1 1.1. Latar Belakang Masalah
Ditengah terjadinya persaingan usaha antara perusahaan satu dengan lainnya, setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang pada dasarnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Nuryayi & Bernadin, 2015). Setiap perusahaan baik swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN) tentunya memiliki aset yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan, baik aset yang mempunyai nilai ekonomis jangka pendek ataupun jangka panjang, sebagai penunjang perusahaan tentunya aset yang dimiliki harus dikelola dengan efektif dan efisien sehingga diharapkan akan memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan (Novita, 2017). Perusahaan yang merupakan sebuah entitas bisnis dengan adanya ketersediaan aset yang dimiliki diharapkan akan memberikan manfaat ekonomis dimasa depan bagi perusahaan, yang akan mempengaruhi performa perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya (Nasution, dkk., 2015).
Manajemen aset merupakan suatu ilmu yang penting dan makin diakui sekarang ini, tidak kalah penting dari peran manajemen keuangan dan manajemen sumber daya manusia, karena setiap aset yang dimiliki organisasi swasta maupun pemerintah harus dikelola dengan efektif dan efisien baik untuk aset yang berwujud (tangble) maupun tidak berwujud (intangible), sehingga aset tersebut memberikan manfaat bagi sektor swasta maupun publik (Pratama & Pangayow, 2016).
Chartered Institute Of Management Accountant (1994) dalam (Pratama &
Pangayow, 2016), menyatakan akuntansi manajemen merupakan penyatuan bagian manajemen yang mencakup penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktifitas perencanaan, aktifitas pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, dan pengamanan aset. Untuk dapat mengelola aset dengan baik, diharapkan mampu menguasai disiplin ilmu seperti:
ekonomi, akuntansi, teknik, komputer dan manajemen. Disiplin-disiplin ilmu ini kemudian diracik sedemikian rupa sehingga menjadi satu ilmu yang kita kenal, manajemen aset. Peranan dari manajemen aset sangat diperlukan untuk tujuan mendapatkan keuntungan dan mengurangi biaya (cost) secara efisien dan efektif melalui proses-proses manajemen (Hidayati, 2016).
Kendala yang sering muncul dalam pengelolaan barang (aset) yaitu ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang (aset), hal ini yang menyulitkan perusahaan mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset- aset perusahaan tidak optimal dalam penggunaan dan pemanfaatannya (Antoh, 2017). Menurut Siregar (2004:518-519), ada beberapa tahapan manajemen aset yang dapat dilakukan guna meningkatkan aset-aset yang dimiliki yaitu:
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, serta pengawasan dan pengendalian aset, dimana jika kelima tahapan manajemen aset ini dijalankan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan.
Pengelolaan aset menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan ekonomi perusahaan baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Prinsip penting dalam pengelolaan aset yaitu pengelolaan yang efisien dan efektif diharapkan mampu membiayai operasional perusahaan sehingga menjadikan pengelolaan aset yang tepat dan berdayaguna, didasari dengan pengelolaan yang profesional dan modern akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan perusahaan dimata investor maupun publik (Pratama & Pangayow, 2016). Inventarisasi aset itu sendiri merupakan proses kerja melakukan pendataan, kodefikasi, pengelompokan dan pembukuan/administrasi untuk kepentingan pengelolaan aset, kemudian aktifitas legal audit merupakan bagian dari tindakan pengamanan atau pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Sedangkan penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai, yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan aset milik perusahaan (Siregar, 2004).
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diatur dalam UU No. 19 Tahun 2003 Pasal 1, menjelaskan yang dimaksud BUMN yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kemudian yang dimaksud dengan Perseroan (Persero) yaitu BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Dalam penjelasan UU No. 19 Tahun 2003 dalam sistem perekonomian nasional BUMN berperan menghasilkan barang/atau Jasa
yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaanya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya.
Konsekuensi logis dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-13/MBU/09/2014 dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, BUMN diwajibkan melakukan pendayagunaan aset tetap yang dimiliki dan/atau dikuasai, pendayagunaan aset tetap dapat dilakukan sendiri oleh BUMN atau melalui kerjasama dengan pihak ketiga sesuai kewenangan direksi dengan mekanisme internal perusahaan. Setiap BUMN wajib melakukan pemetaan terhadap aset-aset yang dimilikinya sehingga memiliki daftar aset yang kurang atau tidak optimal. Pelaksanaan pendayagunaan aset tetap harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan asas manfaat.
Pengelolaan aset perusahaan merupakan aspek penting bagi perusahaan swasta maupun BUMN, namun belum banyak perusahaan yang mampu mengelola aset-asetnya dengan baik. Hal ini disebabkan karena berbagai macam faktor misalnya minimnya pengetahuan dan pemahaman terkait manajemen aset perusahaan sehingga masih banyak perusahaan yang meminta bantuan pihak ketiga atau konsultan manajemen aset, karena pada dasarnya aset-aset perusahan dapat bernilai lebih jika dikelola dengan baik. Adanya manajemen aset kedepan diharapkan dapat menjamin keberlanjutan perusahaan (going concern), oleh karena itu pihak manajemen perusahaan dituntut dapat mengembangkan dan
mengoptimalkan pemanfaatan aset sehingga bisa meningkatkan pendapatan bersih perusahaan yang nantinya berguna untuk membiayai operasional tiap-tiap devisi atau departemen perusahaan (Pratama & Pangayow, 2016).
PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan BUMN Non Listed sehingga baik masyarakat, direksi maupun dewan komisaris PT Kereta Api Indonesia (Persero) tidak mempunyai kepemilikan saham atas Perseroan, keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pertumbuhan pendapatan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang terus meningkat tiap tahun menjadikan pencapaian kinerja keuangan yang baik, ini tercermin dari pencapaian kinerja yang positif pada tahun 2018 dengan pendapatan usaha yang meningkat 40,37% dibanding tahun 2017.
Manajemen perusahaan BUMN harus benar-benar memahami apa saja yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki perusahaan, supaya pendapatan perusahaan bisa meningkat, terutama dapat mengoptimalkan aset-aset tetap atau aset tidak lancarnya. Seperti yang dijelaskan diatas, pengelolaan (manajemen) aset perusahaan merupakan salah satu faktor penting dan menjadi penentu kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga dibutuhkan analisis optimalisasi dalam pemanfaatan aset perusahaan-perusahaan BUMN, diantaranya:
inventarisasi, identifikasi, legal audit, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian. apabila semua ini dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dan menciptakan nilai tambah bagi aset-aset yang dimiliki perusahaan-perusahaan BUMN.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan BUMN yang memiliki aset yang banyak yang terbagi menjadi dua wilayah operasi, pertama wilayah kerja di Pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (Daop) yang terdapat sembilan daerah operasi, sedangkan wilayah kerja di Sumatera dibagi berdasarkan Divisi Regional (Divre) yang terdapat empat devisi regional. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pendayagunaan aset yang dikatakan sebagai manajemen aset yang merupakan bagian pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efesien (Sugiama 2013:15). Dalam hal pengusahaan aset perusahaan seperti tanah, bangunan dan aset lainnya, PT KAI (Persero) mengkomersialkan asetnya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Bentuk-bentuk pengusahaannya seperti persewaan tanah untuk tower, stockpile, container yard, pipa, fiber optic, toko, hotel, kantor, rumah, space reklame, dan lain-lain.
Fenomena yang terjadi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah terjadi kenaikan signifikan pendapatan dari segmen pendapatan optimalisasi aset sebesar Rp. 648.302 Miliar pada tahun 2017 atau meningkat 67,5% dari tahun sebelumnya 2016 sebesar Rp. 387.153 Miliar dengan selisih Rp. 261.149 Miliar, tetapi menurun lagi pada tahun 2018 sebesar Rp. 531.927 Miliar. Pendapatan optimalisasi aset merupakan pendapatan dari segmen usaha non-angkutan yang juga membukukan kenaikan signifikan 55,2% atau setara Rp445,52 miliar dari Rp807,18 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp1.252,71 miliar pada tahun 2017 (Annual Report, PT KAI). Fenomena yang terjadi pada PT KAI ini yang membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, berikut dapat dilihat Gambar 1.1 tentang pertumbuhan pendapatan optimalisasi aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) tahun 2009-2018.
(Sumber: data sekunder diolah, 2019)
Gambar 1.1. Pertumbuhan Pendapatan Optimalisai Aset Tahun 2009-2018 Fenomena yang terjadi di beberapa perusahaan tentang pengelolaan aset salah satunya mengenai sistem manajemen aset yang belum berjalan sesuai dengan standar, sehingga aset-aset yang dimiliki membuat biaya operasional dan pemeliharaan menjadi besar (Nasution, dkk., 2015). Kesulitan selanjutnya yang dihadapi oleh suatu perusahaan tentang penilaian aset pada umumnya karena adanya prosedur penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset secara fisik dan yuridis belum terlakasana dengan baik dan benar. Ketidaktertiban dalam pengelolaan data base aset sehingga aset-aset yang dikelola cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Hal ini yang mengakibatkan perusahaan sulit untuk mengembangkan dalam mengoptimalkan dan pemanfaatan aset dimasa yang akan datang, akibatnya dari pengelolaan yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai tambah yang terkandung dalam aset itu sendiri. Tingkat pengembalian rendah dan tidak sesuainya pendapatan yang diperoleh dari besarnya aset yang dimiliki
0
80.056
213.364 269.901 452.497
237.579
422.960 387.154 648.302
531.927
-200000 -100000 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pendapatan Optimalisasi Aset (dalam Jutaan Rupiah)
merupakan salah satu contoh akibat dari pengelolaan aset yang buruk (Hasanuddin, 2016).
Masih banyak aset-aset perusahaan terutama BUMN yang asetnya dikuasai oleh orang yang tidak berhak baik berupa tanah maupun rumah dinas yang salah satunya disebabkan karena belum adannya sertifikasi aset atau penerbitan sertifikat yang berlarut-larut (Novita, 2017). Hal ini yang melatar belakangi diterbitkannya peraturan menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: PER-13/MBU/09/2014, tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara, dalam rangka untuk mengoptimalisasi nilai perusahaan melalui pendayagunaan aset tetap BUMN dan untuk lebih memperjelas dan memperlancar proses pelaksanaan pendayagunaan aset tetap BUMN. Dalam hal ini direksi diwajibkan harus menyusun daftar aset tetap yang kurang dan/atau tidak optimal pemanfaatannya, disertai dengan penjelasan mengenai lokasi, kondisi, status kepemilikan, rencana awal pemanfaatan oleh perusahaan dan khusus terhadap aset tetap berupa tanah dan/atau bangunan disertai dengan penjelasan mengenai rencana umum tata ruang (RUTR) dimana aset tetap tersebut berada.
Banyaknya aset yang dimiliki PT Kereta Api Indonesia (Persero), harus dikelola dengan baik agar mampu menjaga keberlanjutan bisnisnya dan mewujudkan tata kelola yang baik, proses seperti ini sangat relevan dilakukan bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero), karena selama perjalanan perseroan aset-aset yang dimiliki tidak sepenuhnya dikelola sesuai tata kelola yang baik, terdapat banyak aset PT KAI yang digunakan pihak-pihak lain karena tumpang tindihnya status kepemilikan aset dan belum bersertifikat, terutama aset tanah dan bangunan perusahaan (Novita, 2017).
Dari fenomena yang terjadi di PT Kereta Api Indonesia (Persero) mendorong peneliti melakukan penelitian terkait pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset pada PT KAI. Penelitian ini akan menggunakan tiga variabel yang terdiri dari inventarisasi, legal audit, serta penilaian aset untuk mengetahui pengaruh variabel manajemen aset terhadap optimalisasi aset. perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tempat penelitian serta populasi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset dengan judul “MANAJEMEN ASET (INVENTARISASI, LEGAL AUDIT, DAN PENILAIAN ASET) TERHADAP OPTIMALISASI ASET PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)”.
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Identifikasi dan rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Masih adanya aset-aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang dikuasai oleh pihak lain yang tidak berhak.
2. Masih adanya aset-aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang belum tersertifikasi sehingga terjadi tumpang tindih status kepemilikan dengan pihak lain.
3. Belum terlaksananya manajemen aset sesuai tata kelola yang telah ditetapkan perusahaan dengan prosedur penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset secara fisik dan yuridis secara baik dan benar. Ketidaktertiban dalam pengelolaan data base aset, sehingga aset-aset yang dikelola cenderung tidak optimal dalam penggunaannya.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana inventarisasi di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
2. Bagaimana legal audit di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
3. Bagaimana penilaian aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
4. Bagaimana optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
5. Bagaimana inventarisasi secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
6. Bagaimana legal audit secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
7. Bagaimana penilaian aset secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
8. Bagaimana inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset secara simultan berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi mengenai manajemen aset dan optimalisasi aset yang dilakukan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). Dari data informasi tersebut akan digunakan untuk bahan analisis bagi penyusunan skripsi yang salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Akuntansi jenjang S1 Universitas BSI.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis inventarisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis legal audit di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
3. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
4. Untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
5. Untuk mengetahui dan menganalisis inventarisasi secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
6. Untuk mengetahui dan menganalisis legal audit secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
7. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian aset secara parsial berpengaruh terhadap optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset secara simultan terhadap optimalisasi aset PT Kereta Api Indonesia (Persero).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya :
1.4.1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah atau wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama tentang manajemen aset khususnya pengelolaan aset bagi mahasiswa, akademisi dan masyarakat pada umumnya. Dan menjadi bahan pertimbangan bagi penulis lain dalam meneliti beberapa aspek yang berkaitan, serta menjadi referensi tambahan bagi para penulis lainya khususnya yang akan meneliti mengenai manajemen aset dan optimalisasi aset perusahaan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero), dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan manajemen aset untuk optimalisasi dan pemanfaatan aset perusahaan. Dan juga sebagai evalusi diri sendiri dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen aset terhadap optimalisasi aset perusahaan.