• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas z-score kurang dari -2 SD.1 Prevalensi stunting di Indonesia menurut data Riskesdas tahun 2013 adalah sebesar 37,2%.2 WHO menetapkan beberapa negara yang masih tinggi kejadian stunting dibeberapa benua. Ethiopia sebesar 39.3 %, Nepal 51 %;

Eropa 6.2 %, Afrika 34 %, Asia Selatan 35 %, Oceania 38 %.3 Selain itu, prevalensi balita pendek di Indonesia relatif tertinggi dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia (17%), Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).3 Indonesia adalah salah satu dari 3 negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara. Namun jika diurutkan didunia negara Indonesia menduduki ke 5 didunia angka kejadian stunting tertinggi.3 Alat untuk menentukan balita mengalami stunting atau tidak yaitu berdasarkan Baku Rujukan WHO-NCHS dan cara menilai status gizi dengan menggunakan kaidah Zscore yang tercantum dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer :1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antopometri Penilaian Stantus Gizi Anak. Stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung

(2)

Penyebab langsung dari kejadian stuntingsalah satunya adalah asupan gizi.

Stunting dapat dicegah dengan beberpa hal seperti memberikan ASI Esklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur.4 Stunting terjadi karena adanya kekurangan nutrisi yang terjadi selama seribu pertama kehidupan. Keadaaan ini akan menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang kurang baik, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja. Anak yang menderita stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Balita yang mengalami stunting meningkatkan risiko penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas.Stunting pada balita biasanya kurang disadari karena perbedaan tinggi badan dengan anak usia normal kurang begitu terlihat. Stunting biasanya mulai terlihat ketika anak memasuki masa pubertas atau masa remaja. Ini merupakan hal yang buruk karena semakin terlambat disadari, maka semakin sulit pula untuk mengatasi stunting.5

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Stunting adalah pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI eksklusif adalah menyusui bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan. Menurut laporan UNICEF tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan

(3)

hanya 32,6% dari mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum terlaksana sepenuhnya, diperkirakan 85% ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI secara optimal.6 Informasi tentang pemantauan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6-59 bulan selama enam bulan terakhir . Idealnya dalam 6 bulan anak balita ditimbang minimal enam kali. Pemantaun pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan.

Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 6 berbunyi ―Setiap Ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Tujuan PP RI tersebut adalah untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapakan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.7 Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2014, 2015 dan 2016 capaian ASI Eksklusif di Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Capaian ASI Eksklusif Indonesia pada tahun 2014 berada pada angka 52,3%, kemudian mengalami peningkatan ditahun 2015 ialah 55,7%.

Sedangkan pada tahun 2016 capaian ASI eksklusif di Indonesia mengalami penurunan yaitu menjadi 54,0%. Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas

(4)

SDM secara umum. 80% perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, sehingga sangat penting untuk mendapatkan ASI yang mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan dapat dilanjutkan hingga dua tahun.8

WHO merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Hal tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan yang murah dan mudah diperoleh dari daerah setempat.9 Sampai usia empat bulan, seorang anak bisa tumbuh dan berkembang hanya dengan mengandalkan ASI dari ibunya. Pemberian ASI Esklusif membuat perkembangan motorik dan kognitif bayi lebih cepat. Selain itu ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang karena sering berada dalam dekapan ibu.

Mulai usia > 6 bulan, bayi sudah tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Oleh karena itu, harus diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) secara bertahap dari mulai makanan cair ke makanan padat. ASI eksklusif selama 6 bulan mendukung pertumbuhan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Bayi yang diberi ASI eksklusif berat badan dan panjang badannya bertambah dengan cukup dan berisiko lebih kecil menderita penyakit demam, diare dan ISPA dibandingkan yang diberikan MPASI sebelum usia 6 bulan (tidak ASI Eksklusif), Stunting dapat menurunkan derajat kesehatan sehingga mudah terkena infeksi. Pemberian ASI kepada bayi

(5)

memberikan peningkatan pada status gizi dan kesehatan bayi. Semua zat gizi yang dibutuhkan bayi 6 bulan pertama kehidupannya dapat dipenuhi dari ASI dan memenuhi setengah dari kebutuhan zat gizi bayi umur 7-12 bulan.10

Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko lebih tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan. Kekurangan gizi memberi kontribusi dua pertiga kematian balita. Dua pertiga kematian tersebut terkait praktek pemberian ASI yang tidak Eksklusif pada bayi dan anak usia dini. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis bertujuan untuk meneliti dengan menggunakan metode Literature Review dengan judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita.

2. Identfikasi Masalah

Tingginya angka kejadian Stunting didunia menjadi sebuah masalah besar di dalam bidang kesehatan masyarakat, Indonesia kini menduduki posisi ke 5 didunia dan ke 3 dalam asia tenggara, dalam angka kejadian stunting tertinggi. Dalam beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting adalah Pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan untuk penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita?”

(6)

3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak balita

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proporsi cakupan ibu yang ASI tidak Eksklusif

b. Mengetahui karakteristik umur ibu yang memberikan ASI Eksklusif c. Mengetahui karakteristik jangka waktu ibu yang memberian ASI Eksklusif d. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi ibu yang memberikan ASI Eksklusif e. Mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang memberikan ASI Eksklusif f. Mengetahui hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian stunting 4. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting pada anak balita

b. Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.

(7)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam menentukan program penanggulangan stunting pada anak balita.

b. Bagi Stikes Dharma Husada Bandung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel yang lain kaitannya ASI Eksklusif dengan kejadian stunting.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan mengenai Stunting dan dan ASI Eksklusif serta hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perilaku yang bisa menyebabkan terjadinya Stunting pada anak balita.

d. Bagi Tenaga Promkes

Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan untuk memberikan pengetahuan yang optimal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan dalam penanganan kasus kejadian Stunting di lingkungan Masyarakat

5. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode desain Literature review. Menggunakan instrumen dari 6 jurnal nasional dan 4 jurnal internasional. Sampel pada penelitian ini adalah beberapa jurnal dan dianalisis, tujuan penyusunan skripsi ini yaitu mengetahui Hubungan Pemberian ASI

(8)

Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita.

b. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penyusunan skripsi dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan februari sampai bulan juli tahun 2020. Jurnal yang digunakan untuk penelitian yaitu rentang tahun 2010-2020

c. Ruang Lingkup Tempat

Dalam mendapatkan artikel ilmiah penulis melakukan penelusuran di internet melalui berbagai situs data artikel ilmiah seperti Google Schoolar, NCBI, HINDAWI, PUBMED, BMC atau bibliografi dari artikel.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Arsyad, 2013), berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, motivasi

Methodology  Clear and detailed description of methodology may consist of field work, sampling techniques, interview session, analysis ; lab work of different phases, experimental