1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan di Indonesia bukanlah hal yang baru, bahkan sudah dikenal dan diselidiki oleh Pemerintah kolonial Belanda sejak awal abad 20. Kemiskinan haruslah mendapatkan perhatian yang utama, karena kemana saja kita pergi, dapat kita jumpai kemiskinan. Di daerah perkotaan, banyak berlalu lalang mobil yang harganya mahal, namun juga masih dapat kita jumpai para pejalan kaki dan tukang minta-minta (pengemis). Di daerah pedesaan, masih dijumpai penduduk yang tidak cukup makan. Ini semua merupakan cerminan kemiskinan yang secara realistik harus diakui adanya di Indonesia (Purwanto, A.:2016).
Kemiskinan berasal dari kata miskin mendapat awalan ke dan akhiran an menjadi kemiskinan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (2012:581), miskin artinya adalah tidak berharta benda, serba kekurangan, papan, sangat melarat. Dalam bahasa Inggris, miskin sebagai poor atau dapat diartikan sebagai having a money few possession; not having enough money for the basic things that people need to live properly, yang diartikan tidak memiliki cukup uang untuk hal-hal dasar bahwa orang perlu untuk hidup dengan benar (Stevenson, 2010). Pernyataan diatas, mengandung dua bentuk kausal dalam menafsirkan kata miskin, yaitu: (i) miskin memiliki jumlah yang sangat kecil dari sesuatu; dan (ii) miskin sebagai tidak baik dalam segi kualitas maupun kondisi (Nallari &
Griffith,2011 dalam Purwanto, A.: 2016).
Kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (Parsudi, S.:2012).
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, seperti yang dilansir okezone.com (Rezy:2016) bahwa ditahun 2017, pemerintah akan menekan angka pertumbuhan hingga 9,5 % - 10,5 %. Oleh sebab itu program-program pemberdayaan dan perlindungan sosial yang telah dicapai di tahun-tahun sebelumnya akan dilanjutkan. dengan memberi bantuan langsung pada masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan baik dalam bidang sosial, hukum, pendidikan maupun penyediaan fasilitas lainnya. Namun banyak juga informasi di media masa yang memberitakan tentang penyaluran dana bantuan yang tidak tepat sasaran, seperti yang dilansir oleh mediaindonesia.com (Aryanto:2017) dimana penyaluran bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum tepat sasaran. Warga yang sangat membutuhkan tidak menerima, sedangkan warga sejahtera justru kebagian santunan, pemberian bantuan pada masyarakat yang sebenarnya tidak tergolong sebagai masyarakat miskin, pemberian bantuan pada warga yang pindah atau bahkan telah meninggal dan masih banyak lagi. Hal ini disebabkan karena tidak sinkronnya data antara dinas terkait sehingga data yang digunakan untuk menentukan golongan masyarakat dan menentukan penerima bantuan masyarakat miskin adalah data yang tidak uptodate sehingga validitasnya juga diragukan.
Selain itu banyaknya komponen yang harus dievaluasi untuk penentuan golongan masyarakat miskin juga menjadi salah satu penyebabnya.
Menurut Terry dalam Arief (2010:23) pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua alternatif yang ada. Menurut Siagian (2006:151) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Menurut Siagian (2006:131) seleksi adalah proses yang terdiri dari berbagai langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima dan ditolak.
Weighted product merupakan metode pengambilan keputusan dengan cara perkalian untuk menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan (Basyaib, 2006:139).
Menjadi permasalahan adalah seberapa validkah seseorang atau keluarga dikatakan memiliki taraf hidup miskin, sedang atau kaya. Weighted product dilakukan dengan menentukan kriteria yang sebelumnya diberikan bobot terlebih dahulu, lalu menentukan nilai vektor S dan memakai hasil nilainya yang digunakan untuk menghitung preferensi (vi) untuk perangkingan sehingga dihasilkan rekomendasi pengambilan keputusan sesuai dengan alternatif, kriteria, dan bobot kriteria yang dibutuhkan. Sehingga dapat dilihat taraf hidup masyarakat yang sebenarnya.
Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam penelitian yang berjudul, “Implementasi Weighted Product Untuk Menentukan Ranking Taraf Hidup Masyarakat”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana merancang dan membangun sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung pengambilan keputusan untuk menentukan ranking taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat dengan menggunakan metode weighted product.
2. Bagaimana agar mempermudah dalam proses menentukan ranking taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat berdasarkan parameter yang telah ditetapkan.
3. Bagaimana aplikasi yang akan dibangun dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan oleh pihak pengguna.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan aplikasi ini adalah:
1. Merancang dan membangun sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung pengambilan keputusan untuk menentukan ranking taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat dengan menggunakan metode weighted product.
2. Mempermudah dalam menentukan taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat berdasarkan parameter yang telah ditetapkan.
3. Sistem yang dibangun diharapkan dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan oleh pihak pengguna.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam mencapai kelulusan Program Strata 1 (S1) Program Studi Teknik Informatika di Universitas BSI Bandung.
1.4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan meliputi teknik pengumpulan data dan metode pengembangan sistem.
1.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Nazir, 2011), pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di lingkungan masyarakat miskin Kabupaten Bandung Barat.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Penulis melakukan tahapan wawancara ini dengan melakukan wawancara langsung kepada masyarakat miskin Kabupaten Bandung Barat.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan data atau menganalisis data yang pernah dilakukan peneliti-peneliti terdahulu. Pada tahapan ini penulis mencari dan memepelajari dari berbagai sumber, seperti buku-buku, jurnal dan internet untuk menunjang keperluan penulis dalam penyusunan skripsi.
1.4.2. Metode Pengembangan Aplikasi
Dalam perancangan aplikasi pada skripsi ini penulis menggunakan model air terjun (waterfall). Model waterfall sering juga disebut model sekuensial linier (sequential linear) atau alur hidup klasik (classic life cycle). Model waterfall menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuensial atau terurut dimulai dari analisis, pengodean, pengujian dan tahap pendukung (support) (Rosa dan Shalahuddin, 2015:28).
Tahapan yang ada dalam model waterfall dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Analisis Kebutuhan Sistem
Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk mespesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami, perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh user. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak pada tahap ini perlu untuk didokumentasikan (Rosa dan Shalahuddin, 2015:29).
b. Desain
Desain perangkat lunak adalah proses multi langkah yang fokus pada desain pembuatan program perangkat lunak termasuk struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi antarmuka dan prosedur pengodean. Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi program pada tahap selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan pada tahap ini juga perlu didokumentasikan (Rosa dan Shalahuddin, 2015:29).
c. Code Generation
Tahap selanjutnya adalah proses menerjemahkan desain yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya ke dalam sebuah Bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer. Pada tahap ini, penulis melakukan pengkodean terhadap desain yang sudah dibuat menggunakan bahasa pemrograman Android dengan berorientasi objek untuk membuat aplikasi sistem pendukung keputusan ini. Hasil dari tahap ini adalah program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain.
d. Testing
Tahap pengujian fokus pada sistem dari segi logika dan fungsional dan memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan (Rosa dan Shalahuddin, 2015:30).
e. Support
Tidak menutup kemungkinan sebuah sistem mengalami perubahan ketika sudah dikirimkan ke user. Perubahan bisa terjadi karena adanya kesalahan
yang muncul dan tidak terdeteksi saat pengujian atau sistem harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Tahap pemeliharaan dapat mengulangi proses pengembangan mulai dari analisis spesifikasi untuk perubahan sistem yang sudah ada, tapi tidak untuk sistem baru.
1.5. Ruang Lingkup
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai implementasi weighted product untuk menentukan rangking taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
Adapun ruang lingkup dari pembuatan sistem penunjang keputusan ini adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan menentukan ranking taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat ini dapat digunakan oleh siapa saja.
2. Laporan yang dihasilkan adalah tingkatan taraf hidup masyarakat Kabupaten Bandung Barat dari pengolahan sistem penunjang keputusan menggunakan metode Weighted Product berdasarkan parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Aplikasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman Android.