BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepulauan Riau memiliki sekitar 3.200 pulau, baik kecil maupun besar.
Pulau Bintan merupakan salah satu pulau penting di Kepulauan Riau yang meliputi dua wilayah administratif yaitu Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan (Yusliman, 2010). Kabupaten Bintan merupakan kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yang mencandangakan wilayah perairannya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) berdasarkan surat keputusan Bupati Bintan Nomor 36/VIII/2007, dengan luas wilayah 472.905 hektar (Ismail et al., 2018). Dengan memisahkan ekosistem yang ada menjadi beberapa zona, termasuk zona inti (area larang ambil), upaya konservasi diantisipasi dapat meminimalkan dan mencegah hilangnya sumber daya laut yang lebih parah.
Secara spesifik, ekosistem tersebut terbagi dalam zona-zona yang terdapat potensi keanekaragaman jenis tumbuhan, hewan, fenomena alam dan keunikan zona pemanfaatan merupakan zona untuk perikanan berkelanjutan (PP No.60/Tahun 2007).
Upaya konservasi selain untuk menjaga sumber daya yang tersisa, juga memberikan peluang bagi ekosistem untuk pulih dari kehancuran. (Dahlan, 2015).
Upaya konservasi lamun berkaitan dengan kemampuan menjaga dan menyelamatkan keanekaragaman dan kekayaan spesies ikan dan sistem hayati lainnya, disamping menjaga efisiensi perikanan tepi pantai dan ketahanan pangan.
Ekosistem lamun berperan sebagai penghubung ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang. Fungsi padang lamun yaitu sebagai pemecah arus dan gelombang, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu menstabilkan sedimen dengan pengendapan substrat (Purnomo et al., 2017). Ekosistem lamun, memiliki manfaat ekonomis yang nyata diantaranya sebagai tempat perkembangbiakan (spawning ground), sumber utama produktivitas primer, pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota- biota perairan laut dan lamun juga dimanfaatkan sebagai obat dan bahan kerajinan (Oktawati et al., 2018).
2
Kabupaten Bintan memiliki banyak ekosistem lamun, khususnya di perairan Bintan Timur, seperti Desa Rapat Malang dan Desa Berakit yang luasnya mencapai ± 2.918,36 Ha dengan kondisi baik sekitar 58,01%. (Oktawati et al., 2018). Di Kabupaten Bintan ditemukan 10 jenis lamun dari 12 jenis yang ada di perairan Indonesia. (Rani et al, 2016). Ekosistem lamun mendukung berbagai produktivitas primer dan sekunder. Selain itu, ekosistem lamun berperan penting dalam menyediakan jasa lingkungan. Lamun yang dimanfaatkan untuk objek wisata bahari dapat mendongkrak mata pencaharian masyarakat pesisir, dan peran ini dapat dilihat baik dari segi sosial maupun ekologi (Arkham, 2015).
Keberadaan padang lamun rentan baik secara alami maupun aktifitas manusia, terutama jika wisatawan di sekitar ekosistem lamun kurang sadar terhadap pentingnya keberadaan ekosistem lamun, maka dari itu ekosistem lamun di Pulau Bintan masuk dalam ketegori kawasan konsevasi karena pentingnya kesadaran untuk melestarikan dan menjaga ekosistem lamun berpengaruh besar terhadap kelestarian ekosistem lamun dan keberlangsungan biota yang mendiami ekosistem lamun.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti mengangap perlu dilakukan penelitian mengenai “Persepsi Wisatawan Terhadap Ekosistem Lamun di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap ekosistem lamun di kawasan konservasi perairan daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau?
2. Apa faktor yang mempengaruhi persepsi wisatawan terhadap ekosistem lamun di kawasan konservasi perairan daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau?
3
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap ekosistem lamun di kawasan konservasi perairan daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wisatawan terhadap ekosistem lamun di kawasan konservasi perairan daerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
1.4. Manfaat
Berikut adalah beberapa manfaat dari penelitian ini : 1. Bagi Penulis
Sebagai sumber ilmu dan menambah wawasan. Serta dapat membagikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menempuh pendidikan di Universitas Maritim Raja Ali Haji.
2. Bagi masyarakat
Hasil Penelitian dapat dijadikan bahan informasi dalam melestarikan dan memanfaatkan ekosistem lamun.
3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi atau pertimbangan dalam merumuskan kebijakan terkait ekosistem lamun.
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Persepsi wisatawan terhadap
ekosistem lamun
Ekosistem lamun di Bintan Timur
Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi
wisatawan
Persepsi wisatawan terhadap ekosistem lamun di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Bintan
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Bintan