• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, menjalankan aktivitas dan mencapai tujuan perusahaan.1 Tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).2

Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 merupakan penyakit yang disebabkan oleh faktor pajanan yang ditimbulkan dari pekerjaan salah satunya adalah gangguan muskuloskeletal atau Musculoskeletal disorders (MSDs).3 Musculoskeletal disorders merupakan suatu gangguan atau cedera pada otot, tendon, ligamen, saraf, sendi, kartilago, tulang atau pembuluh darah pada tangan, kaki, kepala, leher, atau punggung. Musculoskeletal disorder diperburuk oleh lingkungan dan perilaku kerja.4 Contoh MSDs adalah Carpal tunnel syndrome, Tendinitis, Rotator cuff injuries, Epicondylitis, Trigger finger, Muscle strains and low back injuries.5

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2012, di dunia terdapat 2 juta kasus kematian setiap tahun yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tahun 2013, seorang pekerja meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.6

(2)

Berdasarkan hasil penelitian di dunia ditemukan bahwa MSDs menduduki posisi pertama PAK. Data dari Labour Force Survey (LFS) U.K., menunjukkan MSDs pada pekerja sangat tinggi sekitar 1.144.000 kasus dengan distribusi kasus yang menyerang punggung sebanyak 493.000, leher 426.000 kasus dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus. Di Amerika terdapat sekitar enam juta kasus MSDs pertahun atau rata-rata 300-400 kasus per 100.000 orang pekerja.7

Berdasarkan profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 40,5%

penyakit berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 9.482 pekerja di 12 Kabupaten/Kota yang mengalami gangguan berupa penyakit MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (5%), gangguan pernapasan (3%) dan gangguan THT (1,5%). Tahun 2010 MSDs termasuk urutan kedua berdasarkan jumlah kunjungan rumah sakit sebanyak 168.768.8 Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2013, Prevalensi tertinggi di Bali (19,3%), Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%).9

Penelitian yang dilakukan oleh Livandy dkk (2016) pada pekerja konveksi bagian penjahitan di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara, menyimpulkan bahwa pekerja dengan keluhan musculoskeletal dalam 12 bulan terakhir sebanyak 78 orang (96,3%) dan pekerja yang mengalami keluhan dalam tujuh hari terakhir sebanyak 47 orang (58%). Pekerja konveksi yang mengeluhkan gangguan musculoskeletal pada daerah leher sebanyak 46 orang (56,8%).6

Penelitian Ginanjar dkk (2018) pada pekerja konveksi di Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor, menyimpulkan bahwa keluhan MSDs dirasakan oleh pekerja

(3)

sekitar 88,7%. Terdapat hubungan yang siginifikan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan MSDs.10

Faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan MSDs dibagi menjadi tiga kategori yaitu faktor risiko ergonomis (high task repetition, Excessive Force, Awkward Postures) faktor individu (umur, jenis kelamin, lama bekerja, dan antropometri) dan faktor lingkungan (getaran, kontak stres dan suhu).11 Apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera, keluhan MSDs dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja yang akan menyebabkan pekerja menjadi kelelahan sehingga dapat menurunkan produktivitas, selain itu akan berdampak pada produksi yang menyebabkan pengurangan hasil, kerusakan material produk sehingga target produksi tidak terpenuhi dan pelayanan konsumen tidak memuaskan.8

Cara untuk mengukur risiko MSDs pada pekerja bisa menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA), Quick Exposure Check (QEC), Rapid Upper Limb Assessment (RULA).12,13,14 Rapid Entire Body Assessment merupakan salah satu metode penilaian ergonomis yang menggunakan proses sistematis untuk mengevaluasi postur tubuh dan menilai tingkat risiko MSDs terkait pekerjaan.15 Kelebihan dari metode ini adalah dapat menilai keseluruhan bagian tubuh. Selain itu, menilai faktor risiko ergonomi lain seperti coupling dan force, sensitif terhadap risiko MSDs dan dapat digunakan untuk menilai postur statis dan dinamis.16

Berdasarkan data di atas, serta belum ada yang melakukan penelitian ini

(4)

tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Risiko Gangguan Muskuloskeletal Menurut REBA pada Pekerja Konveksi PT.X di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik pekerja konveksi PT.X sebuah di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur Tahun 2019?

2. Bagaimana gambaran risiko gangguan muskuloskeletal menurut REBA pada pekerja konveksi PT.X di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran risiko gangguan Muskuloskeletal menurut REBA pada pekerja konveksi di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur tahun 2019.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terutama dalam bidang kesehatan kerja. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pekerja dan pengelola perusahaan konveksi tentang risiko gangguan muskuloskeletal pada pekerja. Sehingga pengelola perusahaan dapat memperhatikan alat yang digunakan para pekerja supaya mengurangi risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal.

Referensi

Dokumen terkait

3 Universitas Kristen Indonesia 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana profil tekanan darah dan gula darah sewaktu sebagai faktor risiko stroke di lingkungan RW 07, Kelurahan Kalisari,

1.2 Rumusan Masalah Untuk menguji apakah efek pemberian Platelet Rich Plasma dalam proses penyembuhan luka, maka dilakukan penelitian secara in-vitro terhadap migrasi sel Human