• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di Asia Tenggara dan pemerintahannya menganut sistem demokrasi dimana setiap masyarakat bebas memberikan pemikiran dan pendapatnya guna menjadikan negara Indonesia lebih baik. Sebagai negara yang menganut sistem demokratis maka pemerintah bebas berinovasi dan berkarya demi mengembangkan potensi yang ada di dalam diri setiap individu maupun potensi yang ada di setiap daerah, seperti memanfaatkan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat di daerah itu sendiri agar penerimaan negara meningkat (Sukmawati, 2018).

Salah satu penerimaan terbesar negara adalah bersumber dari pajak. Pajak berperan penting dalam pembiayaan pembangunan suatu negara, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama (Juniardi & Azizah, 2014). Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menerapkan sitem perpajakan yang efektif dan efisien ditunjukan dengan adanya kebijakan-kebijakan perpajakan dalam bentuk perundang-undangan. Terakhir kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang sangat sukses dan diapresiasi dunia karena kebijakan tersebut dianggap berhasil yaitu kebijakan tentang penerapan amnesti pajak.

(2)

Amnesti pajak di Indonesia berjalan sangat baik, bahkan menjadi salah satu cerita keberhasilan program pengampunan pajak di dunia, target penerimaan negara yang dipatok dalam APBN 2018 menuai apresiasi. Dari target penerimaan negara sebesar Rp 1.894,7 triliun dalam APBN 2018, realisasinya menembus Rp 1.896,6 triliun atau mencapai 100,1 persen ( Nurmayanti, 2019).

Pemerintah berhasil menyelenggarakan amnesti pajak sehingga berpengaruh terhadap penerimaan negara, terbukti dengan tercapainya target APBN Tahun 2018 yang mencapai 100,1 persen. Amnesti pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memaksimalkan penerimaan negara. Ada dua program besar yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara yaitu amnesti pajak dan merombak Undang-Undang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Terbukti program amnesti pajak merupakan prestasi yang membanggakan di sektor penerimaan pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab, pemerintah pusat berharap kepada pemerintah daerah agar mampu meningkatkan penerimaan daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya dan menggali potensi yang terdapat di setiap daerah secara maksimal sehingga nantinya dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah (Sukmawati, 2018).

(3)

Peningkatan pendapatan daerah sangat diperlukan bagi wilayah pemerintahan daerah untuk mengembangkan wilayahnya sendiri, baik itu dalam pengembangan infrastruktur maupun non infrastruktur yang tujuannya untuk keperluan warganya. Pendapatan tersebut sangat ditunjang dari kemampuan pemerintah untuk mengelola hasil dari sumber penerimaan, salah satu penerimaan daerah yang dominan mempengaruhi pendapatan asli daerah bersumber dari sektor pajak baik itu yang bersifat selfassesment atau office assesment (Bernardin

& Sofyan, 2017). Berdasarkan Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2011 Penerimaan pajak daerah merupakan suatu penerimaan dari semua pungutan jenis pajak daerah dan juga merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kepentingannya.

Pembangunan daerah dan pembangunan nasional termasuk kedalam dua faktor yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai pancasila serta keduanya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Diberlakukannya otonomi daerah pemerintah pusat berharap kepada pemerintah daerah agar mampu meningkatkan penerimaan daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya dan menggali potensi yang terdapat di setiap daerah secara maksimal (Sukmawati, 2018).

Pemerintah memiliki alasan tersendiri mengenai diberlakukannya otonomi daerah dikarenakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah tidak berkesinambungan, hal itu bertolak belakang dengan tujuan dari pada otonomi daerah yaitu untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

(4)

pemerintahan daerah, terutama dalam pelasksanaan pembangunan dan pelayanan terahadap masyarakat serta meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa (Murib, Rotinsulu, & Tolosang, 2016)

Pada dasarnya pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi, sehingga dituntut peningkatan dalam penerimaan, perbaikan-perbaikan dan perubahan dalam segala aspek perpajakan. Jumlah wajib pajak mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga potensi untuk menerima pendapatan daerah khususnya yang bersumber dari penerimaan pajak akan meningkat. Berdasarkan teori perpajakan Musgrave (1989) besar kecilnya penerimaan disektor pajak sangat ditentukan oleh jumlah penduduk, sehingga dikatakan bahwa jumlah penduduk mempengaruhi penerimaan pajak daerah.

Jumlah penduduk di Kota Bandung mengalami peningkatan setiap tahunnya, ketika jumlah penduduk meningkat maka permintaan akan konsumsi barang publik juga akan semakin banyak sehingga pemerintah akan terus mengoptimalkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan adanya timbal balik dari masyarakat berupa pemungutan pajak yang bersifat memaksa (Lumy, Kindangen, & Engka, 2018).

Produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terkadang mengalami kenaikan harga, kenaikan harga tersebut salah satunya dikarenakan oleh tingkat inflasi. Inflasi tidak hanya berpengaruh pada kenaikan harga tetapi juga berimbas pada kondisi ekonomi lainnya yang diakibtakan oleh laju inflasi yang mengalami perubahan (Sukmawati, 2018). Perkembangan inflasi akan mempengaruhi laju perekonomian suatu negara maka setiap negara atau daerah akan membuat kebijakan yang maksimal agar keuangannya stabil sehingga

(5)

kegiatan perekonomiannya dapat stabil dan berkembang (Artha, 2016). Kenaikan harga suatu barang atau jasa bisa terjadi apabila permintaan banyak tetapi tidak seimbang dengan penawaran atau ketersediaan barang dan jasa di pasar yang tetap atau bahkan cenderung menurun.

Wantara (1997) mengatakan bahwa besar kecilnya penerimaan di sektor pajak juga dipengaruhi oleh laju inflasi. Tingkat inflasi mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan kemampuan membayar pajak serta pertumbuhan ekonomi yang menurun. dalam penelitian yang dilakukan oleh Denny George Lummy dkk (2018) menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak daerah . tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Haniz (2013) bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah.

Diperhitungkannya inflasi dalam perhtiungan target penerimaan pajak menunjukan bahwa adanya pengaruh yang ditimbulkan oleh inflasi terhadap penerimaan pajak. Tingginya inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat dan turunnya daya beli akan menurunkan produksi kebutuhan masyarakat hal itu berpengaruh pada penerimaan pajak, maka penerimaan pajak akan menurun jika tingkat inflasi tinggi, demikian sebaliknya (Suhadak & Pamungkas, 2016).

Pendapatan per kapita di suatu daerah diukur berdasarkan kemampuan masyarakat di daerah tersebut dalam membiayai kebutuhan hidupnya termasuk membayar pajak, PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Semakin besar PDRB atau semakin maju perekonomian suatu daerah maka semakin besar juga pendapatan masyarakatnya. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat akan bertambah kekayaan dan jumlah

(6)

besarnya konsumsi masyarakat maka semakin tinggi kemampuan masyarakat wajib pajak untuk membayar pajak (Sukmawati, 2018). Hariyuda (2009) menyimpulkan bahawa PDRB berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah. Hal ini sesuai dengan teori perpajakan (Musgrave, 1989) bahwa penerimaan pajak akan sangat ditentukan oleh pendapatan per kapita dan jumlah penduduk.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan- pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi pendapatan tertentu yang tetap, semakin tinggi PDRB per kapita riil suatu daerah (Provinsi/ Kabupaten), semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintahnya (Murib et al., 2016).

Besar kecilnya penerimaan pajak daerah juga ditentukan oleh kondisi perekonomian disekitarnya, karena semakin bergairah aktifitas ekonomi masyarakat maka akan menstimulus pendapatan daerah melalui pajak daerah yang dibayarkan oleh masyarakat melalui aktifitas ekonominya tersebut (Sarjono, Anwar, & Darmansyah, 2018). Munculnya usaha-usaha kecil jelas sangat membantu pertumbuhan ekonomi rakyat, karena perputaran uang di masyarakat akan menjadi lebih lancar (Suparwo dkk, 2018). (Peacock & Wiseman, 1961) menyatakan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semkain meningkat. Sinaga (2010:3) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkorelasi positif terhadap penerimaan pajak

(7)

karena pertumbuhan ekonomi secara makro merupakan dasar pengenaan pajak.

Maka apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka penerimaan pajak akan meningkat, begitupun sebaliknya (Suhadak & Pamungkas, 2016).

Dalam penelitian Haniz yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah kota tegal menunjukan bahwa Pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap pajak, karena dengan meningkatnya pendapatan pemerintah melalui pajak, maka akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi, karena pembangunan yang terjadi bersumber dari rakyat (Haniz, 2013). Pendapatan masyarakat akan mengalami peningkatan dengan adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga penghasilan kena pajak masyarakat dan jumlah wajib pajak juga akan meningkat yang tentu saja akan meningkatkan penerimaan pajak suatu negara (Suhadak & Pamungkas, 2016).

Kota Bandung merupakan kota terbesar di Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung memiliki potensi cukup besar dari struktur perekonomian yang didukung oleh perkembangan sosial dan kemajuan teknologi yang pesat, sehingga kota Bandung memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Pemerintah kota Bandung selalu berupaya untuk meningkatan pendapatan asli daerah dengan tuntutan kemampuan nyata yang diharapkan bersumber dari kemampuan pemerintah dalam menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga diharapkan terjadi peningkatan dari waktu ke waktu (Lumy et al., 2018) Namun pada kenyataannya pengelolan pajak daerah di Kota Bandung tidak selalu berjalan dengan baik, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan

(8)

Pendapatan Daerah Kota Bandung mengenai penerimaan pajak daerah periode 2008 - 1018 yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1

Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung Periode 2006 – 2017

TAHUN TARGET REALISASI

2006 Rp135.896.495.000 Rp138.562.273.286 2007 Rp163.710.757.966 Rp170.596.715.827 2008 Rp185.481.075.571 Rp197.568.608.357 2009 Rp245.433.295.545 Rp238.945.173.922 2010 Rp268.264.385.266 Rp276.295.501.544 2011 Rp596.000.000.000 Rp926.052.548.173 2012 Rp571.200.000.000 Rp1.091.137.118.337 2013 Rp1.056.000.000.000 Rp1.579.087.447.004 2014 Rp1.400.000.000.000 Rp1.883.832.719.673 2015 Rp1.598.000.000.000 Rp1.972.547.682.504 2016 Rp2.186.416.770.000 Rp1.708.748.685.327 2017 Rp2.400.097.139.060 Rp2.183.314.066.558 Sumber : Badan Pengelola Pendapatan Daerah Kota Bandung (2019)

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penerimaan pajak daerah di kota Bandung mengalami penurunan yang signifikan, meskipun pada tahun 2013,2014, dan 2015 penerimaan pajak daerah kota Bandung mencapai target tetapi pencapaian target dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Sementara itu pada Tahun 2016, 2017, dan 2018 penerimaan pajak daerah kota Bandung tidak mencapai target. Bahkan pencapaian target pada Tahun 2018 sangat kecil yaitu hanya sebesar 21,99%. Hal ini dikarenakan pencapaian setiap mata pajak pada Tahun 2018 tidak mencapai target yang paling kecil pencapaiannya yaitu pajak reklame sebesar 1,95% dan PBB sebesar 6,38%.

Indikator ekonomi makro seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi memegang peranan penting dalam menghasilkan formula penetapatan target pajak (Saeroji, 2018). Sependapat dengan berita tersebut penelitian yang dilakukan oleh

(9)

Nadya Fazrina Haniz yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Kota Tegal dengan hasil penelitian terdapat pengaruh positif antara wajib pajak terhadap penerimaan pajak daerah. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak daerah. Inflasi tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Denny George Lumy dkk yang berjudul Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menunjukan hasil bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak daerah. PDRB berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak daerah. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak daerah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah di Kota Bandung”.

1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis mengidentfikasikan masalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk di Kota Bandung yang semakin bertambah setiap tahunnya menyebabkan permintaan akan konsumsi barang publik bertambah pula.

(10)

2. Meningkatnya pendapatan per kapita di Kota Bandung maka akan bertambah jumlah kekayaan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membyar pajak

3. Tingkat inflasi di Kota Bandung mengalami kenaikan dan penurunan signifikan yang berpengaruh terhadap harga barang dan jasa serta kondisi ekonomi lainnya

4. Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat yang mengakibatkan penerimaan pajak semakin meningkat pula 5. Penerimaan pajak daerah di Kota Bandung tidak selalu mencapai target

yang berakibat pada realisasi penerimaan pendapatan asli daerah Kota Bandung

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang potensial di Kota Bandung. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah kota Bandung, diantranya jumlah penduduk, inflasi, pendapatan per kapita, dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis sejauhmana faktor-faktor tersebut mempengaruhi penerimaan pajak daerah Kota Bandung, hal ini tertuang dalam rumusan masalah berikut.

1. Bagaimana gambaran umum mengenai jumlah penduduk di Kota Bandung yang mengalami peningkatan setiap tahunnya?

2. Bagiaman gambaran umum mengenai pendapatan per kapita di Kota Bandung yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun ?

(11)

3. Bagaimana gambaran umum mengenai tingkat inflasi di Kota Bandung?

4. Bagaimana gambaran umum mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung?

5. Bagaimana gambaran umum mengenai penerimaan pajak daerah di Kota Bandung?

6. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung ?

7. Bagaimana pengaruh pendapatan per kapita daerah terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung?

8. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung?

9. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung?

10. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan maksud sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk mengukur ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan khususnya dibidang ilmu ekonomi dengan melakukan analisis terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.

2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada program study sarjana fakultas ekonomi di Universitas BSI

(12)

3. Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat sesuai dengan aspek yang diteliti.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai jumlah penduduk di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai pendapatan per kapita di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai tingkat inflasi di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.

5. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai penerimaan pajak daerah di Kota Bandung.

6. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.

7. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan per kapita terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.

8. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.

9. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah.

(13)

10. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan dan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2. Bagi Praktisi

1. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru yang berkaitan dengan ilmu ekonomi khusunya dalam bidang perpajakan dan umumnya dalam ilmu pengetahuan lain.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah sebagai upaya dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah.

Referensi

Dokumen terkait

4 1.5 Metode Penyelesaian masalah Tahapan proses penyelesaian masalah yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode yang disusun secara terurut dengan melakukan tahapan-

Dari kesimpulan pemeriksaannya, menunjukkan ternyata variabel kesatu Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan nilai yang dihasilkan -0,090,