• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lensa kontak merupakan alat bantu penglihatan agar kita dapat terbebas dari menggunakan kacamata. Dengan kata lain lensa kontak dapat digunakan sebagai pengganti kacamata untuk mengoreksi kelainan refraksi dan kelainan akomodasi. Namun, sekarang lensa kontak juga banyak digunakan dalam hal terapi maupun untuk kepentingan kosmetik.

Seiring dengan perkembangan teknologi, lensa kontak yang digunakan saat ini jauh berbeda dengan lensa kontak yang pertama kali dibuat pada awal abad ke-19. Hidrogel silikon dan rigid gas permeable lenses merupakan bahan baku lensa kontak yang terbaru. Bahan ini terasa sangat nyaman di mata dan memungkinkan masuknya asupan oksigen yang dibutuhkan oleh kornea dengan lebih maksimal. Bahkan masalah potensial yang dahulu dapat ditimbulkan pada penggunaan lensa kontak, yaitu infeksi oleh mikroorganisme, kini sudah merupakan hal yang dapat dihindari dengan penggunaan bahan baku yang lebih aman (Idayati & Mutia, 2016).

Lensa kontak merupakan lensa plastik tipis yang diletakkan di permukaan kornea.

Pemakaian lensa kontak merupakan alternatif pengganti kacamata yang bertujuan untuk mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, dan terapi. Selain untuk mengoreksi berbagai kelainan pada mata, lensa kontak juga digunakan untuk tujuan kosmetik (Kurniawati

& Prihatningtias, 2018). Lensa kontak mudah untuk digunakan, nyaman untuk beraktivitas, memberikan lapang pandang lebih luas, dan lebih baik secara estetik. Pemakaian lensa kontak banyak digunakan untuk membantu mengatasi kelainan refraksi. Pemakaiannya saat ini tidak

(2)

hanya untuk memperbaiki kelainan refraksi tetapi juga banyak digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki ataupun menambah nilai dari penampilan (Syaqdiyah et al., 2018).

Berdasarkan American Optometric Association, alasan orang memilih menggunakan lensa kontak daripada kacamata adalah karena lensa kontak dapat mengikuti gerak bola mata dan tidak mengurangi sedikitpun lapang pandang mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah mata, nyaman, dan lebih terang karena tidak terhalang bingkai kacamata (Rahmadilla, 2020).

Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata.

Bentuk lensa kontak diawali oleh Leonardo Da Vinci yang membuat sketsa awal dari lensa kontak, tahun 1827 J.F.W. Herschell mendeskripsikan lensa kontak sebagai kapsul gelas steril berisi jelly dengan permukaan refraktif di bagian belakangnya dan dapat digunakan untuk kasus kornea irregular. Lensa kontak mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1950, menggunakan Hydroxyethyl Methacrylate (HEMA) yaitu sejenis bahan polymer yang dapat mengandung air dan dibuat oleh Dr. Drahoslav Lim dan Dr. Kevin Touhy dari California. Bahan ini terus dikembangkan sebagai bahan lensa kontak hingga saat ini (Fitria, 2013).

Pemakai lensa kontak terbanyak terdapat di benua Asia dan Amerika, sebanyak 38 juta pengguna lensa kontak berasal dari Amerika Utara kemudian 24 juta pengguna lensa kontak berasal dari Asia dan 20 juta pengguna lensa kontak berasal dari Eropa. Di Indonesia sendiri belum ada perhitungan resmi pengguna lensa kontak, akan tetapi Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi pemakai kacamata atau lensa kontak mencapai 2,9% untuk kelompok usia 15-24 tahun dan 2,8% untuk kelompok usia 25-34 tahun. Pada tahun 2013 daerah provinsi DKI Jakarta terdapat 11,9% penduduk memakai lensa kontak (Rahmadilla, 2020).

(3)

Pada akhir Desember 2019, Tiongkok melaporkan wabah pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Data awal menunjukkan 66% pasien terkait dengan suatu pasar, yaitu Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, Tiongkok yang menjual berbagai macam hewan liar seperti kelelawar, ular, anjing, dll. Kasus terkait wabah ini terus bermunculan dengan pesat sehingga otoritas kesehatan setempat mengumumkan peringatan epidemiologis pada 31 Desember 2019. Berdasarkan penelitian isolat dari pasien, penyebab wabah ini diidentifikasi sebagai infeksi betacoronavirus jenis baru yang dikenal dengan nama 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Januari 2020, World Health Organization (WHO) secara resmi menamakan virus ini sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV- 2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan penyebaran virus ini sebagai darurat kesehatan global.

Pasien-pasien awal yang terjangkit wabah diyakini terinfeksi secara zoonotik melalui transimisi hewan ke manusia (animal-to-human transmission), seperti yang terjadi pada SARS dan MERS. Hingga saat ini kelelawar diyakini sebagai natural reservoir dari SARS-CoV-2 dan hewan-hewan liar yang dijual melalui Pasar Grosir Makanan Laut Huanan sebagai intermediate host. Namun seiring berjalannya waktu, pola kasus-kasus yang bermunculan mengalami perubahan dan menunjukkan adanya transmisi penularan dari manusia ke manusia (human-to- human transmission) yang menjadikan manusia sebagai terminal host dari rantai penyebaran virus ini (DAY, 2020).

Presiden Joko Widodo melaporkan pertama kali menemukan dua kasus infeksi COVID- 19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pasien yang terkonfirmasi covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta yaitu penderita kontak langsung dengan seorang Warga Negara Asing

(4)

(WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluh demam, batuk, dan sesak nafas (Putri, 2020).

Sebelum pandemi covid-19, penjualan lensa kontak di optik maupun toko semakin banyak ditemui. Hal ini menandakan bahwa perkembangan pengguna lensa kontak di Indonesia cukup pesat. Namun, setelah pemerintah mengumumkan penyebaran virus bukan hanya dari droplet dan mukosa mulut dan hidung, virus ini juga menyebar melalui konjungtiva mata, sehingga pemerintah menganjurkan pengguna lensa kontak untuk beralih menggunakan kacamata.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti yang selanjutnya dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Omzet Penjualan Lensa Kontak Dan Lensa Kacamata Pada Masa Pandemi Covid-19 di Optik A Tahun 2021”. Adapun alasan khusus penulis memilih topik ini karena ingin mengetahui gambaran omzet penjualan lensa kontak dan lensa kacamata di tengah wabah covid-19 setelah sebelumnya wabah ebola, juga ingin mengetahui data penjualan lensa kontak dan kacamata, mana yang menjadi primadona pada masa pandemi covid-19 dikalangan masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan masalah berupa bagaimana Gambaran Omzet Penjualan Lensa Kontak Dan Lensa Kacamata Pada Masa Pandemi Covid-19 di Optik A Tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

(5)

Untuk mengetahui Gambaran Omzet Penjualan Lensa Kontak Dan Lensa Kacamata Pada Masa Pandemi Covid-19 di Optik A Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk membandingkan omzet penjualan lensa kontak dan lensa kacamata sebelum dan sesudah pandemi covid-19.

b. Untuk mengetahui data penjualan lensa kontak dan lensa kacamata selama bulan Januari, Februari, Maret Tahun 2021.

c. Untuk mengetahui mana yang menjadi primadona pada masa pandemi covid-19 dikalangan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan, wawasan serta pemahaman penulis mengenai gambaran omzet penjualan lensa kontak dan lensa kacamata pada masa pandemi covid-19 di optik A tahun 2021. Untuk selanjutnya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi pembaca ataupun peneliti yang akan melakukan penelitian serupa maupun pengembangannya.

2. Manfaat untuk Manajemen Optik

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi untuk menentukan harga jual lensa kontak dan lensa kacamata pada masa pandemi covid-19.

3. Manfaat untuk Mahasiswa Refraksi Optisi

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dalam mata kuliah kewirausahaan dan manajemen optik yang akan terjun menjadi pengusaha.

(6)

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Lokasi dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Optik A dimana A memiliki dua optik yaitu A1 dan A2 di Kabupaten Subang.

2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021.

3. Ruang Lingkup Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan mengamati indikator omzet penjualan lensa kontak dan lensa kacamata serta data penjualannya.

4. Ruang Lingkup Materi

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi yang berkaitan dengan lensa kontak, kacamata, kewirausahaan, dan manajemen optik.

Referensi

Dokumen terkait

ASEP GUMILAR – 122.172.5003 - Program Studi Arsitektur-ITI I-1 BAB I PENDAHULUAN Judul Karya Tulis Judul karya tulis yang diambil sebagai kasus dalam karya tulis ini adalah :