• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Urbanisasi dalam hal sosial kependudukan baik berupa kelebihan maupun kekurangan dapat diartikan sebagai distribusi populasi secara regional, sehingga tingkat urbanisasi dapat dilihat dari proporsi penduduk dari suatu wilayah yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini juga menyangkut terkait pengembangan fasilitas publik dapat dilihat dari banyaknya distribusi populasi yang terjadi dan cenderung lebih mengarah ke perkotaan. Secara sederhana, dengan semakin banyaknya perkotaan maka kebutuhan akan pengembangan fasilitas publik akan semakin meningkat. Meningkatnya trend perubahan pedesaan menjadi perkotaan selain disebabkan karena kebutuhan akan ketersediaan fasilitas publik yang meningkat, juga di lain sisi perkotaan dianggap lebih mampu secara multi-sektor.

Namun, proses pengotaan ini terkadang terjadi berbeda-beda di setiap negara, ditentukan oleh faktor-faktor pendorong yang berbeda-beda (Bhattacharya, 2010).

Di Indonesia urbanisasi umumnya dipengaruhi oleh tingginya jumlah penduduk disuatu lokasi atau daerah. Pertumbuhan populasi yang meningkat pesat merupakan salah satu faktor utama pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan pesatnya perubahan karakteristik wilayah dari pedesaan agrikultural menjadi perkotaan hingga menjadi kota besar (Parjiono, Sujai, & Rahman, 2018). Apabila dilihat secara historis, di Indonesia sejak era kemerdekaan hingga sekarang mempunyai sebaran peduduk yang belum merata dan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, hal ini berdampak pada pembangunan dan perekonomian nasional yang hanya terpusat di Pulau Jawa. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 1950 sebesar 65% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan secara bertahap berkurang hingga tahun 1990 menjadi 59% saja di Pulau Jawa. Penyebab berkurangnya penduduk di Pulau Jawa ini diantaranya disebabkan karena adanya program transmigrasi oleh pemerintah Indonesia saat itu. Transmigrasi sengaja diadakan pemerintah bukan hanya untuk mengurangi kepadatan populasi di Pulau Jawa, tetapi juga agar mendorong pembangunan diluar Jawa seperti Pulau

(2)

Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Dengan tersebarnya penduduk di pulau- pulau lain selain Jawa, mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi hingga mempengaruhi karakteristik wilayah yang awalnya pedesaan menjadi perkotaan secara berangsur-angsur. Pada tahun 1994 terdapat lima provinsi di Indonesia yang mempunyai tingkat urbanisasi tertinggi dibanding provinsi lain. Provinsi- provinsi tersebut adalah DKI Jakarta dengan tingkat urbanisasi sebesar 100%, kemudian disusul dengan Kalimantan Timur sebesar 48,82%, DI Yogyakarta sebesar 44,44%, Sumatera Utara 35,50%, dan Jawa Barat 34,50% (Soeroso, 2002). Meskipun tiga dari lima kota ini masih berada di Pulau Jawa, akan tetapi terdapat Provinsi Sumatera Utara dan Kalimantan Timur yang juga termasuk kedalam provinsi dengan tingkat urbanisasi tertinggi. Bahkan Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan tingkat urbanisasi tertinggi setelah Provinsi Ibukota Negara Indonesia yakni DKI Jakarta pada tahun itu.

Tingginya tingkat urbanisasi di Kalimantan didorong dengan mulai munculnya industri yang berkaitan dengan eksplorasi sumberdaya alam berupa minyak dan gas bumi (Rukmana, Steinberg, & Hoff, 1993). Munculnya industri ini menyebabkan daya tarik ekonomi bagi pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia menuju kota-kota di Kalimantan. Tercatat pada sensus penduduk tahun 2000 terdapat dua kota di Provinsi Kalimantan Timur yang mempunyai presentase tertinggi yakni Kota Samarinda dan Balikpapan. Kedua Kota ini merupakan kota- kota pelabuhan yang menjadi pintu masuk dari dan menuju Kalimantan Timur (Tirtosudarmo, 2007).

Kota Balikpapan terletak merupakan salah satu kota terbesar di Kalimantan Timur hingga saat ini. Untuk menciptakan pembangunan yang merata yang saat ini masih berfokus pada bagian selatan dan sekitarnya, Pemerintah Daerah Kota Balikpapan melalui Perda Kota Balikpapan nomor 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan tahun 2012 – 2032 telah menetapkan pusat kota kedua yang terletak di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara. Tentunya, akan menciptakan daya tarik tersendiri sehingga akan terjadi peningkatan jumlah penduduk. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan dalam Kecamatan Balikpapan Utara dalam angka, Kelurahan Karang Joang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami

(3)

peningkatan jumlah penduduk mencapai 15%. Terlebih dengan adanya kawasan pendidikan ITK yang juga mendorong pembangunan infrastruktur pendukung di Kelurahan ini dan adanya pemindahan Ibu Kota Negara baru yang dibangun di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang secara lokasi berdekatan dengan Karang Joang juga akan menimbulkan daya tarik penduduk. Sehingga, dengan kemungkinan bertambahnya jumlah penduduk di Karang Joang juga akan berpengaruh terhadap pengembangan penyediaan fasilitas penunjang dimasa mendatang. Dalam pengembangan fasilitas perkotaan perlu didukung oleh kondisi lahan yang sesuai.

Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui lahan mana yang sesuai dalam mendukung pengembangan fasilitas sehingga dapat menghasilkan pemanfaatan lahan yang ideal dan tepat. Hal ini penting untuk menghindari kelebihan kapasitas pemanfaatan lahan yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan (Hizbaron &

Marfai, 2019) dan juga telah diamanatkan dalam UU Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang mana diantara tujuan dari penataan ruang adalah mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan serta pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Karena terdapat kecenderungan, meskipun pemanfaatan lahan sudah ditetapkan pada rencana tata ruang namun kenyaatannya masih sering terjadi kasus dimana pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya (Maryudi & Nawir, 2017). Khususnya pada kawasan perkotaan di Indonesia yang seringkali mengalami permasalahan lingkungan akibat pembangunan dan pengaturan sarana prasarana kota yang kurang baik (Harahap, 2013). Maka, untuk mengetahui ketersediaan lahan serta lokasi yang sesuai dalam mendukung pengembangan fasilitas perkotaan di Kelurahan Karang Joang dilakukanlah penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam RTRW Kota Balikpapan 2012-2032 telah menetapkan bahwa Kelurahan Karang Joang dipilih menjadi pusat kota kedua Balikpapan. Selain itu, pada Kelurahan Karang Joang juga terdapat kawasan pendidikan dan penetapan IKN di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara apabila dilihat dari lokasinya tidak jauh dari Kelurahan Karang

(4)

Kelurahan Karang Joang dimasa mendatang. Dapat dilihat dari data BPS dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, penduduk Karang Joang meningkat hingga 15%. Sehingga, meningkatnya jumlah penduduk juga akan mempengaruhi pengembangan fasilitas penunjang di tahun-tahun yang akan datang.

Pengembangan fasilitas ini dapat ditinjau salah satunya dari ketersediaan lahan yang dibutuhkan dalam mengembangkan fasilitas perkotaan. Penentuan ketersediaan lahan perlu dilihat dari tingkat kesesuaian lahan agar tidak menyebabkan degradasi lahan akibat pemanfaatan yang tidak sesuai atau kelebihan kapasitas pemanfaatan. Dari hal ini dapat ditarik sebagai rumusan masalah yaitu, bagaimana mengetahui ketersediaan lahan dan menentukan lokasi yang sesuai untuk mendukung pengembangan pembangunan fasilitas perkotaan hingga tahun 2030 berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan yang ada di Kelurahan Karang Joang?

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan lahan dan lokasi yang sesuai dalam mendukung pengembangan pembangunan fasilitas perkotaan hingga tahun 2030 berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan yang ada di Kelurahan Karang Joang. Dalam mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran yang perlu dicapai antara lain.

1. Menganalisis kemampuan dan kesesuaian lahan pada kawasan budidaya di Kelurahan Karang Joang.

2. Menghitung kebutuhan luasan fasilitas perkotaan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Kelurahan Karang Joang pada tahun 2030.

3. Menganalisis alokasi lahan untuk pengembangan fasilitas perkotaan pada tahun 2030.

1.4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karang Joang sehingga ruang lingkup wilayah pada penelitian ini berdasarkan batas Kelurahan Karang Joang.

Adapun batas-batas Kelurahan Karang Joang adalah sebagai berikut.

Utara : Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara

(5)

Selatan : Kelurahan Graha Indah, Kelurahan Manggar Timur : Kelurahan Teritip, Kelurahan Lamaru Barat : Kelurahan Kariangau

(6)

Gambar 1. 1 Peta Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Sumber: Bapeda Kota Balikpapan, 2015

(7)

1.5. Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini berfokus pada karakteristik lahan, kriteria lahan, dan alokasi lahan.

1.6. Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi pada penelitian ini mencakup klasifikasi serta analisis kemampuan lahan dan rasio tutupan lahan yang sesuai pada masing- masing kelas kemampuan lahan, jenis-jenis kawasan budidaya, kebutuhan lahan pengembangan, serta kriteria prioritas dalam menentukan alokasi lahan.

1.7. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan hasil yang didapat bisa bermanfaat serta digunakan dengan sebaik-baiknya. Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.7.1. Manfaat Teoritis

Dengan hasil yang didapatkan berguna sebagai wawasan dalam penentuan arahan pengembangan fasilitas perkotaan berdasarkan kesesuaian lahan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang serupa.

1.7.2. Manfaat Praktis

Menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kota Balikpapan di bidang perencanaan pembangunan dalam mendukung Kelurahan Karang Joang sebagai pusat kota kedua Kota Balikpapan.

1.8. Pola Pikir Penelitian

Dalam penelitian ini, hubungan antara latar belakang, tujuan, dan hasil yang diharapkan diterangkan dalam kerangka pemikiran penelitian. Adapun kerangka pemikiran penelitian pada penelitian ini di jelaskan pada diagram berikut.

(8)

Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian Sumber: Olahan Peneliti, 2020

Referensi

Dokumen terkait

Berikut dimensi pengukuran kinerja oleh Agus Dwiyanto antara lain: ⚫ Produktivitas Hasil pelayanan dan kinerja dari Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai OPD Organisasi Perangkat

ABSTRAK Pembinaan Pendidikan Anak Oleh Orang Tua yang Berstatus Guru di Desa Kumbayau Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Oleh: Yuli Widya Putri Penelitian ini dilatarbelakangi