• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dihadapi dunia. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di negara-negara industri baru dan negara berkembang, termasuk Indonesia.

World Health Organisation (WHO) memprediksi kenaikan penderita DM di Indonesia dari tahun 2000 sebesar 8,4 juta jiwa menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 1000.

Di jawa barat dengan spesifikasi sebanyak 418 ribu orang sudah terdiagnosa diabetes millitus tipe 2 dan sebanyak 225 ribu orang belum terdiagnosa, tetapi sudah menunjukan indikasi DM (Riskesda). Data Puskesmas Naringgul Cianjur menyebutkan bahwa kunjungan penderita DM pada tahun 2021 ke puskesmas adalah sebanyak 30 pasien. Peningkatan prevalensi yang terjadi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan karena banyaknya peningkatan prevalensi akan mengakibatkan timbulnya berbagai komplikasi yang akan merugikan penyandang DM itu sendiri.

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Selain itu DM merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

(2)

peningkatan glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas seperti urine dalam jumlah yang besar dan rasa manis. (ADA,2010)

Penyakit DM sering dikenal sebagai penyakit silent killer yang berarti penyakit ini membunuh penderitanya secara diam-diam. Sering kali penderita DM tidak mengetahui kalau memiliki penyakit DM, dan komplikasi sudah terjadi ketika penderita baru menyadari dirinya memiliki penyakit DM tersebut. DM merupakan penyebab kematian keempat di Indonesia dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati. Sekitar 75% dari penderita DM mengalami kematian akibat komplikasi vaskular. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi akibat DM adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, amputasi karena luka DM, bahkan sampai berujung pada kematian. (ADA,2010)

Upaya dan penanggulangan telah dilakukan pemerintah dalam menangani masalah DM, namun masalah DM masih tinggi di Indonesia dan semakin diperparah dengan munculnya berbagai macam penyakit komplikasi akibat DM.

Masalah-masalah yang dialami oleh penderita DM dapat diminimalisir jika penderita DM memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk mengontrol penyakitnya, yaitu dengan cara melakukan self care. Self care merupakan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan, meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mengatasi kecacatan dengan atau tanpa dukungan penyedia layanan kesehatan. ( Dorothea Orem 1971)

(3)

Self care menurut merupakan kebutuhan manusia terhadap kondisi dan perawatan diri sendiri yang penatalaksanaannyadilakukan secara terus menerus dalam upaya mempertahankan kesehatan dan kehidupan, serta penyembuhan dari penyakit dan mengatasi komplikasi yang ditimbulkan. Teori ini bertujuan untuk membantu klien melakukan perawatan diri sendiri. Orem mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri (self care). Self care dibutuhkan oleh setiap individu, baik wanita, laki-laki, maupun anak-anak. Ketika self care tidak adekuat dan tidak dapat dipertahankan maka akan mengakibatkan terjadinya kesakitan dan kematian. ( Dorothea Orem 1971)

Self care DM merupakan tindakan atau program yang menjadi tanggung jawab penderita DM dan harus dijalankan sepanjang kehidupan penderitanya.Wattana dalam penelitiannya menyebutkan bahwa self care DM yang efektif dapat menurunkan resiko penderita DM terhadap kejadian komplikasi jantung koroner, selain itu self care juga dapat mengontrol kadar gula darah normal, mengurangi dampak masalah akibat DM, serta mengurangi angka mortalitas dan morbiditas akibat DM. Self care pada penderita DM bertujuan untuk dapat mengontrol kadar glukosa darah secara optimal dan mencegah komplikasi yang timbul.Saat individu sudah terjangkit komplikasi, maka akan berdampak pada penurunan umur harapan hidup dan menurunnya kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Suantika (2015) tentang hubungan self care diabetes dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 menyebutkan bahwa self care DM mempengaruhi kualitas hidup sebesar 36%

(4)

yang berarti semakin tinggi tingkat self care maka semakin tinggi pula kualitas hidup responden DM tipe 2 Self care yang dilakukan penderita DM meliputi pengaturan pola makan/ diet, aktivitas fisik/ olahraga, perawatan kaki, minum obat diabetes, dan monitoring gula darah. Pengaturan pola makan pada penderita DM merupakan pengaturan makanan seimbang dengan tujuan mendapatkan kontrol matebolik yang baik. Prinsip diet penderita DM harus memperhatikan jadwal, jumlah dan jenis makanan. ( Suantika 2015 )

Aktivitas fisik/ olahraga merupakan komponen penting dalam self care.

Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga jalan kaki, jogging, lari, bersepeda, aerobik dan berenang selama 30-40 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu. ( Suantika 2015 )

Perawatan kaki diabetik diperlukan bagi penderita DM untuk mencegah adanya luka ulkus. Perawatan kaki diabetik yang harus dilakukan adalah mencuci kaki dengan bersih dan mengeringkannya, memeriksa dan memotong kuku secara rutin, memilih alas kaki yang nyaman, serta mengecek bagian sepatu yang akan digunakan. ( Suantika 2015 )

Minum obat diabetes merupakan bentuk terapi farmakologi pada penderita DM.

Kelompok obat untuk penderita diabetes dibagi menjadi 2 yaitu memperbaiki kerja insulin dan meningkatkan kerja insulin. Pengobatan berpengaruh secara langsung terhadap pengendalian kadar gula darah. (Dorothea orem)

Monitoring gula darah dilakukan oleh penderita DM untuk mencegah terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketosis berat. Monitoring yang

(5)

dilakukan secara rutin merupakan tindakan deteksi dini dalam mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang. Hal tersebut sesuai dengan penelitianyang dilakukan oleh Kurnia dan Isfandiari menyebutkan bahwa hal yang diperlukan dalam pengendalian DM adalah dengan pedoman 4 pilar pengendalian DM yang terdiri atas edukasi atau pendidikan kesehatan, diet atau pengaturan makan, olahraga, serta kepatuhan pengobatan.

Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah Puskesmas Naringgul Cianjur pada 8 penderita DM, didapatkan data bahwa 7 orang dari 30 responden tidak teratur melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Penderita mengatakan sudah mengerti tentang kondisinya sehingga tidak perlu cek kesehatan. Mayoritas penderita hanya perlu membeli obat di apotik.

Jumlah 8 orang dari 30 respoden mengetahui tentang manajemen nutrisi bagi DM. Manajemen nutrisi tersebut yaitu mengurangi konsumsi gula, membatasi jumlah kalori, serta makanan yang mengandung serat. Namun 4 orang dari 30 responden tidak teratur dalam mengatur pola makanan dan masih sering makan makanan yang tidak dianjurkan bagi penderita DM. Sebanyak 6 orang dari 30 responden mengatakan tidak pernah melakukan olahraga dalam 1 minggu.

Penderita DM mengatakan bahwa alasan tidak melakukan olahraga adalah karena malas, terlalu capek mengerjakan pekerjaan rumah, dan sibuk. Pada dasarnya mereka sudah mendapat anjuran untuk berolahraga teratur. Sebanyak 3 orang dari 30 respoden tidak patuh dalam mengkonsumsi obat karena merasa jenuh dan pernah dalam 1 minggu tidak mengkonsumsi obat DM sama sekali. Sebanyak 2

(6)

orang dari 30 responden tidak teratur dalam mengkonsumsi obat. Sebanyak 3 orang dari 30 responden patuh mengkonsumsi obat DM karenamengatakan bahwa minum obat sudah menjadi kebiasaan bagi penderita DM agar gula darahnya tidak naik.

Sebanyak 8 orang (100%) mengatakan bahwa penderita DM melakukan perawatan kaki tidak berbeda sebelum dan sesudah menderita DM. Ketika dilakukan wawancara mayoritas penderita DM mengetahui tentang pentingnya melakukan perawatan diri penderita diabetes seperti diet sehat, olahraga, perawatan kaki, minum obat secara teratur, dan monitoring gula darah. Namun dalam pelaksanaannya, banyak dari diabetes yang belum teratur dan patuh dalam melakukan perawatan diri bagi penderita DM.

Berdasarkan data dan pengalaman peneliti dalam pelaksanaan pos bindu kab.

Cianjur dapat dilihat fenomena di atas peneliti merasa tertarik dan termotivasi sehingga peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang gambaran self care penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Naringgul Cianjur.

B. Rumusan Masalah

“Gambaran Self care Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Naringgul Cianjur.”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self care penderita

(7)

diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Naringgul Cianjur

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi komponen Pola makan penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Naringgul Cianjur.

b. Mengidentifikasi komponen Latihan Fisik (olah Raga) penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Naringgul Cianjur.

c. Mengidentifikasi komponen Perawatan Kaki penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Naringgul Cianjur.

d. Mengidentifikasi komponen Minum Obat penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Naringgul Cianjur.

e. Mengidentifikasi komponen Monitoring Kadar Gula Darah penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Naringgul Cianjur.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Puskesmas

Bagi puskesmas dapat dijadikan gambaran tentang self care pada penderita diabetes melitus sehingga diharapkan puskesmas dapat memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu melakukan perawatan diri pada penderita DM sehingga kadar gula darah dapat terkontrol. Serta dapat mengetahui komponen- komponen self care agar dapat memberi edukasi pada pasien.

2. Bagi Keperawatan

(8)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi perawat dalam penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus khususnya pada self care.

Dapat memacu perawat sebagai edukator dengan melakukan motivasi dan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.

3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran pada pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya melakukan self care untuk mengontrol kadar gula darah sehingga pasien akan termotivasi untuk menerapkan pola hidup sehat. Diharapkan dapat membantu mengevaluasi self care yang telah dilakukan.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi mengenai gambaran self carependerita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas Naringgul Cianjur.

5. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya khususnya di bidang keperawatan tentang self care penderita diabetes melitus Dan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya khususnya di bidang keperawatan tentang Self care diabetes mellitus tipe 2.

Referensi

Dokumen terkait

97 XI IPS, the researcher found that teachers more often used pre-empting student's misbehavior strategies such as monitoring and observing student behavior, helping students with