua belah pihak, dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-undang.

Suatu transaksi online antara dua belah pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling percaya. Kepercayaan tidak dapat begitu saja diakui oleh pihak lain atau mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Ketika seseorang ingin melakukan transaksi secara online, maka harus ada dipikirannya bahwa uang yang dikirimkannya tidak hilang begitu saja tetapi mendapatkan balasan produk yang diinginkan sesuai dengan apa yang ditampilkan dan dijelaskan pada online shop.

Ketika seseorang berbelanja online, hal utama yang menjadi pertimbangan seorang pembeli adalah apakah mereka percaya kepada website yang menyediakan online shoping dan penjual online pada website tersebut.

Kepercayaan pembeli terhadap suatu online shop terletak pada popular atau tidaknya website tersebut. Selanjutnya, kepercayaan pembeli terhadap website

5Dr. H.M Nasrullah Yusuf, Strategi membangun nilai jasa dan kepercayaan pelanggan, Jakarta, 2014, hal 64

(4)

online shop juga terkait dengan kehandalan penjual yang menjual produknya di online shop terkait barang yang dikirim setelah melakukan transaksi atau

pembayaran dan barang tersebut akan sama keadaannya dengan yang di upload.

Sedangkan yang kita jumpai dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dalam transaksi jual beli online adalah hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan pada saat pertama kali terjadi perjanjian jual beli. Seperti barang tidak sesuai dengan gambar, harga tidak sesuai dengan kualitas, ataupun setelah terjadi proses pembayaran barang yang dipesan tidak dikirim (tidak diterima oleh pembeli). Dengan kejadian-kejadian seperti ini maka akan berpengaruh pada kepercayaan kita terhadap suatu transaksi elektronik. Dikarenakan kita sebagai pembeli merasa dirugikan oleh para pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam hal ini lebih tertuju ke penjual.

Kondisi ini tentu dapat menimbulkan berbagai akibat hukum dengan segala resikonya. Adanya itikad tidak baik mengakibatkan terjadinya ingkar janji atau wanprestasi. wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam kondisi yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya6.

Jika salah satu dari 4 macam kondisi tersebut terjadi, maka secara perdata dapat menggugat penjualonline dengan dalih terjadi wanprestasi (misalnya,

6Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa,2002), Hal. 45

(5)

barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang dimuat dalam displayhome page/web site).

Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE) Nomor 82 Tahun 2012 tetap diakui sebagai transaksi elektronik yang dapat dipertanggung jawabkan. Persetujuan untuk membeli barang secara online dengan cara melakukan klik persetujuan atas transaksi merupakan bentuk tindakan penerimaan yang menyatakan persetujuan dalam kesepakatan pada transaksi elektronik. Tindakan penerimaan tersebut biasanya didahului pernyataan persetujuan atas syarat dan ketentuan jual beli secara online yang dapat dikatakan juga sebagai salah satu bentuk Kontrak Elektronik. Kontrak Elektronik menurut Pasal 47 ayat (2) PP PSTE dianggap sah apabila:

a. terdapat kesepakatan para pihak;

b. dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undang an;

c. terdapat hal tertentu; dan

d. objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perUndang- undang an, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Kontrak Elektronik itu sendiri menurut Pasal 48 ayat (3) PP PSTE setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut:

a. data identitas para pihak;

b. objek dan spesifikasi;

c. persyaratan Transaksi Elektronik;

d. harga dan biaya;

(6)

e. prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak;

f. ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat mengembalikan barang dan/atau meminta penggantian produk jika terdapat cacat tersembunyi; dan

g. pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik.

Dengan demikian, pada transaksi elektronik yang dilakukan, dapat menggunakan instrumen UU ITE dan/atau PP PSTE sebagai dasar hukum dalam menyelesaikan permasalahan.

Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya Pasal 49 ayat (2) PP PSTE lebih ditegaskan lagi bahwa pelaku usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontrak atau iklan. Pasal 49 ayat (3) PP PSTE mengatur khusus tentang pelaku usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen untuk mengembalikan barang yang dikirim apabila tidak sesuai dengan perjanjian atau terdapat cacat tersembunyi.

Selain kedua ketentuan tersebut di atas, apabila ternyata barang yang diterima tidak sesuai dengan foto pada iklan toko online tersebut (sebagai bentuk penawaran), pembeli dapat menggugat Pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjual) secara perdata dengan dalih terjadinya wanpretasi atas transaksi jual beli yang dilakukan dengan penjual.

(7)

Pasal 1338 ayat (1) KUH.Perdata. menyebutkan:

 Semua persetujuan yang dibuat secara sah sesuai dengan Undang-undang

berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Kata

"semua" menunjukkan adanya kebebasan bagi setiap orang untuk membuat perjanjian dengan siapa saja dan tentang apa saja, asalkan tidak dilarang oleh hukum Artinya bahwa semua ketentuan dalam perjanjian yang telah disepakati para pihak mengikat dan wajib dilaksankan oleh para pihak yang membuatnya. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian maka pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang tidak melaksanakan tadi. Kalimat yang dibuat secara sah diartikan pemasok bahwa apa yang disepakati, berlaku sebagai Undang-undang jika tidak bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Apabila bertentangan, kontrak batal demi hukum.

 Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua

belah pihak, atau. karena alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-undang.

Pasal 1457 dan 1458 KUH Perdata, yang menyatakan jual beli adalah persetujuan suatu pihak mengikat diri untuk wajib menyerahkan barang dan pihak lain wajib membayar harga, yang disepakati kedua pihak. Selanjutnya dalam Pasal 1475 KUH Perdata menyatakan penyerahan barang oleh penjual ke arah kekuasan dan pemegangan pihak pembeli. Dengan begitu disimpulkan pembatasan syarat perdagangan juga menyimpang dari prinsip jual beli yang menganut asas timbal balik.

(8)

 Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Yaitu keinginan subyek

hukum untuk berbuat sesuatu, kemudian mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain, dan sudah tentu keinginan itu sesuatu yang baik yang sudah mendapat kesepakatan terdapat dalam isi perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak sebagai suatu peraturan bersama dan dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang leluasa membuat perjanjian jual beli apa saja asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.

Berdasarkan uraian di atas serta pengalaman penulis dalam melakukan transaksi jual beli online, maka penulis tertarik untuk mengangkat penulisan dengan judul: Asas Kepercayaan Dalam Transaksi Jual Beli Online.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai telaah terhadap judul yang dipilih yaitu Bagaimana akibat penerapan asas kepercayaan dalam transaksi jual beli online?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis akibat asas kepercayaan dalam transaksi jual beli online.

2. Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

(9)

Untuk memberikan sumbangan pikiran dalam mengembangkan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya

2. Manfaat Praktis

Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

E. Kerangka Konseptual 1. Asas kepercayaan

Pengertian asas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting dalam hidupnya.

Sedangkan kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu benar atau nyata. Kepercayaan menurut para ahli adalah kepercayaan menjadi aspek penting bagi sebuah komitmen atau janji dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti. Keyakinan atau kepercayaan adalah faktor penting yang dapat mengatasi kritis dan kesulitan antara rekan bisnis selain itu juga merupakan asset penting dalam mengembangkan hubungan jangka panjang antar organisasi. Asas kepercayaan dalam suatu perjajian adalah seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, membutuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dibelakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan kedua belah pihak, dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan

(10)

dirinya untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-undang.7

Menurut Moorman, Deshpande dan Zaltman sebagaimana yang dikutip oleh Zulganef mendefinisikan kepercayaan sebagai keinginan menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Sedangkan definisi lain menurut Rempel, Holmes dan Zanna yaitu kepercayaaan merupakan rasa percaya diri seseorang yang akan ditemukan berdasarkan hasrat dari orang lain daripada kekuatan dirinya sendiri.8 Morgan dan Hunt berpendapat bahwa ketika suatu pihak mempunyai keyakinan bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai realibilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada kepercayaan.

Morgan dan Hunt menjelaskan beberapa manfaat dari adanya kepercayaan:9

1. Kepercayaan dapat mendorong pemasar untuk berusaha menjaga hubungan yang terjalin dengan bekerjasama dengan rekan perdagangan.

2. Kepercayaan menolak pilihan jangka pendek dan lebih memilih keuntungan jangka panjang yang diharapkan dengan mempertahankan rekan yang ada.

3. Kepercayaan dapat mendorong pemasar untuk mendatangkan resiko besar dengan bijaksana karena percaya bahwa rekannya tidak akan mengambil kesempatan yang dapat merugikan pasar.

7 Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, (Bandung: Alumni, 1983) hal 187

8 https://etalasepustaka.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-kepercayaan-menurut- para-ahli.html

9 Morgan, R.M, & hunt, S.D. 1994 The Commitment-Trust of The Relationship Marketing, hal. 3

(11)

2. Transaksi jua beli

Transaksi adalah suatu aktivitas perusahaan yang menimbulkan perubahan terhadap posisi harta keuangan perusahaan, misalnya seperti menjual, membeli, membayar gaji, serta membayar berbagai macam biaya lainnya.10

Jenis-jenis transaksi:

a. Transaksi internal adalah suatu transaksi yang terjadi yang melibatkan hanya bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan saja, lebih menekankan perubahan posisi keuangan yang terjadi antara bagian yang ada dalam perusahaan misalnya seperti memo dari pimpinan kepada seseorang yang ditunjuk, perubahan nilai dari harta kekayaan karena penyusutan, dan perlengkapan kantor.

b. Transaksi eksternal adalah suatu transaksi yang melibatakan pihak dari luar perusahaan. Seperti misalnya: transaksi penjualan, pembelian, pembayaran hutang piutang dan lain-lain.

Pengertian jual beli adalah transaksi antara satu orang dengan orang yang lain yang berupa tukar-menukar suatu barang dengan barang yang lain berdasarkan tata cara atau akad tertentu. Jual beli juga merupakan perjanjian timbal balik dimana pihak penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda sedangkan pembeli berjanji untuk membayar harganya yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut11. Perjanian yang terjadi diantara para pihak dilakukan secara elektronik juga, dan tidak ada

10 http://www.pengertianku.net/2014/12/pengertian-transaksi-dan-bukti-transaksi- terlengkap.html

11Djoko Prakoso dan Bambang Riyadi Liany, 1987, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, hal. 1

(12)

berkas perjanjian seperti pada transaksi jual beli lainnya12. Sedangkan definisi perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, kemudian dari peristiwa ini timbul suatu hubungan perikatan13.

Menurut pasal 1320 KUH Perdata bahwa suatu perjanjian yang sah diperlukan 4 syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Keempat syarat di atas merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya setiap perjanjian harus memenuhi keempat syarat ini bila ingin menjadi perjanjian yang sah. Keempat syarat pokok ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok syarat subjektif dan kelompok syarat objektif14. Syarat subjektif mencakup adanya unsur kesepakatan dan kecakapan dari pihak yang melaksanakan perjanjian, sedangkan syarat objektif meliputi objek yang diperjanjikan dan haruslah sesuatu yang tidak dilarang menurut hukum, tidak terpenuhinya salah satu unsur dari keempat syarat tersebut mengakibatkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam

12 Asril Sitompul, Hukum Internet, (Bandung: Citra Aditya bakti, 2004), hal. 55

13 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,2003), hal. 5

14 Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapa, 1993), hal. 44

(13)

bentuk dapat dibatalkan (jika terdapat pelanggaran terhadap syarat subjektif) maupun batal demi hukum (dalam hal ini tidak terpenuhinya syarat objektif)15.

Dengan demikian transaksi jual beli elektronik sendiri merupakan aktifitas jual beli berupa transaksi penawaran barang oleh penjual dan permintaan barang oleh pembeli secara online dengan memanfaatkan teknologi internet. Transasksi elektronik sendiri diatur dalam UU no 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transasksi Elektronik. Khususnya pada pasal 1 ayat 2 yaitu Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan / atau media elektronik lainnya.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal demikian disebabkan, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, sehingga melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap bahan yang telah dikumpulkan dan diolah.16

Dengan demikian dalam penelitian ini, maka penulis membagi menjadi beberapa yaitu:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif.

15Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 93

16 Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1985, hal. 1

(14)

Penelitian hukum normatif merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

2. Pendekatan Masalah

Agar dapat memperoleh kebenaran yang diharapkan, maka dalam penelitian ini dipergunakan beberapa pendekatan, yaitu Konseptual Approach (Pendekatan Konseptual) dan Statute Approach (Pendektatan PerUndang- undangan).17 Pendekatan Konseptual terkait dalam konsep atau pengertian- pengertian. Sedangkan Pendekatan Perundang-undangan adalah kajian terhadap berbagai peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan pokok masalah dalam penelitian yang di teliti.

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perUndang-undangan dan mempunyai kekuatan mengikat yaitu terdiri dari:

1) KUH Perdata

2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang yang telah direvisi ke Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016.

3) PP PSTE (Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik) Nomor 82 Tahun 2012.

17 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2015, hal.

93

(15)

4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang diperoleh dari tulisan atau wawasan para ahli yakni yang di temukan dalam berbagai buku-buku, artikel, makalah pada kegiatan ilmiah, jurnal ilmiah dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang dikaji.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang diperoleh dari majalah-majalah hukum, brosur, internet, kamus, ensiklopedia dan fakta-fakta hukum yang terjadi dalam praktek.

4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Bahan Hukum a. Teknik Pemgumpulan Bahan Hukum:

1. Studi Kepustakaan

Metode ini untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mengidentifikasi dan mempelajari.

2. Wawancara

Cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada pada seseorang yang diwawancarai. Peneliti akan melakukan tatap muka dengan narasumber untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan.

(16)

b. Analisis Bahan Hukum

Bahan Primer, Sekunder, maupun Tersier setelah di kumpulkan kemudian diklasifikasikan dan analisis dengan cara menghubungkan peraturan perundang-undang yang berlaku untuk menjawab permasalahan yang ada, maka bahan hukum yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif, kemudian dipaparkan secara deskriptif, sistematis dan logis menuju pada penarikan kesimpulan secara khusus yang bertujuan untuk mendapatkan dan memahami gejala-gejala yang timbul dari hasil penelitian.

Ketiga sumber bahan hukum ini sangat penting dan saling menunjang dalam memproleh hasil penelitian dari masalah yang dikaji yaitu bagaimana akibat dari Asas kepercayaan yang diterapkan dalam transaski jual beli online. Dipilihnya metode ini karena bahan yang dikumpulkan lebih bersifat normatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan terdiri dari bab I merupakan pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan pustaka tentang Asas-asas Perjanjian, tinjauan umum Asas Kepercayaan dan tinjauan umum jual beli online. Bab III merupakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai transaksi jual beli online dalam prakteknya, akibat penerapan asas kepercayaan dalam transaksi jual beli online dan asas itikad baik dalam melaksanakan perjanjian. Bab IV merupakan kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Asam ribonukleat merupakan produk hasil sintesis dari lapisan EPR yang berperan dalam metabolisme sel, fagositosis, dan memelihara jalur retinoid.1,2,7 3.3 Fungsi Fisiologis Epitel