• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan interaksi antara manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi terjadinya beberapa penyakit. Beberapa jenis penyakit berbasis lingkungan diantaranya demam berdarah dengue (DBD), Tuberculosis paru (TB paru), malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, filariasis, cacingan, penyakit kulit, keracunan, keluhan akibat lingkungan kerja, dan lainnya. Salah satu jenis penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi permasalahan hingga saat ini adalah diare.1

Diare merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi di berbagai negara berkembang seperti Indonesia, karena merupakan penyakit potensial penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB), serta mempunyai morbiditas dan mortalitasnya yang cukup tinggi. Diare dapat menyerang semua kelompok umur, baik pada bayi, balita, anak-anak, dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial. Kasus dan kematian akibat diare paling banyak menyerang usia balita 1-5 tahun (12-59 bulan).2

Data World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan 1,7 miliar balita di dunia mengalami diare setiap tahunnya dan menyebabkan

(2)

525.000 balita meninggal.3 Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diare di Indonesia sebesar 6,8%, dimana prevalensi tertinggi terjadi pada balita usia 1-5 tahun sebesar 11%.4 Sementara itu, data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2019 menunjukkan kasus diare pada balita mencapai 1.591.944 kasus (40%) dengan angka kesakitan sebesar 843 per 1000 penduduk balita. Diare merupakan penyebab kematian tertinggi pertama yang terjadi pada balita sebanyak 314 kasus (37,6%) yang disusul oleh pneumonia sebanyak 277 kasus (33,2%), dari total 835 kematian balita.5

Diare merupakan kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih lembek atau cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam dan dapat disertai muntah atau tinja berdarah.3 Ada tiga jenis klinis diare, diantaranya diare akut yang berlangsung beberapa jam atau beberapa hari termasuk kolera, diare berdarah akut juga disebut disentri dan diare persisten atau kronik yang berlangsung 14 hari atau lebih.1 Balita dapat mengalami rata-rata tiga episode diare setiap tahun. Setiap episode membuat anak kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan diare menjadi penyebab utama kejadian malnutrisi pada balita.6

Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang dapat disebabkan infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, parasit, dan protozoa), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, faktor perilaku dan lingkungan, serta sebab lainya, dimana penularannya terjadi secara fekal-oral.2 Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua agen etiologi yang paling umum penyebab dari

(3)

diare. Infeksi dapat menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang kurang baik. Infeksi lebih sering terjadi ketika ada kekurangan sanitasi dan kebersihan yang memadai dan air yang aman untuk minum, memasak dan membersihkan.7 Makanan merupakan penyebab utama diare ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi tidak higienis. Penggunaan air bersih juga merupakan faktor risiko penting, dimana sumber air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia, misalnya, dari air limbah, septic tank, serta kotoran hewan yang mengandung mikroorganisme dapat menyebabkan diare.3

Menurut Muninwaty, faktor perilaku pencegahan dan lingkungan meliputi perilaku mencuci tangan sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan, mencuci bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, merebus air minum dan kebiasaan memberi makan anak diluar rumah, ketersediaan Sarana Air Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, dan kualitas air bersih merupakan faktor risiko penyebab diare.1

Langkah dalam pencegahan diare adalah pencegahan faktor risiko diare yaitu pencegahan infeksi agent diare, mengkonsumsi dan mengakses air minum yang aman serta bersih, penggunaan sanitasi yang lebih baik dan mencuci tangan dengan sabun, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, kebersihan pribadi dan makanan yang baik, pendidikan kesehatan tentang bagaimana infeksi menyebar, dan vaksinasi rotavirus.3,8

Salah satu faktor risiko penyebab diare yaitu berkaitan dengan lingkungan (environment) yaitu berkaitan dengan hygiene sanitasi yang

(4)

kurang baik seperti kebersihan perorangan (tidak mencuci tangan), kebersihan alat makan, pengolahan dan penyajian makanan yang tidak higienis, maupun lingkungan yang kurang bersih.1 Higiene dan sanitasi makanan dinilai penting sebagai penyebab terjadinya diare pada balita.8 Higiene dan sanitasi makanan merupakan upaya yang bertujuan untuk menjaga keamanan pangan agar tidak menyebabkan toksisitas dan penyakit bawaan makanan (food borne disease).9

Ada beberapa faktor hygiene sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare, yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perseorangan dan lingkungan yang kurang baik, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis. Kebersihan perorangan seperti membiasakan mencuci tangan sebelum makan, memasak serta sesudah buang kotoran, memperhatikan kebersihan makanan dan minuman dengan cara mencuci, memasak, menghidangkan dan cara menyimpan makanan, dan juga menggunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman merupakan salah satu faktor risiko penyebab da pencegahan dari diare.1,8,10,11

Faktor yang paling dominan dalam penyebab terjadinya diare adalah higiene sanitasi makanan.12 Hal ini dikarenakan higiene sanitasi makanan dapat berkaitan dengan penggunaan air bersih, perilaku mencuci tangan, pengelolaan dan pengolahan air minum dan makanan.13–15 Penyediaan air bersih berinteraksi bersamaan dengan perilaku manusia seperti dalam mencuci tangan serta melakukan pengolahan makanan dan minuman dapat meningkatkan risiko penyebab diare jika faktor tersebut tidak dilakukan

(5)

dengan baik yang berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka diare dengan mudah dapat terjadi.16

Kebersihan tangan menjadi faktor penting dalam terjadinya diare.

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Pencucian tangan dengan sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan pembilasan dengan air yang mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang mengandung mikroorganisme penyebab diare.17

Penelitian yang dilakukan oleh Pusparianda mengenai faktor yang berhubungan (air bersih, cuci tangan, jamban, hygiene sanitasi makanan) dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kampung Bugis Kota Tanjungpinang menunjukkan bahwa 67,4% menggunakan air bersih yang memenuhi syarat; 58,7%, memiliki kebiasaan cuci tangan; 67,4% pengguna jamban sehat dan 65,2% yang melakukan kebersihan sanitasi makanan dengan baik. Ada hubungan antara penggunaan air bersih, cuci tangan pangan pakai sabun, jamban sehat, higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare.15 Penelitian Melavani menunjukkan higiene sanitasi makanan dan minuman merupakan variabel paling dominan yang berhubungan dengan diare.12

Berdasarkan kajian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literature berkaitan dengan kejadian diare pada balita dengan judul: “Kajian Faktor-faktor Higiene Sanitasi Makanan pada Kejadian Diare (Studi Literature Review)”.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dipandang penting untuk dirumuskan dan diidentifikasi melalui penelitian ini adalah perlu ditetapkannya faktor higiene sanitasi makanan yang berhubungan dengan kejadian diare dilihat dari masih tingginya prevalensi kasus diare yang mencapai 6,8%, dimana prevalensi tertinggi terjadi pada balita usia 1-5 tahun sebesar 11% di tahun 2018 dan meningkat menjadi 40% di tahun 2019. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana kajian faktor-faktor higiene sanitasi makanan pada kejadian diare (Studi Literature Review)?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi bukti- bukti dari hasil beberapa penelitian atau jurnal mengenai faktor-faktor higiene sanitasi makanan pada kejadian diare berdasarkan literature review, sehingga dapat disusun kerangka teori faktor-faktor higiene sanitasi makanan pada kejadian diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji angka kejadian diare berdasarkan temuan hasil penelitian.

b. Mengkaji beberapa hasil penelitian mengenai hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare.

c. Mengkaji beberapa hasil penelitian mengenai hubungan faktor cuci tangan dengan kejadian diare.

(7)

d. Mengkaji beberapa hasil penelitian mengenai hubungan faktor air bersih dengan kejadian diare.

e. Mengkaji beberapa hasil penelitian mengenai hubungan faktor pengelolaan dan pengolahan air minum dan makanan dengan kejadian diare.

f. Menyusun kerangka teori berdasarkan hasil kajian literature mengenai hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat khususnya mengenai hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas atau Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi terkait hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan berupa penyuluhan atau membuat media promosi mengenai pentingnya higiene sanitasi makanan dalam pencegahan diare serta dampak dari diare.

(8)

b. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat menambah literature kepustakaan yang dapat digunakan oleh mahasiswa dalam tugas belajar atau penyusunan tugas akhir.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (literature review) yang berfokus pada tema penelitian yaitu mengenai faktor-faktor higiene sanitasi makanan pada kejadian diare. Objek yang digunakan adalah artikel penelitian mengenai hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare sedangkan subjek peneliti yang digunakan adalah ibu dan balita 1-5 tahun. Data artikel penelitian diperoleh dari hasil penelusuran artikel penelitian pada web penerbit jurnal seperti pada Sinta Journal dan PubMed dan menggunakan search engine melalui Google Scholar. Artikel yang digunakan adalah artikel terbitan 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2015- 2020 yang terakreditasi Sinta untuk jurnal Indonesia atau Scimago untuk jurnal Internasional. Pada kajian literature ini peneliti hanya menyajikan hubungan faktor higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare yang dilihat dari variabel higiene sanitasi makanan, cuci tangan, sumber air, dan pengolahan makanan dan minuman berdasarkan beberapa artikel penelitian yang didapatkan dan dibandingkan dengan penelitian lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

DIMAS JAYA merupakan hasil dari dekomposisi bahan padat yang berasal dari limbah PKS Pabrik Kelapa Sawit seperti tanah solid dan limbah ternak yang berupa kotoran hewan seperti kotoran

Laporan Geostatistika Analisis Kualitas Air Sumur Pendahuluan Air sumur merupakan sumber air yang banyak digunakan oleh masyarakat, terutama di daerah pedesaan.. Namun, kualitas air