BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional tersebut, maka kegiatan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, memiliki peranan yang penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Sektor jasa konstruksi merupakan kegiatan masyarakat dalam mewujudkan bangunan yang berfungsi sebagai pendukung atau prasarana aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan dan menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan secara luas mendukung perekonomian nasional.1
Penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Terdapat beberapa muatan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, antara lain yaitu cakupan jasa konstruksi, kualifikasi usaha jasa konstruksi, pengembangan layanan usaha jasa konstruksi, pembagian tanggung jawab dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi,
1 Edi As’adi, Hukum Proyek Konstruksi Bangunan, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 10.
penguatan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, pengaturan tenaga kerja konstruksi yang komprehensif, baik tenaga kerja konstruksi lokal maupun asing, dibentuknya sistem informasi jasa konstruksi yang terintegrasi, perubahan paradigma kelembagaan sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat jasa konstruksi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, serta penghapusan ketentuan pidana dengan menekankan pada sanksi administratif dan aspek keperdataan dalam hal terjadi sengketa antarpara pihak.
Dari beberapa muatan tersebut, yang menarik adalah diaturnya mengenai penguatan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Pada Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi disebutkan bahwa dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa dan penyedia jasa wajib memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.2 Lalu, pada Pasal 59 Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi ditegaskan bahwa standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan meliputi salah satunya standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).3 Ketentuan ini sejalan dengan ketentuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum yang mengatur mengenai aspek- aspek ketenagakerjaan di Indonesia.
2 Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018.
3 Pasal 59 Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018.
Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik material maupun spiritual.
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum, dan sesudah masa kerja, tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sejalan dengan itu, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.4 Oleh karena itu, perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja merupakan tanggung jawab negara. Hal ini dikarenakan tidak semua tenaga kerja yang mengetahui hukum ketenagakerjaan.
4 Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperlukan seiring dengan perkembangan industri yang membawa serta penggunaan berbagai alat, mesin, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya maupun beracun. Penggunaan alat dan bahan yang awalnya bertujuan untuk memudahkan pekerja/buruh dalam melakukan pekerjaannya kerap justru menimbulkan peningkatan risiko kerja dalam proses penggunaan atau pengerjaannya. Risiko yang langsung berakibat bagi pekerja/buruh umumnya adalah risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.5
Perlindungan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dari kemungkinan-kemungkinan adanya risiko yang dapat terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan, seperti risiko kecelakaan kerja dan risiko penyakit akibat terkena bahan berbahaya.
Oleh karena itu, semua pihak wajib mematuhi standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ketentuan ini sejalan dengan ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.6
R. Joni Bambang dalam bukunya yang berjudul ‘Hukum Ketenagakerjaan’ menyebutkan bahwa hak-hak pekerja/buruh dalam hal keselamatan kerja antara lain sebagai berikut:
5 Aloysius Uwiyono, Asas-asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.
78.
6 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279.
1. Pekerja/buruh berhak mendapatkan rasa aman pada saat bekerja.
2. Pekerja/buruh berhak melindungi dirinya agar terhindar dari risiko terjadinya kecelakaan dalam bekerja.
3. Pekerja/buruh berhak menerima pertolongan pertama pada saat terjadi kecelakaan dalam bekerja.7
R. Joni Bambang dalam bukunya yang berjudul ‘Hukum Ketenagakerjaan’ juga menyebutkan bahwa hak-hak pekerja/buruh dalam hal kesehatan kerja antara lain sebagai berikut:
1. Pekerja/buruh berhak mendapatkan rasa aman pada saat bekerja.
2. Pekerja/buruh berhak melindungi dirinya agar terhindar dari risiko terkena bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan dalam bekerja.
3. Pekerja/buruh berhak memperoleh jaminan kesehatan dan biaya pengobatan apabila mengalami gangguan kesehatan akibat bekerja.8 Dari observasi awal yang dilakukan di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir, peneliti menemukan permasalahan bahwa pada proyek konstruksi milik Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang ada di Kecamatan Pujud, yaitu proyek renovasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) M. Yunus Pujud, perusahaan pelaksana proyek tersebut tidak melaksanakan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada para pekerja/buruh, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
CV Wido Star sebagai perusahaan pelaksana proyek yang mengerjakan proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud yang telah membiarkan para pekerja/buruh tidak ada yang menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja
7 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 28.
8 Ibid., hlm. 33.
yang safety untuk melindungi keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja tentunya telah melanggar ketentuan dalam Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar I.1.
Proyek Renovasi SMK M. Yunus Pujud
Gambar di atas menunjukkan bahwa para pekerja/buruh yang sedang mengerjakan proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud tanpa menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja yang safety sesuai dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk melindungi keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja.
Perusahaan jasa konstruksi sebaiknya menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DALAM PELAKSANAAN STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH DAERAH DI KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pekerja/buruh pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir yang sesuai dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?
3. Bagaimanakah penegakan hukum dan sanksi terhadap pelanggaran standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan pelaksanaan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
b. Untuk menjelaskan perlindungan hukum bagi pekerja pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir yang sesuai dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Untuk menjelaskan penegakan hukum dan sanksi terhadap pelanggaran standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi milik pemerintah daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan menjadi referensi bagi peneliti berikutnya.
b. Untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan di bidang hukum.
c. Untuk menjadi referensi bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dalam mengambil kebijakan.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan ini mewajibkan kepada pihak perusahaan untuk dapat menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerjanya dengan menyediakan peralatan dan perlengkapan bekerja yang memenuhi standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Permasalahan mengenai implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pernah diteliti oleh beberapa orang mahasiswa dalam penelitian skripsinya, dengan rinciannya sebagai berikut:
1. Dalam penelitian skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Tenaga Kerja di Perusahaan CV Ratu Mandiri sebagai Pengelola Stadion Rumbai Pekanbaru”, Samudin dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim pada tahun 2015 meneliti mengenai pelaksanaan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja di perusahaan CV Ratu Mandiri sebagai pengelola Stadion Rumbai Pekanbaru. Selain itu, Samudin juga meneliti mengenai kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja di perusahaan CV Ratu Mandiri sebagai pengelola Stadion Rumbai Pekanbaru.9 Hasil penelitian skripsi Samudin menjelaskan bahwa CV Ratu Mandiri belum melaksanakan standar keselamatan dan kesehatan
9 Samudin, Perlindungan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Tenaga Kerja di Perusahaan CV Ratu Mandiri sebagai Pengelola Stadion Rumbai Pekanbaru (Skripsi), (Pekanbaru: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2015), hlm. 8.
kerja kepada karyawannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya pekerja CV Ratu Mandiri yang mengalami kecelakaan pada saat membersihkan stadion karena tidak dilengkapi dengan peralatan yang safety. Seharusnya, standar keselamatan dan kesehatan kerja
dilaksanakan selain untuk menjalankan perintah dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, juga merupakan kewajiban dari pihak perusahaan untuk memberikan jaminan rasa aman kepada karyawannya dalam bekerja. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh CV Ratu Mandiri yaitu minimnya informasi dan sosialisasi dari pemerintah mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, CV Ratu Mandiri hanya memiliki peralatan kerja yang terbatas sehingga belum mampu melaksanakan standar keselamatan dan kesehatan kerja.10
2. Dalam penelitian skripsi yang berjudul “Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Pekanbaru”, Angga Kurniawan dari Universitas Riau pada tahun 2016 meneliti mengenai perlindungan keselamatan dan keselamatan kerja terhadap pekerja operator SPBU yang ada di Kelurahan Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru. Selain itu, Angga Kurniawan juga meneliti mengenai hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya serta upaya terhadap tidak terlaksananya perlindungan keselamatan dan keselamatan kerja terhadap pekerja operator SPBU yang ada di Kelurahan Tangkerang Tengah Kota
10 Ibid., hlm. 63-66.
Pekanbaru.11 Hasil penelitian skripsi Angga Kurniawan menjelaskan bahwa perlindungan keselamatan dan keselamatan kerja terhadap pekerja operator SPBU yang ada di Kelurahan Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru belum terlaksana karena para pekerja operator SPBU tersebut tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri dalam bekerja, seperti masker untuk menutup hidung dan mulut. Hambatannya dikarenakan adanya aturan dari PT Pertamina bahwa pekerja operator SPBU wajib memberikan 3S (Senyum, Salam, Sapa) kepada para pembeli, sehingga para pekerja operator SPBU tersebut tidak mungkin menggunakan masker untuk menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya. Upaya yang dilakukan oleh SPBU yang ada di Kelurahan Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru yaitu dengan memberikan sosialisasi mengenai standar-standar keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawannya dengan menjelaskan sanksi-sanksi hukumnya.12 3. Dalam penelitian skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Hak
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo di Kabupaten Kampar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan”, Arif Chandra Saragih dari Universitas Riau pada tahun 2016 meneliti mengenai pelaksanaan hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pabrik kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo di Kabupaten Kampar berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hambatan-
11 Angga Kurniawan, Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Pekanbaru (Skripsi), (Pekanbaru: Fakultas Hukum Universitas Riau, 2016), hlm. 4.
12 Ibid., hlm. 11-12.
hambatan dalam pelaksanaannya, serta upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.13 Hasil penelitian skripsi Arif Chandra Saragih menjelaskan bahwa hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo belum terlaksana karena berdasarkan hasil observasi di lokasi penelitian diketahui ada beberapa orang karyawannya yang mengalami kecelakaan pada saat bekerja. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo yaitu lemahnya pengawasan dari pihak perusahaan terhadap pemakaian peralatan-peralatan dan perlengkapan bekerja yang sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, terbatasnya jumlah peralatan-peralatan dan perlengkapan bekerja yang sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja juga menghambat pelaksanaan hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo. Upaya yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo untuk memenuhi hak keselamatan dan kesehatan kerja terhadap karyawannya yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo sebaiknya menambah jumlah persediaan peralatan-peralatan dan perlengkapan bekerja yang sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan jumlah karyawannya.14
13 Arif Chandra Saragih, Pelaksanaan Hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara V Sei Garo di Kabupaten Kampar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Skripsi), (Pekanbaru: Fakultas Hukum Universitas Riau, 2016), hlm. 3.
14 Ibid., hlm. 12-13.
No. Nama Penulis (Tahun)
Judul Penelitian (Skripsi/Tesis/Diser
tasi/Jurnal)
Rumusan Masalah Persamaan Perbedaan Hasil
1 Samudin 2015
Perlindungan
Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Tenaga Kerja di Perusahaan CV Ratu Mandiri sebagai Pengelola Stadion Rumbai Pekanbaru
(Skripsi)
1. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tenaga kerja CV Ratu Mandiri selaku pengelola Stadion Rumbai?
2. Apa kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan perlindungan hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tenaga kerja CV Ratu Mandiri selaku pengelola Stadion Rumbai?
1. Sama-sama meneliti
mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Sama-sama menggunakan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
1. Penelitian ini objeknya pekerja kebersihan
Stadion Rumbai sedangkan
penelitian saya objeknya pekerja proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud.
2. Penelitian ini lokasinya di Kota Pekanbaru
sedangkan
penelitian saya lokasinya di
1. CV Ratu Mandiri belum melaksanakan standar keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawannya. Ada pekerja CV Ratu Mandiri yang mengalami kecelakaan pada saat membersihkan Stadion Rumbai karena tidak dilengkapi dengan peralatan kerja yang safety.
2. Kendala-kendalanya adalah minimnya informasi dan sosialisasi dari pemerintah mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, CV Ratu Mandiri hanya memiliki peralatan kerja yang
13
Kabupaten Rokan Hilir.
terbatas.
2 Angga Kurniawan 2016
Perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum
(SPBU) di Kota Pekanbaru
(Skripsi)
1. Bagaimana bentuk perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap operator SPBU di Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru?
2. Bagaimana hambatan dan upaya terhadap perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap operator SPBU di Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru?
1. Sama-sama meneliti
mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Sama-sama menggunakan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
1. Penelitian ini objeknya operator
SPBU di
Tangkerang Tengah sedangkan
penelitian saya objeknya pekerja proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud.
2. Penelitian ini lokasinya di Kota Pekanbaru
sedangkan
penelitian saya lokasinya di
1. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap operator SPBU di Tangkerang Tengah Kota Pekanbaru belum terlaksana karena operator tersebut tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri dalam bekerja, seperti masker untuk menutup hidung dan mulut.
2. Hambatannya dikarenakan adanya aturan dari PT Pertamina bahwa operator SPBU wajib memberikan 3S (Senyum, Salam, Sapa) kepada para pembeli. Sedangkan, upaya yang dilakukan oleh SPBU di Tangkerang Tengah Kota
Kabupaten Rokan Hilir.
Pekanbaru adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai standar-standar keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawannya dengan menjelaskan sanksi hukumnya.
3 Arif Chandra Saragih
2016
Pelaksanaan Hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan
Nusantara V Sei Garo di Kabupaten Kampar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
1. Bagaimana pelaksanaan hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pabrik kelapa sawit PT PN-V Sei Garo?
2. Apa hambatan dalam pelaksanaan hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pabrik kelapa sawit PT PN-V Sei Garo?
3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan hak
1. Sama-sama meneliti
mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Sama-sama menggunakan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
1. Penelitian ini objeknya pekerja pabrik PT PN-V sedangkan
penelitian saya objeknya pekerja proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud.
2. Penelitian ini lokasinya di Kabupaten
Kampar
1. Hak keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT PN-V Sei Garo belum terlaksana karena masih ada beberapa orang karyawannya yang mengalami kecelakaan pada saat bekerja.
2. Hambatannya adalah lemahnya pengawasan dari pihak perusahaan terhadap pemakaian peralatan-peralatan dan perlengkapan bekerja yang sesuai dengan standar
15
(Skripsi) keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pabrik kelapa sawit PT PN-V Sei Garo?
sedangkan
penelitian saya lokasinya di Kabupaten Rokan Hilir.
keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, peralatan perlengkapan bekerja yang sesuai dengan standar K3 di PT PN-V Sei Garo jumlahnya terbatas.
3. Upaya yang dilakukan oleh PT PN-V Sei Garo adalah dengan memberikan pelatihan- pelatihan mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawannya. Selain itu, PT PN-V Sei Garo sebaiknya menambah jumlah peralatan dan perlengkapan bekerja yang sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan jumlah karyawannya.
16
E. Teori
1. Teori Perlindungan Hukum dan Pengawasan
Hukum bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat, karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat dinikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.15
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, karena menurut sejarah dari Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran, yang terdapat dalam
15 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 54.
peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban. Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Agar aturan hukum yang telah dibuat mampu melindungi hak-hak masyarakat, maka sebaiknya diikuti dengan tindakan pengawasan.
Pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan, diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan, tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Terselenggaranya pengawasan dalam sebuah institusi yakni untuk menilai kinerja suatu institusi dan memperbaiki kinerja sebuah institusi.16
2. Teori Hukum Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan hukum antara pekerja dengan pengusaha dan pemerintah, termasuk proses-proses dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan untuk merealisasikan
16 Suriansyah Murhani, Aspek Hukum Pengawasan Pemerintah Daerah, (Yogyakarta:
Laksbang Mediatama, 2008), hlm. 25.
hubungan tersebut. Hukum ketenagakerjaan di satu sisi bersifat privat dan di sisi lain bersifat publik. Hukum ketenagakerjaan bersifat privat artinya bahwa terdapat hubungan hukum antara pekerja dan pengusaha yang didasarkan pada perjanjian kerja. Hukum ketenagakerjaan bersifat publik artinya bahwa terdapat intervensi dari pemerintah dalam melindungi pekerja dan adanya sanksi dari peraturan perundang-undangan bagi pengusaha yang melanggarnya.17 Salah satu aspek yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum yang mengatur mengenai aspek-aspek ketenagakerjaan di Indonesia adalah standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini bertujuan untuk melindungi para pekerja dalam menjalankan kewajibannya. Menurut Iman Soepomo, keselamatan kerja adalah aturan yang bertujuan menjaga keamanan pekerja/buruh atas bahaya kecelakaan dalam menjalankan pekerjaan di tempat kerja yang menggunakan alat atau mesin atau bahan pengolah berbahaya;
sedangkan kesehatan kerja adalah aturan-aturan dan usaha-usaha untuk melindungi pekerja/buruh dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja.18
Berdasarkan Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
17 R. Joni Bambang S., Hukum… Op. Cit., hlm. 5.
18 Ibid., hlm. 23.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi hukum dan pelaksanaannya di masyarakat.19 Penelitian ini mengkaji mengenai ‘Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran dalam Pelaksanaan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan’.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Lokasi ini dipilih karena dari observasi awal yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir, peneliti menemukan permasalahan bahwa pada proyek renovasi SMK M. Yunus Pujud, CV Wido Star sebagai perusahaan pelaksana proyek tidak menerapkan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada para pekerjanya.
3. Populasi dan Responden a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah:
19 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 14.
1) Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir berjumlah 1 orang.
2) Direktur CV Wido Star berjumlah 1 orang.
3) Pekerja/buruh CV Wido Star berjumlah 10 orang.
b. Responden
Responden merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah:
1) Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir berjumlah 1 orang.
2) Direktur CV Wido Star berjumlah 1 orang.
3) Pekerja/buruh CV Wido Star berjumlah 3 orang.
Tabel I.2.
Populasi dan Responden
No. Jenis Populasi
Jumlah Persentase (%) Populasi Sampel
1
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir
1 1 100%
2 Direktur CV Wido Star 1 1 100%
3 Pekerja/buruh CV Wido Star 10 3 30%
Jumlah 12 5 -
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Rokan Hilir (2019)
4. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui observasi, wawancara, dan kuisioner.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan untuk mendukung data primer, antara lain dari peraturan perundang-undangan, jurnal-jurnal ilmiah, dan literatur hukum.
c. Data tertier, yaitu data yang bersifat mendukung data primer dan data sekunder, seperti kamus hukum.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Pujud.
b. Wawancara, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan tidak terstruktur kepada responden.
c. Kuisioner, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membuat daftar beberapa pertanyaan secara terstruktur disertai beberapa pilihan jawaban yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
d. Studi kepustakaan, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca dan menganalisa peraturan perundang-undangan, jurnal-jurnal ilmiah, dan literatur hukum yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
6. Analisis Data
Pada penelitian ini, data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Data yang telah dianalisis kemudian disimpulkan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus.
G. Sistematik Penulisan BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Tinjauan Pustaka
E. Teori
F. Metode Penelitian G. Sistematik Penulisan
BAB II : TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
A. Pengertian Ketenagakerjaan
B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan C. Pelatihan Kerja
D. Hubungan Kerja
E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
B. Perlindungan Hukum bagi Pekerja/Buruh pada Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir yang Sesuai Dengan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
C. Penegakan Hukum dan Sanksi terhadap Pelanggaran Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Milik Pemerintah Daerah di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA