• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banjir merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang dapat mengganggu dan mengancam kehidupan manusia serta dapat menimbulkan kerusakan hingga korban jiwa. Banjir terjadi dalam waktu yang singkat dan berulang tiap tahun, maka dari itu diperlukan upaya dalam mengatasi banjir tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 tahun 2006, menyatakan bahwa mitigasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah dampak dari adanya bencana, baik yang disebabkan oleh alam, disebabkan oleh perbuatan manusia, maupun disebabkan dari gabungan antara manusia dan alam pada suatu wilayah. Oleh karena itu dalam mengatasi bencana banjir diperlukan sistem mitigasi bencana banjir yang optimal sehingga bencana banjir tidak semakin parah.

Dalam mengurangi risiko bencana banjir tidak terlepas dengan pengelolaan sumber daya air (SDA), dimana pengelolaan tidak terbatas pada wilayah administrasi namun dibatasi oleh Wilayah Sungai (WS).

Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten yang berada di WS Berau-Kelay yang terdiri dari 15 DAS utama. DAS terbesar yang ada di WS Berau- Kelay adalah DAS Berau yang memiliki sungai besar dan sungai kecil yang membelah beberapa kecamatan. DAS Berau terdiri dari delapan kecamatan di Kabupaten Berau yaitu Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung, Kecamatan Teluk Bayur, Kecamatan Kelay, Kecamatan Segah, Kecamatan Gunung Tabur, sebagian Kecamatan Tabalar dan Kecamatan Pulau Derawan. Adapun salah satu sub das yang terdapat di Kabupaten Berau yaitu sub DAS Kelay membagi empat kecamatan yaitu Kecamatan Sambaliung, Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Teluk Bayur dan Kecamatan Kelay. Sub DAS Kelay merupakan bagian wilayah Sungai Kelay yang menjadi penompang perekonomian masyarakat di Kabupaten Berau. Hal ini dikarenakan Sungai Kelay yang terdapat pada sub DAS Kelay menghubungkan empat kecamatan besar di Kabupaten Berau dan menjadi

(2)

2 salah satu akses transportasi air yang membawa pangan dan hasil tambang dari luar maupun dari dalam Kabupaten Berau.

Berdasarkan Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI), diketahui bahwa Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten yang tergolong rawan bencana banjir di Kalimantan Timur. Hal tersebut terlihat hasil perhitungan matriks risiko bencana banjir di Kalimantan Timur, dimana Kabupaten Berau menempati urutan pertama dengan nilai kerentanan sosial mencapai 59.277 jiwa, kerentanan fisik mencapai Rp. 310.223.000, kerentanan ekonomi mencapai RP. 220.639.000, dan kerentanan lingkungan mencapai 13.755 ha. Selain itu, data tersebut juga didukung oleh data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur (2017) dalam Anggara (2019), bahwa Kabupaten Berau merupakan daerah dengan indeks kerawanan tertinggi dengan nilai 202. Menurut dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau tahun 2016-2036 diketahui bahwa kerawanan bencana di Kabupaten Berau terbagi menjadi empat yaitu rawan banjir, kebakaran, gerakan tanah dan gelombang pasang/abrasi.

Dalam RTRW Kabupaten Berau diketahui bahwa daerah yang termasuk kawasan rawan banjir di Kabupaten Berau berada pada tiga kecamatan yang dialiri oleh Sungai Kelay, yaitu Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Teluk Bayur, dan Kecamatan Sambaliung. Bencana banjir di wilayah Sub DAS Kelay dengan ketinggian mencapai >100 cm pertama kali terjadi di tahun 2013 yang melanda Kecamatan Sambaliung khususnya pada Kampung Tumbit Melayu (BPBD, 2020).

Kejadian banjir tersebut terus meningkat tiap tahunnya, dimana pada tahun 2015- 2016 terdapat sekitar 18 kejadian, tahun 2017-2018 terdapat sekitar 21 kejadian, tahun 2019-2020 terdapat sekitar 27 kejadian bencana banjir yang melanda wilayah Sub DAS Kelay yaitu pada tiga kecamatan yang ada (BPBD, 2020). Bencana banjir di Kabupaten Berau terjadi akibat adanya intensitas hujan yang tinggi atau cuaca ekstrim. Hal tersebut dapat dilihat dari data curah hujan tahunan di Kabupaten Berau, dimana dalam 10 tahun terakhir curah hujan di Kabupaten Berau merupakan jumlah yang cukup tinggi dengan rata-rata 2.309,31 mm/tahun dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2016 dengan rata-rata 3.019,4 mm/tahun (BMKG Berau, 2020).

(3)

3 Selain itu, anak sungai yang merupakan cabang dari Sungai Kelay di daerah hilir telah tertutup oleh pemukiman warga sehingga fungsi sungai sebagai penampung air pada saat hujan tidak dapat berfungsi lagi. Hal tersebut menyebabkan air permukaan meningkat sehingga terjadi banjir yang berlangsung tiap tahunnya. Pada tahun 2017, diketahui limpasan air dari sub DAS Kelay menggenangi daerah hilir (Kecamatan Tanjung Redeb dan Kecamatan Sambaliung) dengan membawa 52.570 m3 air beserta lumpur sehingga menyebabkan terjadinya banjir pada kawasan sekitar hilir sungai (Putri, 2019). Kemudian, banjir juga disebabkan karena saluran pembuangan yang berada dibagian hilir tidak berfungsi dengan maksimal sehingga aliran air yang menuju sungai menjadi terhambat (Putri, 2016).

Berdasarkan Rencana Strategis Dinas PUPR Kabupaten Berau tahun 2019, diebutkan bahwa dalam mengatasi permasalahan banjir tersebut, pemerintah Kabupaten Berau telah melakukan pengendalian banjir melalui program normalisasi saluran air tiap tahunnya seperti pembangunan dan perbaikan drainase, pengerukkan drainase yang tersumbat, hingga rehabilitasi gorong-gorong pada daerah langganan banjir. Namun, bentuk pengendalian banjir secara struktural tersebut belum sepenuhnya mampu mengatasi kejadian banjir yang di Kabupaten Berau. Hal tersebut dapat terlihat dari peristiwa banjir yang terus terjadi dan terulang hingga menyebabkan beberapa daerah masih menjadi daerah langganan banjir dengan ketinggan air sekitar 60-120 cm (BPBD Kabupaten Berau, 2019).

Arsyad (2017) menyatakan bahwa mitigasi banjir dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, namun hal yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan secara keseluruhan metode yang digunakan baik teknis maupun non teknis serta mengedepankan system thinking. System thinking dapat diartikan sebagai cara berpikir dengan memandang suatu hal secara keseluruhan karena adanya keterkaitan antar elemen yang terdapat dalam sistem (Trilestari, 2018). Dengan menggunakan konsep system thinking, maka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang dinamis dan kompleks, maupun peristiwa yang terjadi akibat adanya perbedaan antara ruang dan waktu. Karena menggambarkan perisitiwa secara keseluruhan, maka hasil dari system thinking digambarkan dalam bentuk model sebagai pengganti dari objek yang sebenarnya (Trilisetari, 2018).

(4)

4 Permodelan sistem merupakan suatu cara yang sederhana dan murah dalam menggambarkan permasalahan yang kompleks dan dinamis dibandingkan dengan melakukan percobaan langsung pada sistem yang sebenernya (Trilesatri, 2018).

Salah satu metode yang sering digunakan dalam memodelkan sistem yaitu pendekatan sistem dinamik. Pendekatan sistem dinamik merupakan metode permodelan dari suatu sistem yang dinamis dan kompleks dengan membentuk suatu skenario tertentu berdasarkan elemen-elemen yang saling berinterkasi dalam bentuk umpan balik (Trilestari, 2018). Dalam hal ini, sistem yang digunakan dalam analisis mitigasi banjir yaitu dengan melihat elemen-elemen yang saling memberikan umpan balik berupa elemen hidrologi dan hidrolika banjir. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang mengedepankan system thinking dalam sebuah permodelan sistem penanganan banjir yang komprehensif untuk mendapatkan model skenario optimal dalam mitigasi banjir di wilayah sub DAS Kelay.

1.2 Rumusan Masalah

Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung, dan Kecamatan Teluk Bayur merupakan daerah rawan banjir yang berada di sub DAS Kelay. Kejadian banjir pada daerah tersebut terjadi tiap tahunnya dan semakin meningkat dengan meningkatnya intensitas curah hujan. Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah namun hanya terbatas pada pengendalian banjir secara struktural atau fisik sehingga peristiwa banjir belum tertangani secara optimal. Dalam mitigasi banjir diperlukan system thinking yang dapat mencakup keseluruhan elemen melalui permodelan sistem dinamik dengan melihat hubungan sebab akibat dari tiap elemen. Oleh karena itu, perlu diketahui hubungan antara hidrologi banjir dan hidrolika banjir sehingga dapat merumuskan skenario dalam mengatasi banjir.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

Bagaimana sistem hubungan antara faktor hidrologi dan hidrolika banjir dalam merumuskan skenario mitigasi banjir yang optimal di Kawasan Sub DAS Kelay?”.

(5)

5 1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menentukan skenario optimal dalam mitigasi banjir di wilayah Sub DAS Kelay dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Adapun sasaran-sasaran yang dilakukan dalam mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Merumuskan causal loop diagram sistem hubungan antar faktor yang saling berkaitan dalam mitigasi banjir di wilayah Sub DAS Kelay.

2. Menganalisis perilaku alami pada sistem yang terbentuk berdasarkan kondisi eksisting mitigasi banjir di wilayah Sub DAS Kelay.

3. Menentukan skenario optimal mitigasi bencana banjir di wilayah Sub DAS Kelay.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup substansi. Berikut penjabaran mengenai ruang lingkup penelitian yang akan menjadi batasan dalam penelitian.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada Wilayah Sub DAS Kelay yang merupakan salah satu Sub DAS dari DAS Berau yang terdapat pada Kabupaten Berau. Sub DAS Kelay mengaliri empat kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung, Kecamatan Teluk Bayur, dan Kecamatan Kelay. Sub DAS Kelay memiliki luas 65.43 km2 dan panjang sungai 254 km (RTRW Kabupaten Berau 2016-2036). Adapun daerah perbatasan yang ada di sekitar Kawasan Sub DAS Kelay antara lain:

Batas Utara : Kecamatan Segah dan Kecamatan Gunung Tabur Batas Timur : Laut Sulawesi

Batas Selatan : Kabupaten Kutai Timur

Batas Barat : Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan Adapun peta lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(6)

6 Gambar 1. 1 Peta Lokasi Studi pada Kawasan Sub DAS Kelay

Sumber: Baplitbang Kabupaten Berau (2016) dan RTRW Kabupaten Berau 2016-2036

(7)

7 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan yang terdapat pada penelitian ini membahas terkait sistem hubungan faktor sumber aliran banjir atau hidrologi banjir dan faktor penerima banjir atau hidrolika banjir. Berdasarkan sistem hubungan yang terbentuk maka dapat dirumuskan strategi dalam mengatasi banjir dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Pembahasan yang akan di bahas pada penelitian meliputi mitigasi bencana banjir, faktor hidrologi banjir, dan faktor hidrolika banjir.

Adapun lingkup analisis pada penelitian hanya berfokus pada wilayah penelitian yaitu Sub DAS Kelay dengan lingkup terkecil pada saluran sekunder.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi yang terdapat pada penelitian ini yaitu terkait teori mengenai banjir, mitigasi banjir, faktor hidrologi banjir atau sumber banjir yang meliputi curah hujan dan limpasan permukaan, faktor hidrolika banjir atau penerima banjir yang meliputi penggunaan lahan dan drainase.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian terkait penentuan strategi mitigasi banjir dengan menggunakan pemodelan sistem dinamik (dynamic system) pada sub DAS Kelay terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun penjelasan mengenai manfaat penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis yaitu mengetahui strategi mitigasi banjir melalui pemodelan skenario dalam mengatasi banjir sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penanganan bencana banjir dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik.

2. Manfaat praktis yaitu dapat menjadi masukkan bagi pemerintah daerah dalam menyusun program mitigasi bencana khususnya bencana banjir di wilayah Sub DAS Kelay, Kabupaten Berau dan menjadi referensi bagi peneliti lain yang juga ingin meneliti terkait pemodelan strategi banjir baik di wilayah Kabupaten Berau maupun di luar wilayah Kabupaten Berau.

(8)

8 1.6 Pola Pikir Penelitian

Adapun pola pikir dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Sasaran

Luaran Penelitian

Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian Sumber: Penulis, 2021

Skenario optimal dalam mengatasi banjir di Wilayah Sub DAS Kelay

Kabupaten Berau tergolong rawan banjir

Intensitas curah hujan meningkat

Daerah resapan berkurang akibat konversi lahan

Pendangkalan Drainase

Mitigasi banjir belum optimal

Adanya sedimentasi pada saluran drainase

Perlu adanya strategi dalam mengatasi banjir Pendekatan sistem

dinamik

3. Menentukan skenario optimal mitigasi bencana banjir di wilayah

Sub DAS Kelay.

Bagaimana hubungan antara faktor hidrologi dan hidrolika banjir dalam menentukan model mitigasi banjir di Wilayah Sub DAS Kelay

1. Merumuskan causal loop diagram sistem hubungan antar faktor yang saling berkaitan dalam

mitigasi banjir di wilayah Sub DAS Kelay.

Menentukan model skenario optimal dalam mitigasi banjir di Wilayah Sub DAS Kelay dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik

2. Menganalisis perilaku alami pada sistem yang terbentuk berdasarkan kondisi eksisting mitigasi banjir di wilayah Sub

DAS Kelay.

Referensi

Dokumen terkait

This study found that competence and organizational culture have a positive influence on teacher job satisfaction, while work motivation has a positive and significant effect on

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir di Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci termasuk tinggi yaitu sebesar