BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Herbal adalah setiap tanaman yang diketahui oleh masyarakat mengandung komposisi yang berkhasiat untuk mencegah maupun mengobati penyakit-penyakit tertentu berdasarkan hasil pengamatan.1 Herbal telah banyak dimanfaatkan baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan persentase konsumen lebih dari 50% baik di negara maju maupun di negara berkembang.2
Salah satu contoh herbal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L.) ungu atau yang biasa disebut dengan purple sweet potato yang termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Tanaman ini merupakan sumber karbohidrat karena mengandung tepung.3 Ubi jalar ungu termasuk jenis ubi jalar yang paling diminati, selain mudah didapatkan karena dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis sehingga jumlahnya berlimpah, ubi jalar ungu ini juga memiliki beragam manfaat khususnya di bidang kesehatan.4
Manfaat dari ubi jalar ungu di bidang kesehatan diantaranya mengandung flavonoid yang dapat mencegah kanker paru dan rongga mulut. Selain itu, terdapat banyak kandungan vitamin esensial pada ubi jalar ungu seperti asam pantonetat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), dan tiamin (vitamin B1), serta niacin dan riboflavin yang berperan penting sebagai ko-faktor enzim selama
metabolisme. Warna ungu yang terdapat pada ubi jalar ungu disebabkan karena kandungan antosianin di dalamnya. Kandungan antosianin tersebut berperan sebagai pembersih radikal bebas, antimutagenik, dan mencegah terjadinya aterosklerosis.5 Disamping itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ekstrak air ubi jalar ungu terbukti memiliki efek terhadap penurunan tekanan darah dan mencegah stres oksidatif pada pasien lansia yang mengalami hipertensi.6 Pemanfaatan ekstrak ubi jalar ungu juga dapat berupa bahan olahan untuk peningkatan efektifitas fermentasi oleh bakteri yang bersifat probiotik untuk dijadikan yoghurt jagung manis.7
Manfaat pada ubi jalar ungu hanya dapat diperoleh pada dosis yang benar.
Penelitian terdahulu mengatakan bahwa antosianin pada dosis tinggi justru merangsang peningkatan ekspresi caspase-3 yaitu efektor proses apoptosis yang berperan dalam degradasi sel.8
Disamping manfaat yang dapat diperoleh dari ubi jalar ungu, penelitian terdahulu mengungkapkan terdapat juga efek toksisitas dari ubi jalar ungu yaitu terkandung furanoterpenoid yang menyebabkan hepatotoksisitas, edema paru, juga pneumonia.9
Parameter utama yang digunakan dalam mengukur toksisitas akut yaitu dengan penilaian dosis mematikan dalam 50 populasi (LD50) dan juga sebagai prosedur awal untuk skrining secara umum dari bahan kimia dan farmakologis.
Selain itu, efek biologis, onset, durasi dan tingkat pemulihan pada hewan juga penting dalam evaluasi toksisitas akut. Studi toksisitas akut semata-mata
memberikan informasi tentang LD50, indeks terapi dan tingkat keamanan agen farmakologis.
Maka dalam hal ini, perlu adanya uji toksisitas akut untuk menentukan efek dari pemberian dosis tunggal suatu senyawa. Umumnya pengujian ini dilakukan terhadap dua jenis hewan (rodensia dan non rodensia). Produk yang diuji diberikan pada hewan coba dengan dosis yang berbeda, kemudian dilakukan pengamatan dalam waktu yang singkat.
Uji toksisitas terbagi atas uji toksisitas akut, sub-akut, sub-kronis, dan kronis. Toksisitas akut merupakan efek yang timbul secara langsung dalam waktu yang singkat setelah pemberian suatu bahan ataupun zat, sedangkan toksisitas kronis berlangsung pada jangka waktu yang lama. Uji toksisitas kronis merupakan kelanjutan uji toksisitas sub-kronis yang tujuannya untuk menilai apakah substansi yang diberikan dapat menyebabkan karsinogenik atau tidak. Uji toksisitas sub-kronis merupan uji untuk menilai informasi yang didapatkan dari uji toksisitas akut dan sub-akut. Kemudian uji toksisitas sub-akut merupakan kelanjutan dari uji toksisitas akut yang tujuannya untuk menilai lebih realistis dosis yang dapat menyebabkan toksik.10
Hepar merupakan organ terbesar yang menyumbang sekitar dua persen dari keseluruhan berat tubuh yang memiliki peranan penting pada proses metabolisme.11 Hepar dapat dengan mudah mengalami kerusakan disebabkan gangguan metabolisme dari efek penggunaan obat-obatan (idiosinkrasi).
Kerusakan ini biasanya disebabkan karena dosis yang tidak sesuai anjuran sehingga dapat mengganggu peran fungsi normalnya.12 Kerusakan ini dinilai oleh
beberapa tes yang dapat mengevaluasi gangguan fungsi hati, salah satu tes yang paling umum dilakukan adalah pengukuran AST dan ALT.13
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui efek toksisitas ekstrak air ubi jalar ungu terhadap organ hepar pada tikus putih berdasarkan kadar AST (Aspartate transaminase) dan ALT (Alanine transaminase)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas , maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efek toksisitas akut ekstrak air ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L.) terhadap fungsi organ hepar tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus)?
2. Bagaimana efek toksisitas akut ekstrak air ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L.) terhadap kadar AST dan ALT tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus)?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek toksisitas akut ekstrak air ubi jalar ungu terhadap fungsi organ hepar tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus).
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efek toksisitas akut ekstrak air ubi jalar ungu terhadap kadar AST dan ALT tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Memberikan gambaran dosis yang aman pada pemakaian ubi jalar ungu
2. Memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan fokus yang serupa yang fungsinya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya di bidang Farmakologi
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan landasan medis mengenai adanya efek yang tidak diinginkan dari pemberian ekstrak air ubi jalar ungu terhadap fungsi hepar berdasarkan pengukuran kadar AST dan ALT