1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan penyebab utama kesehatan yang buruk dan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hingga pandemi virus corona (COVID-19), TB adalah penyebab utama kematian dari agen infeksi tunggal, peringkat di atas HIV/AIDS (World Health Organization, 2021).
TBC disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis, yang menyebar ketika orang yang sakit TBC mengeluarkan bakteri ke udara (misalnya melalui batuk). Penyakit ini biasanya mempengaruhi paru-paru (TB paru) tetapi dapat mempengaruhi tempat lain. Kebanyakan orang (sekitar 90%) yang mengembangkan penyakit ini adalah orang dewasa, dengan lebih banyak kasus di antara pria daripada wanita. Sekitar seperempat populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.(World Health Organization, 2021).
Di seluruh dunia, diperkirakan 9,9 juta orang terkonfirmasi TB pada tahun 2020, setara dengan 127 kasus per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020, 10 negara secara kolektif menyumbang 74% dari kesenjangan global antara perkiraan kejadian TB dan jumlah orang yang baru didiagnosis dengan TB. Tiga kontributor teratas adalah India, Indonesia dan Filipina (masing-masing 24%, 11% dan 8,3%) (World Health Organization, 2021).
2
Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk sebanyak 49.316.712 jiwa dan didapatkan jumlah kasus Tuberkulosis paru semua tipe di Jawa Barat berdasarkan jenis kelamin sebanyak 22.082 untuk laki-laki dan 15.764 untuk perempuan, dengan total keseluruhan penderita yaitu 37.846 kasus. Kota Bandung menduduki peringkat ketiga kasus tuberkulosis tertinggi yaitu 2.808 kasus (Open Data Jabar, 2019).
Puskesmas Babakan Sari merupakan Puskesmas dengan jumlah penderita tuberkulosis paru ke-satu tertinggi dari 74 puskesmas di kota Bandung tahun 2020 yaitu sebesar 116 kasus, dengan angka kesembuhan tuberkulosis paru terkonfirmasi rendah <85% sebanyak 47 orang (40,52%) (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2020).
Selain angka kejadian yang cukup besar, dampak dari penyakit TB Paru juga cukup mengganggu pada kehidupan seseorang khususnya orang yang telah terkena penyakit tersebut. Antara lain dapat mengganggu produktifitasnya karena dari gejala-gejala penyakit itu sendiri seperti batuk-batuk dan badan yang terasa lemas. Misalnya, jika seseorang kepala keluarga terkena TB Paru dan produktifitasnya menurun akan berpengaruh buruk pula bagi anggota keluarga lainnya.
Penderita TB paru dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) pada waktu batuk atau bersin, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Percikan dahak yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi jika percikan dahak ituterhirup dalam
3
saluran pernafasan. Satu penderita TB paru BTA (+) berpotensi menularkan kepada 10-15 orang pertahun sehingga kemungkinan setiap kontak dengan penderita akan tertular. Apabila penderita TB paru BTA (+) batuk maka ribuan bakteri tuberkulosis berhamburan bersama “Droplet” napas penderita yang bersangkutan sehingga berpotensi menularkan ke orang lain (Narasimhan et al., 2013).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Marhamah, 2018) beberapa faktor yang mempengaruhi pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru positif yaitu pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap dukungan keluarga. Adapun menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Rachma et al., 2021) hasil telaah review menyimpulakn bahwa meyoritas faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan pada pasien Tuberkulosis paru adalah pengetahuan dan pendidikan kesehatan dengan metode brainstorming dan booklet. Dan hasil telaah literature review menyimpulkan bahwa mayoritas jenis yang mempengaruhi perilaku pencegahan pada pasien Tuberkulosis Paru adalah membuka jendela rumah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan penularan Tuberculosis pada masyarakat menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Susilawati et al., 2016) yang menyatakan bahwa responden dengan pengetahuan yang tinggi memiliki tindakan pencegahan TB Paru lebih baik dibandingkan responden dengan pengetahuan yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat dapat menyebabkan kurang kepedulian terhadap dampak yang di timbulkan oleh penyakit Tuberculosis. Penelitian terkait juga
4
disampaikan oleh (Rahman et al., 2017) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan TB Paru dengan upaya pencegahan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Bawahan Selan Kabupaten Banjar. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki upaya pencegahan yang tinggi dari pada keluarga dengan pengetahuan yang rendah (Ridwan, 2019).
Menurut penelitian oleh (Paul et al., 2015) menyatakan 99% responden pernah mendengar tentang TB dan tahu bahwa TB merupakan salah satu penyakit yang menular. Mayoritas responden tahu bahwa TB dapat ditularkan selama pengobatan dan sebagian menyatakan bahwa malnutrisi, lingkungan yang tidak sehat dan ketidaksadaran menjadi faktor resiko untuk terjadinya TB.
Penelitian yang dilakukan oleh (Ayu Wulandari et al., 2015) dengan judul Faktor Risiko dan Potensi Penularan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Faktor – faktor yang terbukti berpengaruh sebagai faktor risiko kejadian tuberkulosis paru yaitu kepadatan hunian, suhu ruangan, kelembaban ruangan, jenis lantai rumah, kebiasaan membuang dahak sembarang tempat, kebiasaan batuk/bersin tanpa menutup mulut.
Hasil studi pendahuluan menurut laporan kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung kasus TB Paru per 4 bulan tahun 2022 dari bulan januari-april ditemukan 40 pasien, terdiri dari 32 orang dewasa dan 8 orang anak-anak.
Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 16 April 2022 terhadap 5 responden TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung, dari 5 responden yang diwawancara hanya 2 orang yang mampu menjawab
5
dengan tepat mengenai pengetahuan tentang pencegahan penyakit penularan TB paru seperti cara etika batuk yang benar menggunakan tisu atau saputangan, membuang dahak pada tempat khusus dahak tidak disembarang tempat, tidak boleh tidur dengan orang lain, cara memakai masker yang benar menutupi mulut dan hidung, dan mengetahui ventilasi yang baik yaitu masuknya udara dan cahaya matahari ke dalam rumah. Sedangkan 3 responden lainnya tidak mengetahui bagaimana pencegahan penularan TB Paru seperti tidak tahu bagaimana etika batuk yang benar, klien mengatakan menutup mulut dengan telapak tangan saat batuk, tidak tahu bahwa penderita TB Paru tidak boleh tidur dengan orang lain, tidak tahu bahwa membuang dahak sembarangan dapat mempercepat penularan TB Paru, tidak tahu bahwa ventilasi udara dan cahaya yang buruk dapat menumpuk bakteri di dalam rumah sehingga menularkan pada anggota keluarganya.
Penelitian ini peneliti meneliti pengetahuan karena pengetahuan merupakan domain yang dianggap penting. Jika pengetahuan pasien tentang pencegahan TB Paru dikatakan baik maka pasien tersebut dapat mencegah penyakit TB Paru yang dimilikinya menular pada orang lain. Pengetahuan yang diambil oleh peneliti adalah pengetahuan pasien tentang pencegahan penularan TB Paru karena TB Paru merupakan penyakit yang mudah ditularkan, maka dari itu jika pasien dapat mencegah penyakitnya untuk menular pada orang lain secara otomatis dapat menekan angka kejadian TB Paru pula.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Tentang
6
Pencegahan Penularan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana gambaran pengetahuan tentang pencegahan penularan pada pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan penularan pada pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi gambaran pengetahuan tentang etika batuk pada pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang modifikasi lingkungan bagi pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang pemeriksaan pada keluarga dan orang yang tinggal bersama pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan kemudahan dalam penelitian sejenis selanjutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan kontribusi yang positif dan dapat menambah sumber di bidang pendidikan dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan informasi mengenai gambaran pengetahuan tentang pencegahan penularan pada penderita tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari sehingga dapat diadakan rencana tindakan promotif dan preventif.