• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi pembangunan suatu negara harus mampu meningkatkan sumber daya manusia secara berkelanjutan. Namun, kenyataannya pembangunan nasional secara menyeluruh tidak dapat dilakukan hanya dengan pengelolaan kewenangan dari pemerintah pusat saja akan tetapi pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan yang begitu luas bagi daerah. Hal ini di satu sisi merupakan berkat, namun disisi lain sekaligus merupakan beban yang membuat suatu daerah harus bisa membuat persiapan daerah untuk dapat melaksanakannya. Dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat, maka beberapa aspek harus dipersiapkan, antara lain sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana, serta organisasi dan manajemennya.

Salah satu aspeknya yaitu sumber daya yang baik. Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber kekayaan bagi daerah. Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah pendapatan bagi daerah. Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan memberikan pelayanan dan pembangunan (Sembiring, 2019).

Sehubungan dengan adanya otonomi daerah maka urusan yang menjadi hak dan tanggung jawab daerah meningkat. Untuk itu diperlukan sumber daya, termasuk sumber daya keuangan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kebutuhan pendanaan dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pada APBD tersebut terdapat tiga struktur, yaitu sisi penerimaan, sisi pengeluaran dan sisi pembiayaan. Pada sisi penerimaan sebuah APBD terdapat sumber pendapatan daerah, yaitu berupa pendapatan asli daerah, dana

(2)

2 perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada dana perimbangan itulah terdapat transfer dana dari pemerintah pusat kepada daerah. Saat ini, transfer ke daerah merupakan pendapatan transfer terbesar di suatu daerah dan membuat suatu daerah memiliki ketergantungan untuk mendapatkan transfer daerah yag berasal dari dana perimbangan tersebut. Menurut Afrizal (2019) dengan begitu pengelolaan keuangan di era otonomi daerah seharusnya dilakukan secara optimal agar secara bertahap dapat mengurangi tingkat ketergantungan pembiayaan daerah otonom. Fenomena yang terjadi selama ini, yaitu sejak berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah ternyata selama ini belum mampu mewujudkan konsep otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana transfer pusat hampir terjadi di semua daerah di Indonesia termasuk Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

Menurut PMK No 187 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa, transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana insentif daerah, dana otonomi khusus, dan dana keistimewaan daerah istimewa Yogyakarta. Kebijakan dana desa ditetapkan pemerintah melalui peraturan pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari anggaran pedapatan dan belanja negara. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan desa kuat, maju, mandiri, dan demokratis, sehingga untuk itu peran dan potensi desa harus diberdayakan. Sebelum kebijakan dana Desa ini ditetapkan, telah ada satu kebijakan yang pada hakekatnya adalah untuk membiayai bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan desa, seperti Alokasi Dana Desa (ADD) (Jamaluddin,dkk, 2018).

Pemerintah melakukan beberapa perubahan kebijakan yang cukup signifikan dalam APBN 2019 yang dialokasikan untuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dalam APBN 2019 dialokasikan anggaran TKDD 2019 sebesar Rp 826,77 triliun atau naik Rp 69,8 triliun atau 9,22% dari pandangan APBN 2018 yaitu Rp 756,97 triliun. Alokasi dana perimbangan ke daerah

(3)

3 meningkat pada APBN 2019 menjadi Rp 724,6 triliun, dengan rincian Dana Bagi Hasil (DBH) Rp 106.4 triliun, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 417,9 triliun yang terdiri atas Rp 414,87 triliun pagu formula dan Rp 3 triliun untuk kelurahan, Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik Rp 131 triliun, dan DAK fisik sebesar Rp 69,3 triliun (Bisnis.com). Hal tersebut diharapkan akan menambah peningkatan pembangunan dalam suatu daerah di Indonesia.

Penggunaan dana transfer ke daerah dan dana desa yang saat ini sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah daerah, membuat pemerintah daerah memegang peranan penting, kemana dana perimbangan dan dana desa akan dialokasikan dan didistribusikan sangat mempengaruhi manfaat dari dana transfer tersebut (Yusuf, 2019). Dengan demikian maka dana transfer dan dana desa harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan manusia.

Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur bagaimana otonomi daerah dengan mekanisme transfer ke daerah dan dana desa dikelola baik untuk kesejahteraan masyarakat dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia diperkenalkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan HDR (Human Development Report). IPM merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara (Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik BPS, 2015).

IPM digunakan sebagai indikator untuk menilai aspek kualitas dari pembangunan dan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup (Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik BPS, 2015). Nilai IPM tiap daerah mengalami kenaikan tiap tahunnya berikut data perbandingan nilai IPM didaerah-daerah provinsi Riau:

(4)

4

Tabel 1. Nilai IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Riau

Kabupaten/Kota/Kota 2016 2017 2018 2019 2020

Kuantan Singigi 68,66 69.53 69.96 70.78 70,31

Indragiri Hulu 68,67 68.97 69.66 70.05 69,83

Indragiri Hilir 65,35 66.17 66.51 66.84 66,54

Pelalawan 70,21 70.59 71.44 71.85 71,56

Siak 72,70 73.18 73.73 74.07 73,68

Kampar 70,39 72.19 72.5 73.15 72,83

Rokan Hulu 67,86 68.67 69.36 69.93 69,38

Bengkalis 71,98 72.27 72.94 73.44 69,15

Rokan Hilir 67,52 67.84 68.73 69.93 69,15

Kepulauan Meranti 63,9 64.7 65.23 65.93 65,5

Kota Pekanbaru 76,69 79.97 80.66 81.35 81,32

Kota Dumai 72,96 73.46 74.06 74.64 74,4

Sumber : BPS 2016-2020 diolah

Menurut Tabel 1 tingkat IPM untuk 3 tahun secara berkala mengalami kenaikan, yang dimana penentuan alokasi transfer ke daerah dan desa yang akan diterima oleh setiap daerah ditentukan oleh 3 hal salah satunya berdasarkan formula yang sangat berkaitan dengan data badan pusat statistik di daerah masing- masing. Dengan begitu, meningkatnya DAU, DAK dan DBH memungkinkan adanya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM jika dana tersebut dialokasikan untuk sektor-sektor yang dapat meningkatkan IPM seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Beberapa penelitian terdahulu terkait tentang DAU, DAK dan DBH dan IPM menujukkan hasil yang berbeda. Hasil Penelitian (Manggala, 2019) mengatakan bahwa adanya dana desa dan produk domestik regional bruto memiliki pengaruh yang positif terhadap indeks pembangunan manusia di Jawa Barat. Begitu juga dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Sembiring (Sembiring, 2019) yang mengatakan pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap inpres desa tertinggal sedangkan DAU dan DAK berpengaruh negatif terhadap inpres desa tertinggal. Sedangkan hasil penelitian (Sarkoro, dkk, 2017) mengatakan bahwa secara parsial belanja pemerintah daerah dan pendapatan asli pemerintah daerah berpengaruh signifikan positif terhadap IPM.

Padahal, DAU dan DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap IPM. Belanja pemerintah daerah, DAU, DAK, dan pendapatan asli pemerintah daerah secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap IPM.

(5)

5 Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Transfer ke Daerah dan Dana Desa Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020”. Penulis berharap dengan melakukan penelitian dan pengamatan ini maka penulis dapat mengetahui pengaruh TKDD terhadap IPM di Provinsi Riau.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020?

2. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020?

3. Apakah Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah fokus pada pengaruh TKDD berupa DAU, DAK dan DBH terhadap IPM manusia pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2016-2020.

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020.

2. Untuk mengetahui Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020.

3. Untuk mengetahui Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2016-2020.

(6)

6 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut ini :

1. Secara teoritis a. Bagi peneliti

Dengan adanya penelitian ini, peneliti bisa mengetahui pengaruh TKDD terhadap IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2016-2020. Penelitian ini juga menambah pengetahuan dan wawasan mengenai TKDD secara prakteknya.

b. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan menelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya terkait TKDD di Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

2. Secara praktis

a. Bagi Pemerintah

Bahan referensi untuk mengambil kebijakan strategis dalam upaya peningkatan IPM.

b. Bagi Politeknik Negeri Bengkalis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi studi khususnya bagi mahasiswa Program Studi D-IV Akuntansi Keuangan Publik ataupun mahasiswa yang lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara ringkas rencana isi dari bagian per bagian pada laporan skripsi yang disusun sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

(7)

7 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka dan penjelasan landasan teori pendukung yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembahasan masalah.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, metode analisis data, jenis penelitian dan definisi konsep dan operasional.

BAB IV : DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Bab ini menjelaskan deskripsi data yang telah diperoleh dan analisis data dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian dari penelitian yang telah dilakukan yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun