1
Awal tahun 2020 umat manusia diseluruh dunia digemparkan dengan Fenomena Pandemi Virus Corona atau yang dikenal dengan nama COVID-19.
COVID-19 merupakan wabah penyakit yang dapat menular melalui saluran pernapasan, gejala yang ditimbulkan oleh pasien terinfeksi COVID-19 berupa gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit ini disebabkan oleh SARS-CoV2
yang dapat menyebar antar manusia, melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi (dengan menyentuh dan berjabat tangan) atau melalui tetesan dari orang yang terinfeksi ketika dia batuk atau bersin, menyentuh mulut, hidung dan mata sebelum mencuci tangan (Kemenkes RI, 2020).
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai Negara dalam waktu singkat. Seperti yang dilaporkan WHO sampai dengan tanggal 25 Maret 2022 terdapat 476.374.234 juta jiwa kasus terkonfirmasi dengan 6.108.976 juta jiwa kematian di seluruh dunia.
Berdasarkan data di Indonesia melaporkan kasus sampai pada tanggal 25 maret 2022 Positif 5.986.830 Sembuh 5.676.510 Meninggal 154.343 kasus. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Untuk wilayah Jawa Barat, Berdasarkan data di pikobar jumlah kasus COVID-19 per 25 maret 2022 total terkonfirmasi Jawa Barat 1.095.018, kasus isolasi/dalam perawatan 35.122 kasus, sembuh 1.044.303 kasus, meninggal dunia 15.593
kasus. Sedangkan kasus di kota Bandung, menurut data medis Kota Bandung tahun 2022 Per tanggal 25 maret 2022 total kasus terkonfirmasi 84.902 kasus terkonfirmasi aktif 2.033 kasus, konfirmasi sembuh 81.936 kasus, konfirmasi meninggal 1.473 kasus. Sementara itu jumlah Perawat yang meninggal dunia karena COVID-19 sampai tanggal 1 April 2022 sebanyak 670 jiwa.
Meningkatnya jumlah kasus harian di Indonesia menyebabkan fasilitas kesehatan terutama Rumah Sakit rujukan COVID-19 menjadi “kewalahan”
begitu pula yang terjadi di kota Bandung. Untuk itu pandemi COVID-19 adalah tantangan terbesar bagi sistem kesehatan di seluruh dunia, khususnya rumah sakit di Indonesia yang dihadapkan pada perlunya pengembangan kapasitas surge capacity agar kebutuhan pelayanan medis yang meningkat dapat dipenuhi dengan baik (Lapostolle et al., 2020).
Para peneliti di Afrika Selatan telah mengidentifikasi dua garis keturunan dari varian Omicron yang disebut BA.4 dan BA.5, yang mencerminkan kemunculan dan evolusi Omicron yang berkelanjutan, dan karena itu kebangkitan kasus COVID-19 terlihat lagi di Afrika Selatan. Garis keturunan BA.4 dan BA.5 pertama kali terdeteksi dari spesimen yang dikumpulkan pada bulan Januari dan Februari 2022 di Afrika Selatan. Sejak itu, garis keturunan ini juga telah ditemukan di bagian lain dunia dan sekarang telah terdeteksi di banyak negara. Gelombang keempat COVID-19 di Afrika Selatan terutama disebabkan oleh tiga garis keturunan Omikron (BA.1, BA.2 dan BA.3). Pada akhir tahun 2021, BA.1 (Omicron) menggulingkan varian Delta paling mematikan dan menjadi varian yang mendominasi yang kemudian digantikan
oleh BA.2 silsilah Omicron pada Maret 2022 menjadi varian paling dominan di seluruh dunia hingga akhir April 2022. Sementara itu, beberapa subvarian/sub- garis keturunan baru Omicron telah muncul dan beberapa di antaranya, terutama BA.2.11 (Prancis), BA.2.12.1 (AS) dan BA.4/5 (Afrika Selatan) mendominasi BA .2 di beberapa Negara (K.Mohapatra et al., 2022). Wabah COVID-19 yang berkembang pesat di Indonesia mengharuskan semua rumah sakit untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan memastikan pelayanan yang aman bagi pasien maupun tenaga kesehatan/perawat itu sendiri. (Lapostolle et al., 2020)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan menyebutkan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi Pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit)/lanjutan (bagi Pasien rujukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari PSC 119), yang menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan 24 jam yang seringkali dihadapkan pada kondisi dimana jumlah dan tingkat keparahan yang tidak terkendali, bahkan saat kondisi pandemi seperti saat ini. Pasien datang membutuhkan pelayanan perawatan primer, keluhan yang mendesak, bahkan keluhan yang harus disegerakan baik itu pagi, siang atau malam. Kondisi tersebut menjadikan IGD berbeda daripada instalasi yang lainnya di pelayanan Rumah Sakit, petugas kesehatan yang ditugaskan di IGD dituntut untuk kerja
cepat, tepat, kerja cerdas untuk melaksanakan tindakan darurat dan/atau tindakan bantuan hidup dasar.
Salah satu tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah perawat yang merupakan profesi dengan jumlah terbesar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat dituntut untuk lebih memperhatikan dalam kesiapsiagaan menangani pasien dalam segala situasi termasuk situasi pandemi COVID-19. Keterlibatan perawat yang berada di garis depan dalam menangani pasien COVID-19 harus memiliki pengetahuan, keterampilan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat. (Permenkes,No 47 tahun 2018)
Adapun Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah serta memulihkan dampak dari peristiwa atau kondisi yang membahayakan. Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 adalah perawat yang memiliki keterampilan dalam mencegah serta mengendalikan infeksi yang tepat dan perawat juga harus update terkait dengan COVID-19.(Kemenkes RI, 2020)
Kesiapsiagaan perawat menangani pasien COVID-19 di Rumah Sakit juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, usia dan lama bekerja.
Maka dari itu pentingnya kesiapsiagaan bagi perawat yang merupakan garda terdepan dalam menangani pasien COVID-19. Perawat dituntut untuk selalu siaga dalam kondisi apapun dan memberikan pelayanan terbaik meskipun dalam keadaan yang terancam untuk tertular virus tersebut. Perawat dihadapkan pada situasi penuh tekanan baik dari pekerjaan , keluarga maupun
lingkungan sosial. Saat bekerja perawat dituntut untuk berhati-hati dan memberi asuhan sebaik mungkin. Di dalam keluarga perawat dituntut untuk tidak menularkan virus pada anggota keluarga lainnya. Sedangkan di lingkungan sosial perawat diberi stigma tidak baik karena takut menularkan virus COVID-19 pada masyarakat sekitar. Hal ini membuat kesiapsiagaan perawat semakin bertambah (Crowe et al., 2021).
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang didapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, bahwa perawat yang menangani pasien COVID-19 sampai tahun 2022 terdiri dari 30 perawat instalasi gawat darurat dan 64 adalah perawat ruangan khusus dalam menangani pasien COVID-19 . berdasarkan wawancara dengan perawat ruang instalasi gawat darurat bahwa mereka mengatakan di awal terjadinya pandemi mereka tidak ada persiapan khusus atau kesiapsiagaan dalam menangani pasien COVID-19, sarana prasarana di siapkan berdasarkan peraturan terbaru dalam penanganan COVID-19, tata laksana penanganan pasien COVID-19 pun diberikan secara bertahap melalui sosialisasi dan penambahan keterampilan serta pengetahuan seperti contohnya dalam tata laksana pemakaian alat pelindung diri. Sedangkan berdasarkan data tahun 2022 perawat dirumah sakit yang terinfeksi COVID-19 berjumlah 47 orang , sedangkan untuk jumlah jumlah pasien yang terinfeksi COVID-19 di tahun 2022 berjumlah 572 orang. Berbeda dengan di awal tahun 2021 pasien yang terinfeksi COVID-19 berjumlah 1582 orang
Menurut hasil penelitian (Sihombing, 2020), Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi COVID 19.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesiapsiagaan Perawat dalam Menangani Pasien COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang, Penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan Kesiapsiagaan Perawat dalam Menangani Pasien COVID-19”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor -faktor yang berhubungan dengan Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Hubungan Faktor pengetahuan dengan
Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022
b. Untuk mengidentifikasi Hubungan Faktor Pendidikan dengan
Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022
c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Faktor Usia dengan Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022 d. Untuk mengidentifikasi Hubungan Faktor Lama Bekerja dengan
Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022
e. Untuk mengetahui Kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2022
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari Penelitian ini adalah
a. untuk mengatahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19. Sehingga
dapat menjadi rujukan dan sumbangsih pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan bacaan di perpustakaan untuk mahasiswa/i khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19
c. Rumah sakit dapat menggunakan data yang diperoleh dari penelitian sebagai acuan dalam evaluasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien bencana COVID-19
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
1) untuk mengatahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19.
Sehingga dapat menjadi rujukan dan sumbangsih pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan.
2) Sebagai bahan pembelajaran untuk perawat agar memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19
b. Bagi Pihak lain
1) Penelitian ini menjadi rujukan informasi dan pengetahuan sehingga konsep kesiapsiagaan tentang COVID-19 dapat dilakukan oleh siapa pun.
2) Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung atau referensi pada penelitian berikutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19 c. Bagi Pihak Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan bacaan di perpustakaan untuk mahasiswa/i khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menangani pasien COVID-19
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini dalam ranah lingkup keperawatan gawat darurat tentang Kesiapsiagaan Perawat.
2. Ruang Lingkup Metode dan Sampel
Metode penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan sampel perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.
3. Ruang Lingkup Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2022. Penelitian akan dilaksanakan di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.