• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Budidaya tanaman sekarang mulai diminati, terutama oleh pelaku bisnis di Indonesia salah satunya adalah tanaman cabai. Salah satu komoditas tanaman yaitu sayuran yang menunjukkan laju peningkatan rata-rata produksi yang tinggi adalah komoditas cabai merah (rata – rata sebesar 6,99% / tahun) (Susetyo, 2014).

Budidaya tanaman cabai mudah dilakukan, bahkan beberapa orang sekarang menanam cabai di halaman rumahnya sendiri (Ardiyanto, 2017).

Banyak orang yang menanam cabai tapi tidak mengerti saat cabai terserang hama atau penyakit. Dipertanian biasanya cabai yang tidak tumbuh dengan baik, langsung diatasi menggunakan pestisida tanpa tau apa yang menyerang cabai tersebut. Setiap penyakit pada tanaman cabai memiliki solusi yang berbeda. Tidak semuanya langsung menggunakan pestisida sintetik (Ratnasari, 2017). Kesalahan mengatasi penyakit pada tanaman cabai dapat menyebabkan tanaman cabai busuk atau mati. Tidak jarang petani yang gagal panen menyebabkan produksi cabai menurun (Arianto, 2017).

Teknologi Informasi sangat membantu manusia untuk melakukan sebuah pekerjaan (Williams, 2007). Hampir setiap orang pada saat ini tidak bisa lepas dari teknologi salah satunya adalah perangkat mobile. Perangkat mobile dapat memberikan informasi bahkan memproses data seperti halnya komputer.

Perkembangan teknologi yang pesat mendorong teknologi yang mampu berfikir

(2)

seperti manusia yang sering disebut Artificial Intellegence atau kecerdasan buatan.

Salah satu bidang Artificial Intellegence yang cukup berkembang pada saat ini adalah sistem pakar (Russell & Norvig, 2009). Sistem pakar berisi pengetahuan dari pakar yang digunakan untuk berkonsultasi.

Kesulitan berkonsultasi dengan pakar penyakit tanaman cabai untuk mengetahui apa yang menyerang tanaman cabai menjadi salah satu kendala yang menyebabkan kelangkaan cabai. Dirasa perlunya aplikasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang efektif perlu adanya metode penyelesaian. Metode Fuzzy Tsukamoto dipilih sebagai cara penyelesaian. Setiap aturan direpresentasikan menggunakan himpunan-himpunan fuzzy, dengan fungsi keanggotaan yang monoton disebut fuzzyfikasi. Hasil keluaran dari tiap aturan berupa nilai tegas (crip) dengan berdasarkan α-predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot (defuzzyfikasi) (Ayuningtias, Irfan, & Jumadi, 2017).

Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Achmad, Nurul, dan Komang tahun 2017 yang berjudul Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Hati menggunakan metode Fuzzy Tsukamoto. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan akurasi sebesar 96,87%. Selain itu, penelitian yang dilakuan oleh Maulidiannawati dan Wayan Firdaus pada tahun 2016 dengan judul Seleksi Calon Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto untuk menentukan kelayakan calon karyawan dengan menggunakan uji kolerasi spearman. Hasil uji kolerasi menunjukan akurasi 0.6136. Dari kedua penelitian tersebut metode Fuzzy Tsukamoto dapat menghasilkan data yang akurat.

(3)

Penulis ingin petani cabai atau orang yang menanam cabai mengetahui secara dini penyakit pada tanaman cabai sebelum penyakit menyebar. Maka dari itu, penulis membuat “Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto” sebagai solusinya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada tanaman cabai dengan metode Fuzzy Tsukamoto?

2. Bagaimana menerapkan system pakar penyakit tanaman cabai dengan metode Fuzzy Tsukamoto ke dalam aplikasi mobile?

1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud penulis membuat aplikasi system pakar ini, diantaranya : 1. Membuat aplikasi sistem pakar yang dapat mendiagnosis penyakit pada

tanaman cabai serta memberikan saran dan solusi yang tepat dan efisien dengan metode Fuzzy Tsukamoto sehingga masyarakat dapat terbantu oleh aplikasi ini.

2. Aplikasi mobile dengan metode Fuzzy Tsukamoto untuk mendiagnosis penyakit pada tanaman cabai dipilih karena hampir setiap kalangan memiliki perangkat mobile khususnya android sehingga aplikasi ini dapat dengan mudah diakses.

Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Strata 1 (S1) Program Studi Teknik Informatika pada Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Bandung.

(4)

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara mengumpulkan data dan informasi untuk tujuan tertentu.

1.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperlukan sebagai acuan dasar. Berikut beberapa Teknik yang dilakukan :

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung objek yang diteliti.

Observasi dilakukan ke beberapa tempat, diantaranya Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat dan pertanian yang mebudidayakan tanaman cabai.

b. Wawancara

Selanjutnya melakukan wawancara dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan pembuatan program untuk mengidentifikasi penyakit yang ada pada tanaman cabai. Penulis melakukan interview dengan pakar tanaman cabai, pakar penyakit dan hama tanaman cabai, dan para petani cabai.

c. Studi Pustaka

Untuk mendukung program yang dibuat, penulis melakukan studi kepustakaan melalui literature-literatur dan referensi dari internet, jurnal-jurnal, e-book, dan buku yang berkaitan dengan program yang dibuat.

1.4.2. Metode pengembangan Aplikasi

Metode waterfall sering disebut siklus kehidupan klasik yang sistematis untuk pengembangan perangkat lunak melalui proses perencanaan, pemodelan, konstruksi, dan penyebaran, yang diakhiri dengan dukungan pada perangkat lunak

(5)

lengkap yang dihasilkan (Pressman, 2012). Metode waterfall berupa pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear. Adapun tahapan – tahapan metode waterfall sebagai berikut :

a. Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini, penulis menggali sebanyak-banyaknya data dan informasi dalam pembuatan software yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi ini didapat dengan cara wawancara, diskusi atau survey langsung. Data ini akan menjadi acuan system analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.

b. Desain Sistem

Tahapan ini menggambarkan penuangan pikiran dan perancangan system.

Desain sistem membantu mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.

c. Penulisan Kode Program

Pada tahapan ini penulis penulis menerjemahkan desain sistem ke dalam coding atau bahasa pemrograman. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap desain sistem yang dilakukan oleh programmer.

d. Pengujian Program

Tahapan akhir dari sebuah sistem yaitu pengujian kemampuan dan efektifitas dari sistem sehingga diketahui kekurangan dan kelemahan sistem yang kemudian dilakukan pengkajian dan perbaikan terhadap aplikasi agar lebih sempurna.

e. Penerapan Program dan Pemeliharaan

Perubahan bisa terjadi karena adanya kesalahan atau perkembangan kebutuhan secara fungsional. Aplikasi yang dibuat harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan.

(6)

1.5. Ruang Lingkup

Adapun batasan masalah yang dibuat sebagai berikut :

1. Aplikasi yang dibuat untuk mengetahui penyakit pada tanaman cabai berdasarkan gejala yang timbul yang dapat dilihat secara fisik kemudian memberikan saran dan solusi untuk menanganinya.

2. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan metode Fuzzy Tsukamoto.

3. Aplikasi ini berbasis android menggunakan android studio dengan bahasa pemrograman Java dan XML.

Referensi

Dokumen terkait

Keutamaan (Urgensi) Penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu menerapkan dan mengevaluasi serta menganalisis dari sistem pakar penyakit tanaman jeruk

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi