1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO) cakupan ASI Ekslusif di seluruh dunia hanya berkisar 36% selama periode 2007–2014.
Pencapaian ASI Ekslusif di Indonesia sebesar 61,33%. Jawa Barat cakupan bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif 55,40% naik dibanding tahun 2016 yang mempunyai cakupan 39,42%.1
Pemerintah mengatur pemberian ASI dalam Undang- Undang Nomor 33 tahun 2012 untuk mendukung ibu menyusui secara ekslusif. Peraturan ini menyatakan ibu wajib untuk menyusui bayinya secara ekslusif sejak bayi lahir sampai berusia enam bulan. Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa faktor, antara lain faktor perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, meningkatkan promosi susu formula, faktor petugas kesehatan, nutrisi ibu, berat badan lahir bayi, penggunaan alat kontrasepsi.2
Proses menyusui terdapat dua proses penting yaitu, pertama proses pembentukan air susu (the milk production reflex) dan proses pengeluaran air susu (let down reflex). Kedua, proses tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diatur oleh hypothalamus dengan bantuan pengaturan hormon hormon yang lain, hypothalamus akan bekerja sesuai perintah otak dan bekerja sesuai emosi ibu.2
2
ASI merupakan makanan pertama dan terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 6 bulan yang bersifat alamiah. ASI Ekslusif juga merupakan pemberian makan pada bayi dengan ASI saja dan tidak ada makanan tambahan, air, atau cairan lain (kecuali obat- obatan dan vitamin jika diperlukan) selama enam bulan pertama kehidupan.3
Manfaat ASI adalah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah banyak karena ASI mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat antibodi yang sangat berguna untuk melindungi bayi terhadap suatu penyakit.4
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan bertambah dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming pada ibu pasca melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti merawat bayi, menyusui, tetapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.5
3
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu, pada masa ini wanita mengalami transisi menjadi orang tua. Fase yang dilalui oleh ibu postpartum adalahTaking in merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari ke 1 ̶ 2 setelah melahirkan, taking hold periode ini berlangsung pada hari ke 2 ̶ 4 postpartum, letting go terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.6
Gangguan psikologis pada ibu post partum menyebabkan berkurangnya pengeluaran ASI karena akan menghambat let down reflek.
Perubahan psikologis ibu post partum umumnya terjadi pada 3 hari post partum, Dua hari post partum ibu cenderung bersifat negatif terhadap perawatan bayinya dan sangat tergantung lain karena energi difokuskan untuk dirinya sendiri.7
Psikologis Ibu untuk menyusui menunjukkan bahwa kesadaran ibu tentang keunggulan dan kekuatan spiritual dalam ASI serta dukungan, afeksi positif, sikap tangguh, tujuan terarah, dan kesejahteraan menjadi kekuatan psikologis mereka. Keadaan psikologis ibu yang berhubungan dengan kesadaran dan didukung pengetahuan yang baik akan mendukung dalam pemberian ASI eksklusif yang sangat bermanfaat bagi bayi. Keadaan psikologi yang baik bermanfaat untuk meningkatkan kualitas ASI yang diproduksi ibu, dan juga meningkatkan kuantitas ASI.8
4
ASI akan terproduksi dengan lancar. Jika suasana hati ibu merasa nyaman dan gembira akan mempengaruhi kelancaran ASI, sebaliknya jika ibu merasa cemas dan stress akan menghambat kelancaran pengeluaran ASI.8
B. Rumusan Masalah
Masih rendahnya pemberian ASI ekslusif sampai dengan enam bulan pertama ketika bayi lahir, juga upaya pemerintah yang mendukung ibu wajib menyusui bayinya secara ekslusif sejak bayi lahir hingga berusia enam bulan masih belum mencapai target. Berdasar atas latar belakang diatas rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana cara memotivasi agar ibu post partum mengetahui pentingnya pemberian ASI pada bayi baru lahir hingga bayi berusia enam bulan?”
C. Tujuan
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi psikologis ibu nifas terhadap produksi ASI.
D. Manfaat
1. Manfaat Umum
Diharapkan menjadi bahan dan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam faktor keberhasilan pemberian ASI Ekslusif.
5 2. Manfaat Khusus
a. Bagi Ibu Menyusui
Sebagai informasi atau masukan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi.
b. Bagi penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan.
c. Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan bahan referensi kepustakaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Ekslusif dari bayi lahir hingga berusia enam bulan.