• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN managed care.

N/A
N/A
Annisa susila putri syahlendra

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN managed care."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut UU. No 36 Tahun 2009 pasal 1 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktis secara sosial dan ekonomis.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai beberapa tugas selain memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yaitu melakukan pencatatanan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi rumah sakit, menurut UU. No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.

Rumah sakit sangat erat hubungannya dengan rekam medis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis, rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis digunakan sebagai informasi tertulis dengan perawatan kesehatan pasien, pengelolaan data dan juga untuk penelitian medis dan untuk kegiatan setatistik pelayanan kesehatan, rekam medis merupakan sub sistem dari sistem informasi rumah sakit secara keseluruhan yang memiliki peran yang sangat penting meningkatkan mutu dan pelayanan di rumah sakit itu sendiri.

Rekam medis merupakan sumber data utama dalam proses pelaporan rumah sakit serta biaya pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas jaminan kesehatan dengan prinsip managed care.

(2)

Managed care adalah suatu system pembiayaan pelayanan kesehatan yang disusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai dari perencanaan pelayanan serta meliputi kontrak dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk pelayanan yang komprehensif. Secara keseluruhan manage care menimbulkan reaksi positif dalam mengontrol pertumbuhan biaya pelayanan kesehatan. Ada beberapa bentuk dari managed care yaitu HMO (health maintanance organiszation) sering disebut HMO tanpa pembatas atau organisasi pemeliharaan kesehatan, PPO (proffered provider organization) atau organisasi penyediaan jasa pilihan dengan membuat persetujuan kontrak yang terfokus pada harga, POS (point of service) atau memiliki sistem kapitasi untuk setiap pendaftar, Pendekatan ini dapat mengurangi bahaya moral terhadap pelayanan kesehatan yang tidak dibutuhkan oleh pasien sehingga mengakibatkan kerugian kesejahteraan masyarakat. Manage care merupakan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti BPJS.

Manfaat dari BPJS kesehatan sangat banyak salah satunya menanggung penyakit Gagal Jantung. Namun dalam sistem pembiyaan JKN dengan menggunakan sistem pembayaran case base Group (INACBGS) belum bisa mengendalikan pasien readmission. Readmission ialah suatu kejadian seseorang pasien di rawat kembali yang sebelumnya telah mendapatkan layanan rawat inap di rumah sakit dan readmission juga sebagai dimensi mutu efektifitas dan kompetensi teknis rumah sakit.

Berdasarkan Standar Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 129/ Menkes/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berisi tentang kejadian rawat inap ulang (readmission) pasien gagal jantung jika tidak kembali ke perawatan dalam waktu ≤1 bulan hal ini berarti mutu pelayanan rumah sakit tersebut baik.

Gagal Jantung adalah salah satu penyakit kronik dengan durasi Readmission tertinggi di Indonesia. Pasien gagal jantung dapat mengalami

(3)

resiko tinggi rehospitalisasi bahkan kembali lai ke unit gawat darurat dalam jangka waktu 30 hari setelah pemulangan dari rumah sakit.

Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang ada di Bengkulu yang juga menangani pasien rawat inap dengan khasus Gagal Jantung. Berdasarkan hasil dari observasi awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu pada tanggal 22 November 2022 diambil 30 nomor rekam medis untuk dilakukan penelitian dan di dapatkan pasien yang mengalami readmission sebanyak 24 pasien dan yang tidak mengalami readmission sebanyak 6 pasien. Dari hasil observasi tersebut menimbulkan permasalahan dalam pembiayaan rumah sakit serta pelaporan untuk tingkat mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Menurut Budi Hidayat (2016) Readmission merupakan kasus yang tidak diharapkan dalam penerapan INACBGS, hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan penyerapan dana di luar batas normal sehingga biaya sulit dikendalikan. Dimana INACBGS Merupakan sistem pembayaran klaim oleh BPJS kepada pelayanan Kesehatan dengan dibayar per kasus dalam rentang waktu yang telah ditentukan, apabila melebihi waktu jatah dari yang telah ditentukan maka biaya ditanggung rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit harus memberikan pelayanan secara efektif dan efisien agar kasus readmission bisa berkurang.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengambil topik penelitian dengan judul “Analisis Angka Kejadian Readmission Kasus Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu Tahun 2022”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskanmasalah penelitian sebagai berikut “Berapakah angka kejadian readmission pada kasus gagal jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu Tahun 2022?”.

(4)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui angka kejadian pasien rawat inap ulang (readmission) di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk Mengetahui angka kejadian pasien rawat inap (readmission) Gagal Jantung berdasarkan waktu di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu

b) Untuk Mengetahui angka kejadian pasien rawat inap (readmission) Gagal Jantung berdasarkan usia di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu.

c) Untuk Mengetahui angka kejadian pasien rawat inap (readmission) Gagal Jantung berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis

dapat dimanfaatkan sebagai bahan diskusi dalam proses belajar mengajar meliputi penelitian di bidang rekam medis dan informasi terutama dalam pengelolaan rekam medis.

2) Manfaat Praktisi

a) Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu

Sebagai bahan evaluasi atau pertimbangan rumah sakit dalam menentukan rencana ataupun kebijakan-kebijakan mengenai angka kejadian readmission kasus gagal ginjal.

b) Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan acuan referensi dasar untuk Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang

(5)

akan melakukan penelitian diamana yang akan datang dan menambah kerja sama dengan rumah sakit pemerintah maupun swasta.

(6)

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian mencerminkan kemempuan mahasiswa untuk menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitiannya.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian N

O

Judul penelitian dan

penulis

Variabel penelitian

Jenis Penelitian

Hasil Penelitian

1. Analisis faktor yang

berhubungan dengan kejadian rehospitalisasi pasien gagal gantung

kongestif.

(Khasanah,S.,&

Susanto,A.2020)

Analisis faktor yang

berhubungan dengan kejadian rehospitalisas i pasien gagal gantung kongestif.

Deskriptif Besar sampel 30 responden yang diambil dengan teknik concecutive sampling. Hasil penelitian dengan uji korelasi

Somers’d :

hubungan riwayat hipertensi,

kepatuhan minum obat, kepatuhan diet rendah garam dengan

rehospitalisasi didapatkan hasil masing-masing ρ value : 0.032 r -0.200; ρ value : 0.032 r -

(7)

0.200; ρ value : 0.021 r -0.25.

Hubungan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, derajat CHF dan komorbid,

didapatkan hasil masing-masing ρ value : 0.803 r -0.042; ρ value : 0.273 r -0.01; ρ value : 0.490 r -0.080; ρ value : 0.524 r -0.058; ρ value : 0.934 r 0.012; ρ value : 0.165 r -0.42;

Kesimpulan ada hubungan antara riwayat hipertensi, kepatuhan minum

obat, dan

kepatuhan diet rendah garam terhadap kejadian rehospitalisasi di RSI Banjarnegara.

2. Faktor-faktor yang

faktor yang mempengaruh

Deskriptif Dari hasil penelurusan

(8)

mempengaruhi kejadian readmission pasien dengan penyakit gagal jantung kongestif tahunn2020 (Tarigen, Ttiara Victoria 2020)

i kejadian readmission pasien dengan penyakit gagal jantung

kongestif

didapatkan 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Berdasarkan analisa tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian Readmission pasien dengan penyakit gagal jantung kongestif, 5 dari 10 artikel mengatakan bahwa ketidak patuhan minum obat sangat

mempengaruhi pasien untuk kembali dirawat ulang dengan penyakit yang sama dan rumah sakit yang sama.

Kesimpulan : Dari berbagai hasil penelitian yang sudah direview oleh peneliti, menunjukkan

(9)

bahwa pasien gagal jantung kongestif semakin meningkat

diberbagai negara, termasuk negara berkembang. Dari

jurnal yang

peneliti

kumpulkan, faktor – faktor kejadian Readmission pada penyakit gagal jantung kongestif adalah kategori obat. Peneliti menyimpulkan bahwa ketidak patuhan dalam meminum obat membuat pasien kembali kerumah sakit yang sama dengan penyakit yang sama pula.

(10)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pelaporan Rumah Sakit Dan Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap (Formulir 5.3)

Pelaporan rumah sakit yaitu suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jenis laporan yang dibuat dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu:

1. Laporan intern rumah sakit

Yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun konsep rancangan dasar sistem informasi manajemen rumah sakit. Indikasi laporan adalah Sensus harian, meliputi:

a. Pasien masuk rumah sakit b. Pasien keluar rumah sakit c. Pasien meninggal di rumah sakit d. Lamanya pasien dirawat

e. Hari perawatan

f. Prosentase pemakaian TT g. Kegiatan persalinan

h. Kegiatan pembedahan dan tindakan medis lainn i. Kegiatan rawat jalan penunjang

2. Pelaporan ekstern rumah sakit

Yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang, Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota Pelaporan yang dibuat sesuai kebutuhan Depkes RI, meliputi :

a. Data Kegiatan Rumah Sakit (RL 1)

b. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap (RL 2a)

(11)

c. Data Keadaan Morbiditas penyakit Khusus Pasien Rawat Inap (RL 2a1)

d. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan (RL 2b)

e. Data Keadaan Morbiditas Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan (RL 2b1)

f. Data individual Morbiditas Pasien Rawat Inap g. Pasien Umum (RL 2.1)

h. Pasien Obstetrik (RL 2.2)

i. Pasien baru lahir/lahir mati (RL 2.3) j. Data Inventaris Rumah Sakit (RL3) k. Data Keadaan ketenagaan RS (RL 4) l. Data individual Ketenagaan RS (RL 4a) m. Data Peralatan Rumah Sakit (RL 5) 3. Periode Pelaporan

a. (RL 1) dibuat setiap tribulan berdasarkan catatan harian yang dikompilasi setiap bulan

b. (RL 2 a) dilaporkan setahun sekali c. (RL 2 b) dilaporkan setahun sekali d. (RL 2 a1) dilaporkan setiap bulan e. (RL 2 a2) dilaporkan setiap bulan

f. (RL 2.1), (RL 2.2), (RL 2.3), dibuat sistem sampling dari tangan 1 s/d 10 setiap bulan : Pebruari, Mei, Agustus dan Nopember khusus ke DepKes RI

g. (RL 3) dilaporkan setahun sekali

h. (RL4), (RL 4a), (RL 5) dilaporkan setahun sekal

Formulir RL 5.3 adalah formulir laporan untuk data 10 besar penyakit rawat inap rekapitulasi dari jumlah pasien keluar Rumah Sakit (hidup dan mati) untuk satu tahun. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya. Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan hasil Pelaporan rumah sakit dan juga merupakan suatu alat

(12)

organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat.

A. Pengkodean Diagnosa

1. Pengertian Pengkodean

Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di index agar memudahkan pelayanana data penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan (Ditjen Yanmed, 2006:59).

Kode klarifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit,cidera,gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan . sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10 ( ICD-10, Internasional Statistical Clasification Deseases and Health Problem 10 Revision), menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha numeric), ( Dirjen Yanmed (2006 : Revisi II)

Menurut Ditjen Yanmed (2006: 60) Kecepatan dan ketepatan pemberian kode dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada pelaksanaan yang menangani berkas rekam medis tersebut yaitu :

a) Diagnosa yang kurang spesifik

b) Keterampilan petugas koding dalam memilih kode c) Tulisan dokter yang sulit dibaca

d) Tenaga kesehatan lainnya

Alur rekam medis terdiri atas beberapa hal. Dimulai dari pendaftaran, distribusi, assembling, coding, entry, dan filing. Coding artinya menuliskan kode dari diagnosis yang dituliskan oleh dokter. Koder ini diambil dari buku kode diagnosis international atau yang dikenal dengan ICD. Coding ini biasanya dikerjakan oleh petugas rekam medis.

(13)

Setelah proses coding, biasanya dilanjutkan dengan entry kode diagnosis tersebut ke dalam komputer. Banyak rumah sakit yang tidak memahami pentingnya coding ini. Apabila coding tidak dilakukan tepat pada waktunya, maka berkas tidak rekam medis belum bisa disimpan dalam lemari rekam medis dan selanjtunya akan mempersulit proses pencarian berkas rekam medis tersebut ketika pasien berkunjung kembali.

2. Tujuan Pengkodean

a) Memudahkan, pencatatan, pengumpulan dan pengambilan kembali informasi sesuai tindakan medis

b) Memudahkan entry data ke database komputer yang tersedia c) Menyediakan data yang diperlukan oleh sistem pembayaran/

penagihan Menyediakan informasi diagnoses dan tindakan

B. Indeksing

1. Pengertian Indeksing

Indeks adalah daftar istilah atau kata-kata penting yang tersusun secara alfabetik untuk memberi informasi tentang halam atau kata tersebut ditemukan. Indeks dalam dunia rekam medis, adalah daftar kata atau istilah penting yang disusun dengan tata cara/kebijakan suatu institusi penyelenggara kesehatan baik secara manual maupun elektronik, yang bertujuan agar memudahkan dalam pencarian kembali kata atau istilah tersebut.

2. Jenis-Jenis Indeksing a) Indeks Utama Pasien

Indeks utama pasien atau Master Patient Index (MPI) yakni suatu indeks yang berisi tentang data pokok mengenai identitas pasien, tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pengidentifikasian pasien yang pernah berobat di institusi pelayanan kesehatan. Secara manual indeks utama pasien ini berwujud dalam Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP). Indentitas yang berada dalam KIUP tersebut

(14)

biasanya berisi : nomor rekam medis, nama pasien, tanggal lahir pasien (umur), jenis kelamin, alamat, nama orangtua/wali pasien, alamat orangtua/wali pasien dan tahun terakhir pasien berobat.

KIUP sendiri diindeks secara alfabetik berdasarkan nama pasien dengan cara menuliskan 3 huruf pertama dari nama pasien. Selain secara manual, indeks utama pasien juga dapat dilakukan secara komputerisasi, yang biasanya sudah tersambung dengan suatu jaringan sistem komputer yang dirancang menyesuaikan kebutuhan institusi kesehatan.

b) Indeks Penyakit Pasien

Merupakan indeks tentang jenis penyakit tertentu yang telah ditetapkan diagnosis akhir penyakitnya dan telah dilakukan pengkodean penyakit berdasarkan ICD - 10. Secara manual, Indeks penyakit pasien ini juga terwujud dalam bentuk kartu, dengan ketentuan setiap jenis penyakit yang sama menggunakan satu kartu yang sama. Namun dewasa kini telah banyak dilakukan indeks penyakit secara komputerisasi. Fungsi dari indeks penyakit pasien ini, meliputi :

1. Memudahkan dalam menelusuri setiap nomor rekam medis dan nama pasien yang memiliki jenis penyakit yang sama yang dikelompokan berdasarkan pengkodean penyakit, yang digunakan untuk keperluan tertentu, misal : penelitian mahasiswa.

2. Untuk menyusun laporan morbiditas

3. Dapat digunakan sebagai sumber data statistik rumah sakit 4. Dapat digunakan sebagai suatu informasi dalam manajemen

institusi pelayanan kesehatan.

c) Indeks Operasi/ Tindakan

Indeks operasi atau indeks tindakan adalah indeks tentang tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter).

(15)

Penulisan Indeks operasi secara manual dapat dilakukan dalam kartu indek operasi, dengan ketentuan penulisan adalah satu kartu yang sama untuk satu jenis tindakan dan setiap tindakan yang ditulis dalam indeks operasi tersebut harus disertai kode tindakan berdasarkan ICOPIM dan ICD 9 CM. Selain secara manual indeks operasi ini juga dapat dilakukan secara komputerisasi yang sistemnya telah dirancang sedemikian ruma mengikuti kebutuhan institusi kesehatan. Adapun fungsi dari indeks operasi, tediri dari : 1. Memudahkan menelusuri setiap nomor rekam medis dan

nama pasien yang dilakukan jenis tindakan yang sama yang dikelompokan berdasarkan kode tindakan.

2. Untuk menyusun laporan jenis operasi d) Indeks Kematian

Yaitu indeks tentang sebab kematian penyakit tertentu sebagai hasil pelayanan pasien di institusi pelayanan kesehatan. Ketentuan penulisan dalam indeks kematian secara manual, adalah setiap sebab kematian menggunakan satu kartu yang sama dan harus diserta kode penyakit dari sebab kematian tersebut. Dalam sistem komputerisasi, biasanya pengentrian indeks kematian ini dilakukan pada suatu sistem/aplikasi yang sengaja dibuat untuk memudahkan pekerjaan petugas penginputan. Fungsi dari indeks kematian, meliputi :

1. Memudahkan untuk menelusuri nomor rekam medis dan nama pasien dengan sebab kematuan yang sama, yang digunakan untuk keperluan tertentu, misal : research.

2. Digunakan untuk menyusu laporan sebab kematian (mortalitas) e) Indeks Dokter

Indeks dokter adalah indeks tentang nama dokter yang melayani pasien di institusi pelayanan kesehatan. Fungsi dari indeks dokter ini adalah untuk mengevaluasi kinerja dokter dan menghitung

(16)

angka kredit guna promosi dan demosi dokter berdasarkan kinerjanya.

C. Gagal Jantung 1. Pengertian

Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi yang ditandai dengan tanda dan gejala kelebihan cairan atau perfusi jaringan yang tidak memadai. Kelebihan cairan dan penurunan perfusi jaringan terjadi ketika jantung tidak dapat menghasilkan oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaan tubuh.

Gagal jantung bersifat progresif, kondisi seumur hidup yang dikelola dengan perubahan gaya hidupdan obat-obatan untuk mencegah episode akut dekompensasi gagal jantung. Penyakit gagal jantung sangat erat kaitannya dengan dengan peningkatan rawat inap, peningkatan biaya perawatan kesehatan, dan menurunnya kualitas hidup (Brunner dan Suddarth, 2010).

Gagal jantung merupakan suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan

fungsi jantung yang berakibat jantung gagal mempertahankan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam kung talam jantung (Aspiani, 2014)

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana Seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan, tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki) adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat

(17)

(Siswanto et al., 2015)

2. Etiologi Gagal Jantung

Menurut Syamsudin (2011) penyebab dari gagal jantung adalah : a. Infeksi

Pasien dengan kongesti vascular paru akibat gagal ventrikel kiri lebih rentan terhadap infeksi paru dari pada subjek normal dan setiap infeksi dapat memicu gagal jantung.

b. Anemia

Dengan keberadaan anemia, oksigen untuk jaringan metabolism hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah jantung. Meskipun curah jantung bisa ditahan oleh jantung yang normal, jantung yang sakit dan kelebihan beban (meski masih terkompensasi) mungkin tidak mampu menambah volume darah yang dikirim disekitarnya. Dalam hal ini, kombinasi antara anemia dan penyakit jantung yang terkompensasi sebelum bisa memicu gagal jantung dan menyebabkan tidak cukupnya pasokan oksigen ke daerah sekitarnya.

c. Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencangkup arterosklerosis kororner, hipertensi arterial dan penyakit degenerative atau inflamasi.

d. Arterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktak). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

e. Hipertensi Sisitemik atau Pulmonal

(18)

(Peningkatan afterload) mengakibatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.

f. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

g. Penyakit Jantung Lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.

Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup: gangguan aliran darah melalui jantung (misal stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (missal temponade pericardium, pericarditis kontriktif atau stenosis katup AV), pengosongan jantung abnormal (inefisiensi katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “maligna”) dapat menyebabakan gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi miokardial. (Astuti, 2017)

3. Tanda dan Gejala

Menurut Mansjoer, A. dkk. (2001) manifestasi klinis gagal jantung

secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya. Namun dapat

digambarkan sebagai berikut :

(19)

1) Ortopnea adalah kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk dikursi, bahkan saat tidur.

2) Dyspnea, terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang menggangu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.

3) Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada malam hari disertai batuk.

4) Batuk-batuk, hal ini disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetepi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.

5) Mudah Lelah, terjadi akibat curah jantung yang kurang, yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energy yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.

6) Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stess akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

7) Gambaran klinis gagal jantung kanan:

a. Edema, dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai dan paha dan akhirnya ke genetalia eksterna dan tubuh bagian bawah

b. Kadang juga terdapat pitting ederma c. Pertambahan berat badan

d. Distensi vena leher

(20)

e. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atau abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar

f. Asites, terjadi karena tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen (peritonium)

g. Anoreksia dan mual, hilangnya selera makan dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen

h. Nokturia, rasa ingin kencing malam hari, terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Dieresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat.

i. Lemah, disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.

4. Patofisiologi

Respon dari fisiologis gagal jantung akan memunculkan manifestasi seperti peningkatan frekuensi jantung, dilatasi, hipertrofi, dan peningkatan isi sekuncup. Hal tersebut akan mempengaruhi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan aliran balik vena, dan peningkatan aliran keluaran kontraksi yang akan mengakibatkan tekanan sistolik dan diastolik tetap normal dan adanya peningkatan kebutuhan oksigen serta peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung.

Peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung akan mempengaruhi preload melebihi kemampuan pemompaan yang akan mempengaruhi kongestif vaskuler pulmonal, berdampak pada pertukaran gas dalam paruparu, pengeluaran aliran ke ginjal, usus dan kulit ditandai dengan adanya peningkatan keluaran urine,peningkatan latergi, berkeringat, sianosis (pucat)

(21)

Pengeluaran Na + (ion natrium) dan H2O akan mempengaruhi peningkatan volume darah. Sirkulasi peningkatan aliran balik vena.

Semua ini saling mempengaruhi dan saling berkaitan dengan respons. Fisiologi gagal jantung atau payah jantung peningkatan kebutuhan oksigen dan peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung yang diakibatkan oleh peningkatan pengaruh simpatis pada jantung, arteri vena akan mempengaruhi aliran atau sirkulasi darah-darah ke ginjal, usus dan kulit sehingga mengakibatkan asidosis pada jaringan yang akan memberikan pengaruh pada jaringan lanjut (metatasis pada organ dan jaringan yang lain), dan akan mengakibatkan iskemi miokard maka terjadi penurunan curah jantung. Iskemi miokard ditandai dengan kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, distritmia, dispnea, pucat, berkeringat sehingga terjadi ketidakseimbangan suplai oksigen menyebabkan aktifitas berkurang (Huddak & Gallo, 1997).

D. Readmission

Readmission merupakan sebagai proses hospitalisasi kembali yang lebih dari satu kali dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pulang dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh dan dirawat dirumah sakit yang sama dengan kondisi yang sama juga (Atmiroseva & Nurwahyuni, 2017)

Readmission adalah suatu saat dimana ketika seorang pasien yang telah dikeluarkan dari rumah sakit dirawat dan lagi di rumah sakit dalam waktu tertentu. Tingkat penerimaan kembali semakin banyak digunakan sebagai alatukur dari hasil dalam penelitian layanan kesehatan dan sebagai alat ukur kualitas untuk sistem kesehatan (Wikipedia).

Readmission merupakan peristiwa menyangkut di banyak negara di dunia, yang berlaku prospektif pembayaran kepada sistem DRG, termasuk di Indonesia dengan INA-CBG. Pendaftaran kembali tidak diinginkan dan kelemahan dari sistem DRG yang meningkatkan biaya yang tidak perlu pelayanan kesehatan dan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan yang

(22)

diperoleh peserta asuransi di negara-negara menerapkan sistem DRG. Di Indonesia, jumlah pembayaran INACBG sangat signifikan (Atmiroseva &

Nurwahyuni, 2017).

Faktor yang menyebabkan readmission yaitu menurut Sadock (2010) menyatakan banyak pasien yang melakukan readmission diantaranya disebabkan oleh ketidak patuhan pengobatan seperti tidak patuhnya pasien saat meminum obat yang telah diberikan oleh dokter. Kemudian Peran keluarga yakni keluarga dengan pasien gagal jantung mengalami kecemasan dan kebingungan dalam merawatnya, dibutuhkan peran keluarga sebagai pengasuh utama merawat pasien gagal jantung agar pasien sembuh. Dan kondisi masyarakat/lingkungan yang tidak mendukung seperti kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kondisi pasien agar sembuh dan kurangnya dukungan masyarakat tehadap pasien, berdampak juga pada mutu rumah sakit.

INA-CBGS yaitu sebuah sistem untuk menentukan tarif standar yang digunakan oleh rumah sakit sebagai referensi biaya claim ke pemerintah selaku pihak bpjs atas biaya pasien BPJS. Dan INA-CBGS juga merupakan sistem paket berdasarkan penyakit yang diderita pasien.

Tabel 2.1 Tabel Tarif Biaya Skizofrenia dalam INA-CBG’S

Diagnosis Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Gagal Jantung Rp.3.649,100 Rp.3,127,800 Rp.2,606,500

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan hubungan visualisasi hubungan antara berbagai variabel untuk lebih menjelaskan sebuah fenomena (Wibowo, 2014)

Rekam Medis

Pengkodingan

(23)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang di rumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Peranan konsep dalam penelitian sangatlah besar karena menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas. (Suryanto, Siswanto, Susila, 2013).

1. Indeks pasien 2. Indeks penyakit 3. Indeks dokter 4. Indeks kematian 5. Indeks obat-obatan 6. Indeks alamat

Pelaporan Rumah Sakit

RL1 RL2 RL3 RL4 RL5 RL.5: Pengunjung rumah sakit

1. RL5.1 (Pengunjung rumah sakit) 2. RL5.2 ( Kunjungan

rawat jalan) 3. RL5.3 (Daftar 10

besar penyakit rawat inap)

4. RL5.4 (Daftar 10 besar penyakit rawat

jalan) Readmission

RL5.3 (Daftar 10 penyakit

rawat inap)

INPUT

Data Klasifikasi dan Kodefikasi Readmission Rawat Inap ( Pelaporan RL 5.3)

PROSES

Pelaporan Kunjungan Rawat Inap

OUTPUT

Pengelompokan penyakit berdasarkan jenis kelamin penderita, umur penderita dan

(24)

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan retrospective yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan melihat ke belakang (Notoatmodjo, 2005).

2. Rancangan Penelitian

Kerangka atau sketsa yang didesain oleh peneliti sebagai rencana penelitian. Dengan tujuan adanya arah yang jelas dan target yang hendak dicapai dalam penelitian. Jika tujuan penelitian jelas dan terumuskan dengan baik, maka penelitian dan pemecahan masalah akan berjalan dengan baik pula.

(25)

Langkah paling awal dalam penelitian adalah identifikasi masalah yang dimaksudkan sebagai penegas batas-batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuannya

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dalah pelaporan rawat inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu di bagian pengolahan data (Pelaporan).

2. Objek dalam penelitian ini adalah buku laporan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu tahun 2022.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Analisis Angka

Kejadian Readmission Kasus Gagal Jantung

Indeksing Penyakit

Angka kejadian rawat inap berdasarkan jenis kelamin Angka kejadian rawat inap

berdasarkan golongan umur

Angka kejadian rawat inap berdasarkan waktu

(26)

Diagnosa Gagal Jantung

berdasarkan waktu kejadian

Data

pengelompoka n diagnosa Gagal Jantung berdasarkan waktu kejadian

Lembar

Checklist Observasi 0 = ≥ 1 bulan

1 = < 1 bulan Nomina l

Kejadian Gagal Jantung

berdasarkan jenis kelamin

Kejadian terbanyak pada kasus Gagal Jantung

berdasarkan golongan jenis kelamin

Lembar Checklist

Observasi 0 = laki-laki 1 = perempuan

Nomina l

Kejadian Gagal Jantung

berdasarkan golongan umur

Kejadian terbanyak pada kasus Gagal Jantung

berdasarkan golongan umur

Lembar Checklist

Observasi 0 = 12-16 tahun 1 = 17-25 tahun 2 = 26-35 tahun 3 = 36-45 tahun 4 =46 tahun keatas

Nomina l

D. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2022.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu.

E. Instrumen Penelitian

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian No Variable / Data Alat Ukur 1 kejadian pasien rawat inap

(readmission ) Gagal Jantung berdasarkan waktu di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu

Lembar Observasi

2 kejadian pasien rawat inap (readmission) Gagal Jantung berdasarkan jenis kelamin di RSUD Harapan dan Doa Kota

Lembar Observasi

(27)

Bengkulu

3 kejadian pasien rawat inap (readmission) Gagal Jantung berdasarkan golongan umur di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu

Lembar Observasi

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

a) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data laporan Rawat Inap tahun 2022,. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit atau buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi :

a) Wawancara, dengan kepala instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu untuk mengetahui sistem pelaporan dan sistem pembiayaan rumah sakit.

b) Observasi, metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data- data tentang pelayanan rawat inap dengan diagnosa Gagal Jantung serta teori yang diperlukan untuk analisis sistem.

3. Proses Pengolahan Data

a) Pemeriksaaan Data (Editing)

Proses editing adalah kegiatan memeriksa data yang telah dikumpulkan baik melalui daftar pertanyaan, buku register checklist atau lainnya.

Pada proses editing ini peneliti pemeriksa lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b) Pemberian Kode (Coding)

(28)

Pengkodean data adalah pemberian kode-kode tertentu pada tiap- tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama.

Coding bertujuan untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable yang berskala kategori atau data klasifikasi diberi kode.

Pada penelitian ini peneliti memberi kode pada jawaban kuesioner yang diisi oleh responden

Table 3.3 Jenis dan Teknik pengumpulan data

Data Kode

Kejadian rawat inap berdasarkan waktu

0 = ≥ 1 bulan 1 = < 1 bulan Kejadian rawat inap berdasarkan

jenis kelamin

0 = laki-laki 1 = perempuan Kejadian rawat inap berdasarkan

golongan umur

0 = 12-16 tahun 1 = 17-25 tahun 2 = 26-35 tahun 3 = 36-45 tahun 4 =46 tahun keatas

c) Data Entry

Mengisi kolom tersebut dengan kode atau mengisi lembaran kode sesuai jawaban masing-masing.

d) Penyusunan Data (Tabulasi)

Tabulasi adalah proses menempatkan atau memasukkan data dalam bentuk tabel induk dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

G. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan lembar observasi , selanjutnya di analisis dan dibandingkan dengan teori serta disajikan dalam bentuk narasi untuk

(29)

menarik kesimpulan agar diperoleh analisis angka kejadan readmission kasus Gagal Jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. P. T. (2017). Gagal Jantung Tinjauan pustaka. Ilmu Penyakit Dalam, 1002005139, 1513.

Referensi

Dokumen terkait