1 1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negeri yang luas serta memiliki budaya dan adat istiadat yang beragam. Indonesia sendiri terbagi ke dalam 34 Provinsi, mulai Nangroe Aceh Darussalam sampai Papua. Tentunya tidak terbayang berapa ratus ragam budaya yang ada di Indonesia (Seta, 2013) Dengan begitu banyak keanekaragaman budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai aset, hal ini tidak dapat disamakan dengan budaya lokal dari negara lain. Budaya lokal yang memiliki ciri khas budaya ,seperti rumah adat, pakaian adat ,tarian adat dan juga alat musik . Semuanya itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu dari provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya yang menarik. Dari segi budaya dikatakan sangat unik dan menarik dikarenakan masyarakat Nusa Tenggara Timur terdiri dari begitu banyak suku, dan banyak budaya. Di provinsi Nusa Tenggara Timur,terdapat dua pulau kecil yakni pulau Sabu dan pulau Raijua yang merupakan wilayah dari pemerintahan Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten ini dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada Tahun 2009 lalu dengan 6 kecamatan yang terbentuk adalah Kecamatan Sabu Barat, Sabu Tengah, Sabu Timur, Hawu LiaE, Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua.
Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) memiliki jumlah penduduk sekitar kurang lebih 75.000 orang dengan luas wilayah sekitar 467 Km2 (Adoe, 2015) . Pulau Sabu dan Raijua memiliki satu Bahasa daerah (Bahasa Sabu) dan memiliki 5 dialek berbeda. Untuk komunikasi sehari-hari, orang di pulau ini biasanya menggunakan bahasa Melayu Kupang dan daerah Sabu dengan dialeknya masing- masing. Kekhasan budaya lokal ini sering menarik pandangan negara lain.
Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suatu daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Tapi dengan banyaknya turis asing juga tidak sedikit membawa dampak negatif salah satunya yaitu kehidupan masyakrat modern terutama anak-anak banyak dipengaruhi oleh budaya luar negeri dan kurang begitu mengenal kebudayaan dalam negeri kita sendiri.Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
Mengacu pada permasalahan yang telah dijelaskan maka pengenalan budaya sangat dibutuhkan. Pembuatan animasi interaktif pengenalan budaya yang akan dibuat adalah animasi pengenalan budaya suku Sabu. Pembuatan animasi interaktif pengenalan budaya suku Sabu yang dimaksud adalah dengan cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari pemerintah daerah dan sumber- sumber lainnya agar dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk lebih mengenal budaya suku Sabu dengan berbasis animasi. Untuk itu aplikasi pengenalan budaya yang baru akan dibuat adalah dengan mengunakan aplikasi Adobe Flash CS6. Diharapkan dengan aplikasi pengenalan budaya yang dibuat ini
suku Sabu.
Untuk mempermudah mempelajari dan memahami tentang kebudayaan suku Sabu penulis tertarik untuk mengembangkan Aplikasi Pengenalan Budaya suku Sabu Menggunakan Adobe Flash CS6. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengembangkan aplikasi yang dapat digunakan sebagai suatu media pengenalan yang lebih khusus, yaitu kebudayaan suku Sabu, baik untuk anak-anak maupun untuk umum menggunakan animasi yang berbasis dekstop. Adapun penelitian ini dijabarkan melalui laporan skripsi yang berjudul Animasi Interaktif Pengenalan Kebudayaan Suku Sabu.
1.2. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai budaya suku Sabu.
2. Masih banyak orang Indonesia yang belum mengetahui budaya suku Sabu.
3. Adanya indikasi kepunahan budaya suku Sabu.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis membuat perumusan masalah yaitu:
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang dan membangun animasi interaktif penegenalan budaya suku Sabu yang dapat digunakan masyarakat?
2. Bagaimana animasi interaktif pengenalan budaya suku Sabu memberikan kemudahan pada orang-orang untuk lebih mengenal budaya suku Sabu?
3. Sejauh mana animasi interaktif pengenalan budaya suku Sabu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang indikasi kepunahan budaya suku Sabu?
1.4. Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian aplikasi animasi interaktif pengenalan budaya suku Sabu ini adalah sebagi berikut :
1. Mengenalkan budaya kepada masyarakat dengan cara yang lebih menarik.
2. Memberikan alternatif cara belajar tentang kebudayaan suku Sabu dengan aplikasi edukasi ini.
3. Memberikan pandangan positif kepada masyarakat mengenai pembelajaran kebudayaan menggunakan animasi interaktif
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah, antara lain sebagai salah satu syarat kelulusan program strata satu di Universitas BSI Bandung.
1.5. Metode Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan beberapa tahapan dalam penyusunan skripsi yaitu:
1.5.1. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara mendatangi objek penelitian secara langsung pada Pemerintah Daerah Sabu Raijua.
2. Metode Wawancara (Interview)
Pengumpulan data dengan menggunakan proses tanya jawab dan tatap muka secara langsung kepada Pemerintah Daerah Sabu Rijua yang terkait pada penelitian ini.
3. Metode Studi Pustaka (Literature)
Penulisan pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data dengan informasi melalui buku-buku dan bahan pelengkap lainnya sesuai dalam permasalahan skripsi.
1.5.2. Model Pengembangan Sistem
1. Analisa Kebutuhan
Menentukan kebutuhan data dan spesifikasi sistem yang diperlukan untuk perancangan animasi interaktif pengenalan budaya suku Sabu.
2. Desain
Kebutuhan data dan spesifikasi sistem diterjemahkan kedalam model UML dan relasi antar datanya digambarkan dengan ERD.
3. Code Generation
Pengkodean pada aplikasi animasi pengenalan budaya dirancang kedalam bahasa pemograman Action Script.
4. Testing
Proses pengujian pada aplikasi animasi interaktif pengenalan budaya menggunakan metode black box testing yang berfokus pada fungsionalitas perangkat lunak serta memastikan hasil yang diuji telah sesuai.
5. Support
Tahap pemeliharaan dilakukan setelah aplikasi animasi pengenalan budaya suku Sabu digunakan. Perubahan akan dilakukan jika terjadi kesalahan dan disesuaikan lagi berdasarkan kebutuhan pengguna.
1.6. Ruang Lingkup
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pembahasan ruang lingkup animasi interaktif pengenlan budaya suku Sabu , yaitu hanya membahas mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Budaya yang di bahas terbatas pada pengenalan suku Sabu saja.
2. Kebudayaan yang diperkenalkan mencakup tarian,lagu daerah, cerita asal usul dan rumah adat.
3. Penjabaran aplikasi terbatas dalam bentuk animasi 2D.
4. Aplikasi masih bersifat desktop.