• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi pendidikan saat ini memunculkan semakin banyak tantangan yang harus dihadapi, hal ini dikarenakan hasil akhir yang di dapatkan oleh siswa nyatanya belum bisa untuk mengharumkan pendidikan yang ada di Indonesia. Data UNESCO tahun 2013 menyebutkan Indonesia menduduki peringkat 121 dari 185 negara ditinjau dari mutu pendidikannya. Menurut Prof. Dr. Ulfah Fajarini, guru besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, data World Education Ranking yang diterbitkan Organization for Economic Co-operation and Develomnet (OECD), disebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-57 dari total 65 negara di dunia. Sedangkan untuk minat baca, menurut studi Most Litered Nation in the World yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Salah satu yang menjadi permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum dan manajemen sekolah yang tidak efektif serta kurangnya motivasi siswa dalam belajar.

Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, karena dalam proses tersebut siswa tidak hanya menerima dan menyerap informasi yang disampaikan guru, tetapi siswa perlu melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran.

Dari proses pembelajaran tersebut siswa dapat menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya, baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan, maupun

(2)

perilaku. Namun, kenyataannya pembelajaran di kelas selama ini masih berpusat pada guru dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif. Guru selalu menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi lain dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Dampaknya, pada realita di lapangan menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi. Banyak siswa merasa “ogah- ogahan” di dalam kelas dan tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar.

Motivasi belajar adalah suatu pendorong yang berasal dari dalam diri seseorang guna melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan dan pengalaman (Nurmala, Tripalupi, & Suharsono, 2014). Adapun motivasi belajar menurut Dr. Hamzah B. Uno dalam bukunya mengemukakan bahwasanya motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Motivasi belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sukmadinata (Kurniasih, 2010: 3) mengatakan bahwa tingkah laku belajar siswa yang kurang motivasi adalah; (1) kelesuan dan ketidak berdayaan, seperti malas, segan, lambat belajar, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, mengantuk atau loyo dan sebaginya; (2) penghindaran atau pelarian diri, seperti absen, bolos, tidak mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat pelajaran, pelupa, tidak percaya diri dan sebagainya; (3) penentangan, seperti kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai pelajaran, mengkritik dan sebagainya; (4)

(3)

kompensasi, seperti mencari kesibukan lain ketika sedang belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting.

Sebagaimana hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada hari Selasa (26 November 2019) bertempat di SDN Kotalama 5, ditemukan 75%

siswa kelas 5 SD mengalami lambat belajar. Beberapa siswa tak jarang juga melakukan kenakalan didalam kelas, kurang konsentrasi dan mencari kesibukan lain ketika sedang proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena faktor motivasi belajar siswa yang masih cenderung rendah. Menurut data dari Ibu Gama Tavia, Wali Kelas 5A di SDN Kotalama 5, hampir 95% latar belakang pendidikan orangtua siswa hanya terbatas sampai SD dan bahkan beberapa diantaranya tidak sampai menuntaskan jenjang SD. Latar belakang pendidikan orang tua yang terbatas ini-lah yang menjadi kekhawatiran para guru, dimana siswa tidak memiliki role model yang dapat memotivasi semangat belajar mereka di rumah.

Seorang guru bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator, akan tetapi juga dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan semangat dan dorongan siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai metode penyajian yang menarik sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman serta menunjang pembentukan kompetensi dasar siswa yang lebih baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran ARCS. Metode ini merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Oleh sebab itu, penulis hendak melakukan penelitian terkait dengan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan

(4)

pembelajaran dengan metode ARCS Keller, dimana model pembelajaran ini mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa tersebut sehingga dapat tercapainya hasil pembelajaran yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana motivasi belajar siswa kelas V di SDN Kotalama 5 sebelum dan sesudah dilakukan metode pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi motivasi siswa kelas V di SDN Kotalama 5 dalam belajar sebelum dan sesudah dilakukan metode pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sebuah metode pembelajaran yang tepat guna meningkatkan motivasi belajar siswa

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar mandiri dan mendorong siswa agar lebih termotivasi dalam belajar.

(5)

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kreativitas penggunaan variasi metode pembelajaran yang sesuai dalam upaya pemaksimalan kegiatan belajar mengajar c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

d. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi terhadap penelitian yang relevan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik membuat aplikasi game crossword puzzle klasifikasi dan kodefikasi penyakit dan masalah terkait menjadi salah satu sumber bank soal

Selain itu kelengkapan dokumen rekam medis dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti dalam aspek hukum, pendidikan, pelatihan serta dapat digunakan untuk bahan analisis dan

Mendapatkan data mengenai prevalensi IMLTD pada darah donor di UDD PMI Kabupaten Malang sehingga dapat dilakukan pengelolahan yang lebih awal, tepat dan lebih baik serta mengetahui

Tanda klinis defisiensi zinc pada anak balita, seperti terhabatnya pertumbuhan dan rendahnya nafsu makan anorexia, seringkali di hubungkan dengan konsentrasi zinc pada rambut kurang

Pasta labu kuning dan tepung daun kelor dapat menjadi alternatif dalam menangani permasalahan gizi anemia defisiensi besi pada remaja, yaitu dengan mensubstitusikan pasta labu kuning

Dari gambaran diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang Gambaran Teknik Pemberian Kompres Hangat Pada Anak Dengan Demam tifoid untuk meneliti teknik kompres hangat yang tepat

Berdasarkan beberapa hal tersebut dan ingin meningkatkan cakupan pelayanan antenatal, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sikap ibu hamil tentang kualitas pelayanan

Adanya kandungan bahan kimia yang berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil yang terdapat dalam makanan Menurut data dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM sepanjang