PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kualitas sumber daya manusia mempengaruhi pembangunan suatu bangsa, dengan adanya pendidikan dan sumber daya manusia sebagai pendidik maka dapat diketahui bahwa pendidikan juga dianggap sebagai investasi negara dimasa depan (Nurkholis, 2013). Pengembangan sumber daya manusia sebagai pendidik perlu memiliki tujuan untuk mencerdaskan peserta didik seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia yang membahas tentang Sistem Pendidikan No.
20 Tahun 2003 Pasal 3 (U.-U. R. Indonesia, 2003) : “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan takwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”, dilihat dari Sistem Pendidikan yang tercantum pada Undang-Undang tersebut tentu saja diperlukan peningkatan fasilitas pendukung dan pengendalian mutu.
Sebagai elemen pendukung dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, penyediaan sarana dan prasarana seperti gedung yang memadai dan memenuhi standar merupakan salah satu upaya dalam memenuhi ketentuan sarana dan prasarana yang telah disyaratkan oleh pemerintah (Parmo, et al, 2016). Gedung atau bangunan sekolah merupakan sarana dan prasarana yang digunakan sebagai penunjang pendidikan, pemeliharaan gedung atau bangunan yang kurang baik
1
dapat menyebabkan berbagai fungsi fasilitas dari bangunan tersebut akan membuat penurunan nilai dan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan bangunan (Mawardi, et al. 2018).
Aset tetap pemerintah berupa bangunan memiliki masa manfaat 12 bulan dan seiring berjalannya waktu aset tersebut akan mengalami penurunan nilai dan pemerintah memiliki peran dan bertanggung jawab dalam menjaga dan memelihara seperti melakukan pendataan sarana dan prasarana yang merupakan barang milik daerah untuk menjadi objek pemeriksaan auditor keuangan daerah (Parmo et al, 2016). Ketentuan mengenai kewajiban pemerintah untuk menjaga dan memelihara aset tetap milik daerah tertera dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 48 dimana tercatat bahwa “Pembantu Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik daerah yang ada di bawah penguasaannya” dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 49 “Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan Barang dan melaporkan kepada Pengelola secara berkala”.
Hasil karya manusia yang dalam bentuk fisik berupa gedung dan bangunan yang fungsi utamanya sebagai tempat manusia melakukan aktivitas dan menjadi pelindung dan pembatas dari pengaruh dunia luar (Mawardi et al., 2018).
Tercantum dalam Undang – undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Bangunan gedung didefinisikan sebagai
“wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, maupun kegiatan khusus”.
Tabel I.1
Biaya Teknis Bangunan
Elemen Bangunan Sederhana
Rp. / m2 A. Biaya Langsung
Pondasi 231.637
Struktur 445.594
Rangka Atap 150.162
Penutup Atap 113.163
Plafon 76.294
Dinding 313.054
Pintu dan Jendela 156.535
Lantai 135.693
Utilitas 139.723
TOTAL BIAYA LANGSUNG (A) 1.761.855 B. Biaya Tidak Langsung
Professional Fee 52.856
Biaya Perijinan 26.428
Keuntungan Kontraktor 176.185
TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG (B) 255.469 TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN BARU 2.017.324 (A+B)
PPN 10% 201.732
TOTAL BIAYA PEMB. BARU SETELAH 2.219.056 PPN
PEMBULATAN 2.220.000
(Sumber : www.mappi.or.id)
Setiap proses dalam pemakaian asset tetap, dikenal dengan adanya penyusutan. Berdasarkan PSAK No. 16, penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya. Dalam hal ini aset tetap milik pemerintah tidak hanya berbentuk bangunan ataupun barang, melainkan dapat juga berupa selain tanah dan / atau bangunan. Keputusan Direktur Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Nomor 356 / KN / 2018 tercatat Barang Milik
Negara berupa bongkaran bangunan dapat dikategorikan sebagai Barang Milik Negara selain tanah dan / atau bangunan. Bangunan yang sudah dibongkar pun masih memiliki nilai ekonomi sehingga perlu dilakukan penilaian terhadap bangunan yang sudah dibongkar dan sisa dari bongkaran tersebut.
Bangunan yang mengalami kerusakan menyebabkan penurunan nilai fungsi dan biasanya dilakukan pembongkaran untuk dibangun ulang sehingga menjadi suatu bangunan baru yang lebih bernilai (Islami, 2014)
Pemerintah dan pengguna aset tetap negara memiliki kewajiban untuk menjaga dan melaporkannya kepada pengelola aset daerah secara berkala, seperti ada tercatat pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakar umum. Aset tetap dalam pemerintahan terdiri atas tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan aset tetap lainnya dan kontruksi dalam pengerjaan (Alimah & Muffarohah, 2017). Aset memiliki nilai ekonomi dan nilai komersial, setiap aset tetap atau bangunan pasti memerlukan adanya pemeliharaan yang dilakukan secara berkala untuk menjaga dan mengurangi resiko pembengkakan biaya akibat kerusakan gedung (Purnomo, 2017).
Setiap aset tetap berupa bangunan memiliki masa aktif yang berbeda-beda, dalam masa tersebut akan ada kemungkinan suatu bangunan mengalami kerusakan yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti iklim dan cuaca yang tidak dapat diprediksi ataupun hal-hal ketidaksengajaan yang dilakukan manusia seperti kebakaran (Islami, 2014). Biasanya bangunan yang direncanakan dapat
berfungsi selama masa layan / opersional tertentu, potensi kerusakan suatu bangunan baik bangunan lama ataupun bangunan yang reltif baru dibangun sangatlah besar dan biasanya dapat terlihat kerusakan yang terjadi terlihat setelah bangunan tersebut mulai diopersikan (Nuswantoro,2010)
Aset bangunan milik pemerintah sekarang ini dalam kondisi dimana belum terinvestarisasinya Barang Milik Negara dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada dan menjadi saran dalam penertiban Barang Milik Negara, tujuan dari penataan atau penertiban aset Negara adalah untuk pengelolaan aset Negara di setiap penggunaan menjadi lebih akuntabel dan transparan sehingga aset tersebut dapat dioptimalkan penggunaanya untuk menunjang fungsi pelayanan kepada masyarakat (Riyono, 2017). Dengan demikian sekecil apapun aset yang tercatat sebagai Barang Milik Negara perlu didata dan dilaporkan oleh pengelola aset.
Seperti bangunan milik pemerintah yang sudah habis masa manfaatnya perlu dilakukan penilaian ulang sehingga pemerintah dapat mencatat penurunan nilai bangunan tersebut dalam pelaporan keuangan pemerintahan.
Adapun aset bangunan pemerintah yang sudah tidak lagi terawat dapat dilakukan penilaian sehingga dapat mengetahui keputusan apa yang akan diambil, seperti merenovasi ataupun melakukan pembongkaran bangunan. Ketika bangunan tersebut mengalami kerusakan maka nilai dari bangunan tersebut akan berkurang, dalam pembanguna ulang tersebut bangunan yang lama akan dibongkar dan lalu dapat dibangun menjadi sebuah bangunan baru yang lebih bernilai dibandingkan dengan bangunan yang lama (Islami, 2014). Dalam Keputusan Direktur Jendral Kekayaan Negara (DJKN, 2018) Nomor 356 / KN / 2018 dimana tercantum bahwa bongkaran bangunan merupakan penilaian untuk menetukan nilai wajar bongkaran
bangunan yang masih mempunyai nilai ekonomis, sehingga dari bangunan yang dibongkarpun masih memiliki nilai dengan penghitungan menggunakan nilai wajar.
Nilai wajar yang digunakan untuk menghitung aset tetap pemerintah dan Barang Milik Negara nantinya akan dilaporkan oleh pengelola kepada pemerintah untuk dicatatkan dalam pelaporan keuangan negara yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 48. Penghitungan aset tetap dengan menggunakan nilai wajar untuk mengetahui harga atau nilai yang diterima dari penjualan aset atau dibayarkan untuk pengalihan liabilitas dalam transasksi yang teratur diantara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (SPI 2015: 3.17).
PSAK 68 menjelaskan tentang pengukuran nilai wajar menjelaskan bahwa definisi nilai wajar yang tercantum dalam SPI 102 adalah sesuai dengan definisi PSAK 68 dikarenakan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk pelaporan keuangan yang sesuai dengan Persyaratan Standar Akuntansi.
Penilaian aset untuk mendapatkan nilai wajar yang digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan pemerinthan menggunakan jasa penilai publik agar mendapatkan nilai ekonomi dari aset bangunan yang akan dibongkar (SPI 2015 : 201 1.0. Pengertian penilaian dalam International Valuation Standards Council, 2010 yaitu, suatu hal yang tidak pasti dan merupakan perkiraan yang paling mungkin dari range hasil yang mungkin terjadi berdasarkan asumsi yang dibuat pada proses penilaian. Penilaian pasar merupakan perkiraan dari harga yang paling mungkin yang akan dibayar dalam suatu transaksi pada tanggal penilaian (Rijasa, et al, 2014). Dalam menentukan nilai pemerintah menggunakan jasa penilai publik, penilai sendiri merupakan seseorang yang telah memiliki kualifikasi, kemampuan
dan pengalaman dalam melakukan kegiatan praktek penilaian untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki (MAPPI & KPSPI 2018 : KPUP 4.4 - 4.5).
Lokasi Penelitian tugas akhir ini adalah SMPN 4 Campaka Cianjur dikarenakan salah satu dari bangunan yang ada mengalami kerusakan karena kurangnya perawatan dari pengelola aset.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Aset Tetap Pemerintah Pada Penilaian Di KJPP Damianus Ambur dan Rekan (Studi Kasus Pada SMPN 4 Campaka Cianjur)”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman penentuan nilai pada bongkaran bangunan dengan menggunakan nilai wajar.
2. Pemanfaatan nilai sisa bongkaran untuk bangunan yang sudah dibongkar.
3. Pencatatan aset pada pemerintahan dahulu relatifnya masih belum tercatat dengan baik sehingga informasi aset banyak yang belum tercatatkan dan atau hilang.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan idenfitikasi masalah di atas, maka permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menentukan nilai wajar pada bongkaran bangunan pada objek penelitian?
2. Berapa besar nilai wajar sisa dari bongkaran bangunan pada objek penelitian?
3. Bagaimana menentukan nilai wajar awal bangunan yang dibangun pada saat bangunan tersebut berdiri yang dinilai pada saat penilaian (sekarang)?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah untuk mengetahui nilai wajar dan nilai sisa dari bangunan yang sudah tidak layak digunakan dan dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali ataupun direnovasi, serta memberikan pemahaman bagi masyarakat dan juga pengelola aset negara manfaat dari penggunaan nilai wajar dan nilai sisa dari bangunan yang akan dibongkar.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan informasi penghitungan dalam penilaian aset pemerintah.
2. Memberikan opini dalam mengetahui nilai wajar dan nilai sisa bongkaran bangunan dengan menggunakan pendekatan biaya.
3. Untuk mengetahui seberapa besar nilai sisa dari sebuah bangunan yang dibongkar.
4. Untuk memberikan gambaran bagi pengelola aset negara tentang nilai wajar dalam penilaian aset.
5. Memberikan informasi bahwa bangunan yang telah dibongkar masih memiliki nilai ekonomi.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagaimana melakukan penilaian aset berupa bangunan yang dibongkar dengan tujuan pembangunan kembali ataupun direnovasi dengan menggunakan perhitungan nilai wajar dan nilai sisa.
2. Memberikan gambaran dalam melakukan penilaian aset dengan tujuan yang dapat disesuaikan.
3. Memberi informasi tidak semua bangunan yang sudah tidak layak digunakan tidak memiliki nilai ekonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan referensi ataupun infromasi bagi para pengelola aset negara yang bertanggung jawab dalam melakukan pelaporan aset atau Barang Milik Negara kepada pemerintah.