• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dan terletak pada 6° Lintang Utara 11° Lintang Selatan dan 95° Bujur Timur 141° Bujur Timur memiliki daratan, Geologi , hidrologi, dan karakteristik demografi yang rawan bencana seringkali tinggi, sehingga membutuhkan perencanaan, koordinasi, dan perencanaan. Meski dalam kurun waktu 2004 hingga 2014, Indonesia diguncang berbagai bencana besar dan kerugian mencapai Rp.

167.741.800.000.000, pembangunan negara akan terus maju agar cita-cita negara dapat terpenuhi.1

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat (1) UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU PB), definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia. disebabkan oleh penyebab alami dan/atau tidak alami dan buatan manusia berupa hilangnya nyawa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan tekanan emosional. Selain itu, dalam Pasal 1 ayat (2) UU PB dijelaskan bahwa bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau proses alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan. , dan kehancuran.1

(2)

Bencana juga dapat menyebabkan krisis kesehatan yang berujung pada kematian, luka-luka, masalah emosional, masalah kesehatan seperti masalah pangan, penyakit menular, termasuk masalah di bidang kesehatan reproduksi.

Jika terjadi bencana besar, maka dapat mengganggu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi yang menyasar masyarakat paling rentan. Padahal, pelayanan kesehatan reproduksi merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang harus ada dalam segala situasi, karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan reproduksi akan selalu ada bahkan meningkat dalam konteks masalah kesehatan.2

Seperti gempa Magnitudo (M) 5,6 yang terjadi di Kabupaten Cianjur pada tanggal 21 November 2022 yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia, ribuan rumah hancur dan banyak warga Kabupaten Cianjur yang masih bertahan di rumah mereka dengan aman karena rumahnya ambruk di terpa gempa bumi. Menurut Laporan Asisten Daerah Pemerintah Kabupaten Cianjur (7/12/2022), rumah rusak : 53.408 unit, rusak berat : 12.956 unit, rusak sedang : 15.196 unit, rusak ringan : 25.256 unit, sekolah rusak Rusak : 540 unit, rusak.

: 272 unit, fasilitas kesehatan rusak : 18 unit. Gempa Cianjur berdampak pada 16 kabupaten dari total 32 kabupaten di provinsi tersebut. Desa yang terkena dampak berjumlah 169 dari total 360 desa/kelurahan yang ada. Kemudian ada 41.166 Keluarga Terdampak (KK) dan 114.683 warga yang tinggal di pengungsian, baik penampungan pusat maupun mandiri. Korban tewas akibat gempa Cianjur mencapai 334 orang, kemudian 593 orang luka berat, 44 orang di antaranya masih dirawat di rumah sakit.3

(3)

Dalam keadaan darurat bencana, kebutuhan kesehatan reproduksi seringkali terabaikan. Risiko komplikasi pada wanita saat melahirkan dapat meningkat, karena mereka terpaksa melahirkan tanpa bantuan tenaga kesehatan terlatih. Risiko kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan dan penularan HIV juga dapat muncul dalam situasi bencana. Akses ke layanan kesehatan reproduksi dalam situasi bencana dapat menyelamatkan nyawa.

Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi melalui Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi dapat membantu mengurangi risiko kesehatan reproduksi dan kedaruratan bencana.4

Pelayanan kesehatan reproduksi pada keadaan darurat bencana dilaksanakan melalui Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) pada awal terjadinya bencana. Paket Layanan Awal Minimum (Minimum Initial Service Package/MISP) untuk Kesehatan Reproduksi adalah serangkaian program penting yang terkoordinasi yang dirancang untuk mencegah dan mengelola konsekuensi kekerasan seksual, mengurangi penyebaran HIV, mencegah tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan anak, dan merencanakan layanan kesehatan prenatal yang memadai pada hari-hari dan minggu-minggu pertama keadaan darurat.4

PPAM merupakan rangkaian program kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan secara cepat pada saat tanggap darurat medis masalah kesehatan untuk menyelamatkan nyawa kelompok rentan. MISP/PPAM adalah intervensi global yang kini menjadi bagian dari standar minimal tanggap bencana/kemanusiaan yang disebut standar SPHERE. Standar SPHERE adalah

(4)

seperangkat standar kemanusiaan yang disusun oleh lembaga bantuan internasional dengan tujuan agar korban bencana (pengungsi) dapat hidup secara layak dan bermartabat.2

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu aspek penting dalam kesehatan manusia yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Di Indonesia, masalah kesehatan reproduksi masih menjadi masalah serius, terutama di daerah-daerah yang kurang berkembang. Namun, dengan adanya pandemi COVID-19, masalah kesehatan reproduksi semakin kompleks. Beberapa layanan kesehatan reproduksi seperti pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pelayanan postpartum mengalami penurunan aksesibilitas karena adanya pembatasan sosial dan lockdown. Untuk itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah menyusun kebijakan baru berupa kebaruan paket pelayanan awal minimum kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan. Paket ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan reproduksi yang aman dan terjangkau. Dalam paket ini, terdapat beberapa layanan kesehatan reproduksi yang dapat di akses oleh masyarakat, antara lain pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan postpartum, dan kontrasepsi. Semua layanan tersebut disediakan dengan standar protokol kesehatan yang ketat, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan terpapar COVID-19 saat mengakses pelayanan kesehatan reproduksi.

Sejauh ini, telah terjadi kemajuan besar dalam pelaksanaan PPAM di Indonesia. Pelayanan kesehatan reproduksi pada masa krisis kesehatan yang sebelumnya dianggap tidak penting dan jarang ada pada awal krisis kesehatan,

(5)

kini terintegrasi dalam sistem tanggap bencana nasional bidang kesehatan di bawah organisasi Puskesmas. Proses koordinasi yang merupakan salah satu elemen penting PPAM juga berhasil dilaksanakan oleh sektor kesehatan reproduksi di tingkat nasional dan daerah melalui keterlibatan berbagai sektor antara lain lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), profesional organisasi dan organisasi sosial lainnya. Begitu pula dengan aspek PPAM lainnya seperti pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual, pencegahan peningkatan kesakitan dan kematian ibu dan anak, pencegahan penularan IMS dan HIV serta pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan.2

Untuk mencapai ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, khususnya pada masa tanggap darurat krisis kesehatan, diperlukan koordinasi antar program dan sektor terkait serta keterlibatan masyarakat di setiap tingkat pelayanan, melalui penelitian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Meskipun sampai saat ini belum ada data dan laporan tentang jumlah ibu hamil di daerah bencana di Indonesia, namun pengalaman tanggap bencana di masa lalu menunjukkan bahwa dalam situasi bencana seringkali ada ibu yang melahirkan atau mengalami gangguan kehamilan, seperti kasus bencana alam. ibu yang melahirkan saat gempa di Padang Oktober 2009 dan ibu yang melahirkan saat erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010. Di Padang, ibu-ibu sedang diangkut dengan truk untuk ikut melahirkan saat gempa terjadi. Penolong persalinan harus dapat menggunakan peralatan untuk mendampingi ibu di luar rumah.4

(6)

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tenaga kesehatan khususnya bidan tentang PPAM kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan. Untuk itu pada kesempatan kali ini, peneliti membuat laporan tugas akhir terkait Gambaran Pengetahuan Bidan tentang PPAM (Paket Penatalaksanaan Awal Minimum) kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan di Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dengan terjadinya bencana gempa bumi di Cianjur, makan penulis merumuskan masalah pada laporan tugas akhir ini adalah “ Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan di Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur.”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan di Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur.

(7)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan bidan mengenai krisis kesehatan b. Untuk mengetahui pengetahuan bidan mengenai definisi PPAM (Paket

Pelayanan Awal Minimum) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan.

c. Untuk mengetahui pengetahuam bidan tentang penatalaksanaan PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu meningkatkan pembelajaran serta menjadikan acuan dan pedoman sesuai kompetensi yang ada guna memudahkan mahasiswa khususnya bidan dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan edukasi dan diharapkan dapat menjadi tambahan pustaka.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas mengenai gambaran pengetahuan bidan tentang PPAM Kesehatan Reproduksi pada krisis kesehatan di Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams Achievement Division) dengan pendekatan kontekstual

niSm'iqnrsu3u~uinio ~du riu~awaqaoodi, .3 aiuTfli , niovioa~duq ~fkdu