• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntunan masyarakat.1

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa kepada mereka yang belum dianggap dewasa. Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahuan, budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu generasi agar dapat ditranformasi kepada generasi berikutnya.2 Dalam pengertian pendidikan ini memiliki cakupan yang luas karena bukan hanya tranformasi ilmu pengetahuan saja melainkan ada juga budaya dan nilai-nilai yang harus dikembangkan. Sehingga dalam hal ini, pendidikan merupakan suatu proses belajar dan penyesuaian individu secara terus-menerus terhadap nilai budaya dan cita-cita masyarakat yang meliputi aspek kehidupan untuk mempersiapkan mereka agar mampu mengatasi segala tantangan pendidikan di era globalisasi seperti sekarang ini.

Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan sebagai berikut:

1Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam (Yogyakarta: Eja Publisher, 2014), h. 1

2Uci Sanusi dan Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Yogyakarta:

Deepublish, 2018), h. 1

(2)

Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajarannya sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.3

Sedangkan menurut UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang mendefiniskan pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.4

Pendidikan menjadi tanggung jawab semua kalangan memerlukan kerja sama antara individu dan lembaga terkait. Jika semua kalangan melaksanakan kewajibannya. Maka terciptanya lahan yang kondusif untuk berlansungnya pendidikan bagi individu dan program pendidikan akan bergerak maju. Keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikan sesungguhnya tidak hanya memperhatikan mutu dari instansi pendidikan saja tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dan memberikan anak persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-Tahrim/66:6, sebagai berikut:

اَهْيَلَع ُة َراَج ِحْلا َو ُساَّنلا اَهُد ْوُق َّو ا ًراَن ْمُكْيِلْهَا َو ْمُكَسُفْنَا ا ْٰٓوُق ا ْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي ةَكِٕى ٰٰۤلَم

َن ْوُرَمْؤُي اَم َن ْوُلَعْفَي َو ْمُهَرَمَا ٰٓاَم َ هاللّٰ َن ْوُصْعَي َّلَّ داَدِش ظ َلَِغ

Terjemahannya :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

3Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010), h. 26-27

4Departemen Agama RI, tahun 2006, UU Peraturan pemerintah RI tentang pedidikan No. 20 tahun 2003, h. 5

(3)

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.5

Dalam rangka untuk mengetahui perkembangan dalam proses pendidikan, tentunya diperlukan usaha untuk mengukur pemahaman peserta didik mengenai materi yang di ajarkan. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada hasil belajar. “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”.6 Sehingga pada dasarnya bahwa setiap orang yang telah melakukan proses belajar dan berbaur dengan orang-orang yang berada di sekitar lingkungannya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat maka akan terjadi perubahan sikap atau tingkah laku pada individu itu sendiri.

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas oleh Nawawi dalam K. Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Untuk mengukur hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah diberikan kepada peserta didik.7 Dari evaluasi pembelajaran inilah dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan atau penurunan dari proses pembelajaran yang telah diberikan dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik.

5Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 447.

6Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. X; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 28.

7Ahmad Susanto, Teori Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 5.

(4)

Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yakni:

1.1.1 Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, antara lain tingkat berpikir, motivasi, minat, gaya belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan keaktifan.

1.1.2 Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik, antara lain model pembelajaran, cara mengajar pendidik, fasilitas belajar yang kurang memadai, lingkungan belajar, lingkungan keluarga, teman bermain dan motivasi belajar rendah.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik antara lain adalah proses belajar mengajar yang terjadi di dalam sekolah. Pada umumnya proses belajar mengajar masih menggunakan model pembelajaran yang didominasi oleh pendidik. Model pembelajaran yang seperti ini mengakibatkan peserta didik cenderung kurang aktif dan mudah bosan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga penyerapan materi yang disampaikan kurang optimal.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yaitu bagaimana ketepatan penggunaan suatu model pembelajaran, menyesuaikan situasi dan kondisi pembelajaran agar model pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan dengan baik.

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Penulis mengasumsikan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) ini sangat mendukung kegiatan proses belajar mengajar yang tidak hanya berpusat pada guru karena model pembelajaran Auditory, Intellectually,

(5)

Repititon (AIR) ini sangat membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar serta peserta didik lebih leluasa memahami dan menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.8 Sehingga seorang guru harus mengemukakan masalah yang mudah dipahami oleh peserta didik agar peserta didik tersebut mudah merespon dari masalah yang dikemukakan oleh guru. Mengingat pada mata pelajaran begitu banyak materi pelajaran yang diajarkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri, sedangkan peserta didik tidak mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan serius karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik dan sebagian besar peserta didik tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pembelajaran sehingga peserta didik tidak terlalu memahami pelajaran tersebut ujar Aulia Fatima salah satu peserta didik kelas XI. MIA.3. Maka dari itu digunakanlah model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) agar peserta didik lebih memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan dan guru hanya sebagai fasilitator sekaligus pendamping peserta didik agar proses pembelajaran tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan.

Aspek penting dalam model pembelajaran ini dengan memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, and Repitition. Auditory berarti indra telinga digunakan untuk belajar dengan cara menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repitition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, peserta didik perlu

8Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 31.

(6)

dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Sehingga dari model pembelajaran ini maka pembelajaran tersebut akan menjadi lebih efektif dan efisiensi.

Materi pelajaran yang akan di ajarkan oleh seorang guru di sini adalah materi tentang Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah. Pentingnya Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah untuk dipelajari karena pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-Rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia Islam serta pada masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam.9 Sehingga orang muslim dari bangsa Arab dan orang Persia dari bangsa non-Arab yang berkecimpung dalam dunia pendidikan menghasilkan karya-karya ilmuwan Islam dan karya-karya berbahasa asing khususnya bahasa Yunani. Selain itu, para ilmuwan muslim menjelajahi 3 benua untuk menuntut ilmu yakni benua Asia, Eropa, dan Afrika yang diangggap sebagai benua yang mengalami kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan. Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan menerjemahkan buku-buku tersebut. Dari buku-buku inilah, masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan. Maka masyarakat Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa.

9Bahroin Suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yudhistira, Jakarta: 2010), h. 12.

(7)

Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan.

Kota-kota besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa bani Abbasiyah.10 Beberapa bukti sejarah yang dapat disaksikan sampai sekarang, yaitu berbagai karya-karya para ilmuwan muslim seperti buku ilmu kalam, buku astronomi, dan sebagainya yang di gunakan di berbagai jenjang pendidikan;

tempat pendidikan seperti masjid, sekolah, dan sebagainya; serta peninggalan- peninggalan lainnya.

Maka dari itu, berdasarkan observasi awal pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Barru ditemukan sebuah masalah. Masalah yang terkait dengan guru yang biasanya masih menggunakan model pembelajaran yang membuat peserta didik tidak aktif dalam proses pembelajaran dan kurang sesuai dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu sendiri, maksudnya adalah guru hanya menginstruksikan kepada peserta didk untuk mencatat/menyalin materi pelajaran sekaligus guru menjelaskan materi yang diajarkan pada saat itu kepada peserta didik tanpa memberikan tugas individu atau kelompok yang berkaitan dengan materi tersebut yang mampu menumbuhkan mental dan kepercayaan diri peserta didik sekaligus dapat juga membuat peserta didik lebih cepat memahami materi yang di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) ini. Karena model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) ini di tahap akhir Repitition, proses pembelajarannya yakni pengulangan materi pembelajaran yang telah di ajarkan oleh guru akan dilakukan peserta didik sehingga mereka lebih cepat dan mudah memahami. Selain itu, masalah kedua adalah

10Bahroin Suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 13.

(8)

rendahnya minat peserta didik pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang membawa dampak pada hasil belajar peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat sehingga peserta didik dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) karena dengan melalui model pembelajaran ini maka pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan dapat meningkat dan mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hal ini didukung oleh penelitian Desi Triani menyatakan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) mampu meningkatkan keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran.11 Sehingga seluruh peserta didik dapat terlibat untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Akibatnya aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembalajaran menjadi meningkat dari sebelumnya. Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) juga merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik lebih aktif melalui 3 aspek yaitu Auditory, Intellectually, dan Repitition. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang cukup membuat peserta didik aktif sehingga meningkatkan motivasi belajarnya adalah model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR). Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian. Adapun jenis penelitian yang akan digunakan yaitu Penelitian Eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repititon (AIR) pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk

11Nurul Na’matul Mufida, “Eksperimen pembelajaran dengan model Auditory Intellectually Repitition (AIR) dan Direct Instruction terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari tingkat motivasi siswa kelas VIII SMP” (Skripsi Sarjana; Program Studi Pendidikan Matematika: Surakarta, 2017), h.

4-5.

(9)

mengetahui Pemahaman Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah peserta didik kelas XI MIA.3 di MAN 2 Barru.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repitition (AIR) terhadap Pemahaman Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah peserta didik kelas XI di MAN 2 Barru:

1.2.1 Bagaimana pemahaman sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repitition (AIR) kelas XI di MAN 2 Barru ?

1.2.2 Apakah terdapat perbedaan pemahaman sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah sebelum dan sesudah di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repitition ( AIR) peserta didik kelas XI di MAN 2 Barru ?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya segala hal yang dilakukan mempunyai tujuan, dimana tujuan dan harapan yang ingin dicapai setelah melakukan suatu kegiatan. Demikian pula halnya dengan kegiatan penelitian ini juga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1.3.1 Untuk menganalisis pemahaman sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repitition (AIR) kelas XI di MAN 2 Barru.

1.3.2 Untuk mengidentifikasi perbedaan pemahaman sejarah berdirinya Dinasti

(10)

Abbasiyah sebelum dan sesudah di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repitition (AIR) peserta didik kelas XI di MAN 2 Barru.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan sebagai referensi dan bahan bacaan yang bermanfaat sehingga dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi guru serta dapat menjadi pedoman bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bekal yang akan berguna sebagai calon guru.

1.4.2.2 Bagi guru, diharapkan agar lebih memperhatikan proses pembelajaran yang di laksanakan dan mampu membentuk akhlak peserta didik. Agar peserta didik mampu memberikan contoh yang baik terhadap masyrakat, bangsa dan negara.

1.4.2.3 Diharapkan bagi pembaca agar dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.2.4 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mampu mendiagnosa problem yang terjadi di dunia pendidikan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak bersifat teoritis saja melainkan secara praktis pelaksanaannya di lapangan

Referensi

Dokumen terkait