1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kejahatan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dalam kehidupan manusia. Kejahatan tidak pernah memandang baik itu pelakunya laki-laki ataupun perempuan, bahkan orang tua dan anak-anak sekalipun. Kehidupan sosial masyarakat baik kalangan atas maupun kalangan bawah semuanya memiliki potensi yang tinggi dalam dirinya untuk melakukan kejahatan. Anak-anak sebagai salah satu contoh, usia anak-anak yang masih terbilang mudah tidak luput menjadi sasaran problematika kejahatan yang terjadi dalam masyarkat. Hal ini di tandai dengan banyaknya anak diluaran sana yang menjadi korban eksploitasi seperti anak yang mengalami kekerasan. Anak yang di perdagangkan bahkan masih banyak anak yang mengalami kekerasan seksual diusianya yang masi rentang dengan trauma mental.
Pelecehan seksual seringkali menjadikan anak-anak tak berdaya sebagai korban. Salah satu bentuk kejahatan seksual ini seperti kejahatan Pedofilia. Pedofilia adalah seseorang yang mempunyai perilaku penyimpangan seksual terhadap anak- anak. Kata tersebut bersumber dari bahasa yunani, paedo (anak) dan philia (cinta).1
Pedofilia juga disebut Gangguan kelaian jiwa seseorang dalam bertindak untuk menjadikan anak-anak sebagai objek atau sasaran dari tindakannya. Umum bentuk tindakannya itu berupa pelampiasan nafsu seksual kepada anak-anak yang masih di bawah umur. Perbuatan pedofilia ini termasuk dalam kejahatan tindak pidana yang sangat meresahkan masyarakat terutama pada orang tua dan anak-anak yang menjadi korban yang seharusnya masih harus bermain dengan teman sebayanya dan masih harus mengenyam pendidikan tanpa ada gangguan. Tindak Pidana jenis Pedofilia ini termasuk pelecehan seksual yang akan sangat menimbulkan trauma psikis dan mental namun tidak dapat disembuhkan dalam waktu singkat bagi yang
1 Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia. di akses pada tanggal 31 agustus 2020, 19.00
mengalaminya. Bahkan dampak bukan hanya terhadap anak-anak yang menjadi korban kejahatan tetapi akan berdampak bagi keluarga anak atau bisa juga berdampak bagi masyarakat sekitarnya. Bagi anak sebagai koban pedofil, dampak dari tindakan kekerasan seksual ini bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana perlakuan pelaku terhadap anak sebagai korban kekerasan. Banyak para pelaku Pedofilia yang menjadika anak sebagai korban karena ketidakmampuannya berhubungan sesama orang dewasa sehingga anak yang menjadi korban pelampiasannya. Kejahatan seksual jenis Pedofilia ini termasuk dalam bentuk kejahatan Asusila atau Kesusilaan.
Banyaknya kejahatan yang terjadi termasuk perbuatan asusila seringkali menjadi bahan perbincangan di berbagai kalangan masyarakat. Bahkan masih sangat jelas dalam beberapa waktu belakangan ini kejahatan asusila seperti kekerasan seksual digunakan para pelaku kejahatan dengan sangat mudahnya untuk menjadikan anak-anak sebagai korban kejahatan asusila yang sangat tidak wajar dan melanggar hukum serta ketertiban.
Perbuatan asusila atau kesusilaan diartikan sebagai bentuk kejahatan atau pelanggaran nilai-nilai atau norma-norma kesusilaan dalam masyarakat. Norma kesusilaan inilah yang membentuk masyarakat agar sesuai dengan nilai kemanusiaannya dan kesempurnaan hidupnya. Setiap bentuk perbuatan yang bertentangan dengan hal tersebut akan dinilai sangat melanggar norma kesusilaan.
Jika diartikan lebih sempit kejahatan kesusilaan yaitu kejahatan atau pelanggaran terhadap nilai susila masyarakat. Maka apabila mengacu dalam hal ini kejahatan seksual jenis Pedofilia termasuk kejahatan yang melanggar nilai asusila dan merupakan suatu perbuatan tindak pidana yang dapat di perhadapkan dengan hukum.
Kegiatan seksual memang sangat penting dalam kehidupan kehidupan manusia karena tanpa adanya manusia yang melakukan hubungan seksual tersebut maka tidak akan ada pertambahan penduduk. Namun bukan berarti pentingnya kegiatan seksual ini menjadikan pihak yang tak bertanggung jawab untuk melakukannya kepada anak-anak demi melampiaskan nafsunya. Sehingga perlu adanya hukum untuk mengatur hal tersebut dan menghukum semua para pelaku
kejahatan termasuk kejahatan seksual atau pedofilia yang sangat meresahkan masyarakat.
Berkaitan dengan kebutuhan seksual Allah tidak hanya menciptakan orang- orangnya yang sempurna dan memberikan kenikmatan karunianya namun seiring dengan hal itu Allah swt juga telah memberikan aturan-aturan serta batasan- batasannya secara tegas dalam proses pemenuhannya sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan aturan-aturannya, Allah telah memberikan larangan kekerasan jenis apapun itu yang dapat merugikan orang lain.
Akhir-akhir ini sejumlah kasus Pedofilia marak terjadi di Indonesia khusus nya di Parepare. Kasus Pelecehan seksual di Kota Parepare itu melibatkan anak-anak sebagai korban maupun pelaku. Berdasarkan data Kepolisian Resor Parepare, selama 2015, tepatnya per September, sudah terjadi 15 kasus. Jumlah korbannya 15 orang dengan usia 5-16 tahun. Adapun pelakunya 26 orang. Umur mereka 12-18 tahun.
“Pada 2014, data per September 17 kasus,” kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Parepare, Ajun Komisari Nugraha Pamungkas, Senin, 26 Oktober 2015.
penanganan kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak mendapatkan prioritas untuk di percepat agar segera mendapatkan kepastian hukum karena.”Usia mereka dalam masa pertumbuhan,”.2
Anak merupakan pemberian karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu harus kita jaga karena dalam dirinya terdapat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Upaya perlindungan hukum kepada anak di bawah umur pada dasarnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), khususnya Pasal 287 KUHP yang mengatur bahwa;3 Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita yang bukan istrinya, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umur wanita itu belum lima belas tahun, atau
2tempo.co.kasus.pelecehan.seksual.di.parepare.https://www.google.com/amp/s /nasional.tempo.co/amp/713271/kasus-pelecehan-seksual-dipareparememprihatinkan.
di akses pada tanggal 4 juli 2020. 14.31 Wita.
3 Second Hope, KUHP, KUHAP, KUH PERDATA (YogyakartA, 2014), h. 84
kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pada perubahan selanjutnya Pemerintah Menerapkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yang diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Pasal 81 mengatur bahwa; Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Pelaku Pedofilia juga merupakan perbuatan Jarimah.4 Jarimah merupakan jinayah Umumnya di gunakan untuk pelanggaran terhadap perbuatan-perbuatan yang di larang oleh Syara’ baik mengenai jiwa maupun yang lainnya. Dalam syariat Islam Pedofilia dapat di kategorikan dalam perbuatan pemerkosaan karena terdapat unsur persamaan didalamnya. Ancaman hukuman ini adalah hukuman hudud yaitu hukuman zina. Islam sangat jelas melarang perzinaan seperti halnya firman Allah SWT.dalam Q.S. al’Isra’: 32.
ًلًْيِّبَس َءۤاَس َوۗ ًةَش ِّحاَف َناَك ٗهَّنِّا ٓىٰن ِّ زلا اوُب َرْقَت َلَ َو ٣٢
Terjemahnya :
Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu yang keji, Dan suatu jalan yang buruk,5
Ada juga yang mengelompokkan, jika perbuatan Pedofilia yang melakukan pelecehan seksual yang melibatkan serangan fisik pada anak, hukumannya yaitu ta’zir yang dapat ditentukan sendiri jenis dan kadarnya oleh penguasa atau hakim.
Seperti halnya pada permasalahan latar belakang sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan terhadap hukuman bagi pelaku Pedofilia. Dengan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti Sanksi bagi pelaku tindak pidana Pedofilia
4 Imaning Yusuf, Fiqih Jinayah Jilid I, (Palembang, Rafah Press, 2009), h.26
5 Depertement Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahanya, Surabaya, danakarya,2004 . h.389
dalam Pandangan Hukum Positif Indonesia dan Pandangan Hukum Pidana Islam mengenai hukuman tersebut dengan menjadikan skripsi yang berjudul; TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP KEJAHATAN PEDOFILIA DI PENGADILAN NEGERI PAREPARE (Studi Putusan No. 17/Pid.Sus/2019/Pn.Pre)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana Sanksi Terhadap Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Anak (Pedofilia) Dalam Kasus Putusan PN Parepare No. 17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.2.2 Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelecahan Seksual Terhadap Anak (Pedofilia) Dalam Kasus Putusan Parepare No. 17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.2.3 Bagaimana Resolusi Dalam Hukum Pidana Islam Perkara Pedofilia Dalam Putusan PN Parepare No. 17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk Mengetahui Sanksi Terhadap Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Anak (Pedofilia) Dalam Kasus Putusan PN Parepare No. 17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.3.2 Untuk Mengetahui Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelecahan Seksual Terhadap Anak (Pedofilia) Dalam Kasus Putusan PN Parepare No.
17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.3.3 Untuk Mengetahui Resolusi Dalam Hukum Pidana Islam Terhadap Perkara Pedofilia Dalam Putusan PN Parepare No. 17/Pid.Sus/2019/PN Pre.?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam teoritis maupun praktisi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis, sebagai rujukan dan referensi oleh peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang Pelecehan Seksual kepada anak di bawah umur (pedofilia) dalam tinjauan Hukum Pidana Islam khususnya mengenai sanksi terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak (pedofilia) dalam perspektif Hukum Pidana Islam.
1.4.2 Manfaat Praktis, manfaat penelitian ini pada bidang praktisi terbagi dua yakni;
1.4.2.1 Memberikan sumbangsi pemikiran dari pengkajian yang telah kami lakukan terhadap mahasiswa maupun akademisi khususnya dalam konsentrasi studi Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif khususnya.
1.4.2.2 Untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk memerangi tindak kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual terhadap anak.
1.4.3 Manfaat penulis, bagi penulis, sebagai proses pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah dari menerapkan teori yang diperoleh selama proses pembelajaran selama ini dalam disiplin ilmu Hukum Pidana Postif maupun Hukum Pidana Islam, sekaligus hasil penulisan ini sebagai bahan pustaka bagi penulis dan pengembangan disiplin ilmu utamanya terkait dengan penelitian ini.