1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacamata merupakan salah satu alat rehabilitasi untuk pasien yang memiliki gangguan refraksi, pembuatan kacamata tidak semata-mata dapat dibuat atas kehendak sendiri, tetapi harus disertai dengan resep dari dokter spesialis mata atau refraksi optisi. Refraksi optisi menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015, bahwa :
“Refraksionis Optisien/Opthometris adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan formal refraksi optisi/optometri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu berijazah refraksionis optisien/opthometris serta telah mendapatkan pengakuan kompetensi yang dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi Refraksionis Optisien/Optometris (STR-RO/STR-O).”
Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa profesi refraksi optisi harus memiliki legalitas dengan adanya ijazah dan Surat Tanda Registrasi Refraksionis Optisien/Optometris (STR-RO/STR-O). Dalam menjalankan profesinya, seorang refraksionis optisien harus memiliki kompetensi. Standar profesi refraksionis optisien menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015 menyatakan bahwa :
“Standar pelayanan refraksi optisi/optometri memuat alur dan proses pelayanan refraksi optisi/optometri. Dalam melaksanakan praktiknya refraksi optisi/optometri harus memiliki kompetensi berupa : memberikan pelayanan refraksi, memberikan pelayanan optisi serta memberikan pelayanan lensa kontak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang Refraksionis Optisien adalah memberikan pelayanan optisi, yaitu :
a. Penerjemahan resep kacamata, pemilihan bingkai dan lensa.
b. Pemesanan lensa kacamata.
c. Pengecekkan kacamata hasil pesanan meliputi jenis lensa, ukuran, titik fokus dan kualitas lensa.
d. Penyetelan/pengepasan kacamata ke klien.
e. Penyuluhan dan bimbingan pemakaian kacamata kepada klien.”
Dari pemaparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa salah satu kompetensi profesi refraksi optisi yang harus dimiliki adalah memberikan pelayanan optisi, salah satu keberhasilan seorang profesi refraksi optisi dalam memberikan pelayanan optisi adalah mengetahui tingkat kualitas pelayanan optisi yang diberikan kepada klien
Tingkat kualitas pelayanan optisi yang baik dapat terlihat ketika seorang refraksionis optisien telah memberikan alat bantu rehabilitasi penglihatan kepada pasien. Untuk menghasilkan sebuah alat bantu rehabilitasi penglihatan, diperlukan ketelitian dalam menentukan suatu ukuran yang sesuai dengan kebutuhan pasien, salah satunya adalah menentukan pupil vertical untuk pasien yang membutuhkan lensa koreksi dengan design lensa progressive.
Dalam proses pemotongan untuk lensa progressive, praktisi harus melakukan fitting pada lensa progressive, yaitu dengan memperhatikan nilai MRP (Mayor
Reference Point), dimana praktisi harus menentukan letak pupil vertical dengan tepat, karena fitting cross yang terdapat pada lensa dengan design progressive harus tepat dengan posisi pupil pasien.
Adapun faktor – faktor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pasien saat menggunakan lensa dengan design progressive, yaitu : kesalahan dalam pengukuran PD (Pupil Distance), kesalahan dalam pengukuran PV (Pupil Vetical), ukuran frame yang tidak memenuhi kriteria yang cocok untuk
menggunakan lensa dengan design progressive, tidak dilakukannya pengukuran tambahan terhadap pasien dengan mempertimbangkan nilai sudut pantoscopic frame.
Tahapan penentuan pupil vertical di lapangan faktanya masih menggunakan tahapan secara konvensional yaitu memperkirakan titik pupil vertical dengan menggunakan pen light yang menghasilkan refleks cahaya yang dipantulkan dari pupil, dan melakukan penitikan secara manual tanpa adanya alat yang dapat membatu dalam proses penitikan tersebut. Disamping melakukan penitikan pupil vertical, dan nilai sudut pantoscopic saat melakukan penitikan pupil vertical seringkali terabaikan.
Tidak sedikit pengguna lensa progressive yang memiliki keluhan melihat seperti bergelombang saat berjalan, tidak nyaman saat digunakan untuk membaca, kacamata harus dinaikkan agar area baca dapat terlihat jelas, dan kacamata harus diturunkan agar melihat jauh menjadi jelas.
Untuk mengurangi kekurangan dalam pengukuran fitting lensa progressive maka perlu dibuat sebuah alat sebagai fasilitas yang diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan optisi.
Berdasarkan uraian terebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang :
“Pembuatan Alat Fitting Lensa Progressive”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pembuatan alat fitting lensa progressive.?
b. Bagaimana hasil ukur fitting lensa progressive yang dibuat dibandingkan dengan alat ukur yang sudah memiliki standarisasi.?
c. Bagaimana Standard Operating Procedure dalam menggunakan alat fitting lensa progressive.?
d. Bagaimana hasil ukur fitting lensa progressive yang dibuat dibandingkan dengan penitikan secara aktual.?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan alat bantu untuk pengukuran fitting lensa progressive yang meliputi pengukuran pupil vertical, sudut pantoscopic, dimensi B, serta membuat Standard Operating Procedure.
2. Tujuan Khusus
Dengan tujuan khusus yang telah diuraikan diatas, maka :
a. Menentukan bahan, alat, serta design untuk membuat alat Fitting Lensa Progressive.
b. Mengetahui hasil ukur fitting lensa progressive dari alat yang dibuat dibandingkan dengan alat ukur yang sudah memiliki standarisasi
c. Membuat Standard Operating Procedure alat Fitiing Lensa Progressive.
d. Mengetahui hasil ukur fitting lensa progressive yang dibuat dibandingkan dengan penitikan secara aktual.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Pembuatan alat ini diharapkan dapat membantu untuk melakukan pengukuran fitting lensa progressive terkait pada bidang keilmuan klinik optik dispensing.
2. Manfaat Bagi Penulis
Dengan pembuatan alat ini, diharapkan dapat meningkatkan keilmuan dalam bidang klinik optik dispensing serta meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam bidang ilmu klinik optik dispensing.
3. Manfaat Bagi Refraksionis Optisien
Dengan pembuatan alat ini, diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu dalam ruang lingkup alat pemeriksaan, khususnya dalam melakukan fitting lensa progressive untuk refraksi optisien.
4. Manfaat Bagi Institusi
Dengan pembuatan alat ini, STIKes Dharma Husada Bandung dapat menambah daftar pustaka.
5. Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan pembuatan alat ini, diharapkan dapat meningkatkan nilai kenyamanan saat penggunakan lensa progressive untuk pasien yang menginginkan lensa progressive.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Masalah
Dalam pembuatan alat untuk melakukan fitting lensa progressive penulis membatasi pembahasan pada lingkup penatalaksanaan alat, melakukan pengukuran pupil vertical, sudut pantoscopic, dimensi B pada frame, dan Standard Operating Procedure.
2. Lingkup Metode
Dalam pembuatan alat ini penulis menggunakan Metode Ekperimental.
3. Lingkup Keilmuan
Pembuatan alat ini merupakan keilmuan refraksi optisi khususnya dalam bidang ilmu klinik optik dispensing dengan dasar teori fisika.
4. Lingkup Tempat dan Waktu
Pembuatan dan pengujian alat ini dilakukan di Laboratorium Optik Program Studi D3 Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung pada bulan Juli 2018.