1 1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak bagi pemerintah daerah mempunyai fungsi sebagai sumber keuangan negara (budgetair fungciont) dan alat pengukur (regulerend funciont). Pajak sebagai sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan seperti penyediaan insfrastruktur, pelayanan pendididkan dan kesehatan serta penyediaan barang-barang publik lain yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta. Sebagai alat pengatur pajak mempunyai maksud maksud untuk menegatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu pajak memegang peranan yang penting dalam membangun suatu daerah (Siahan, 2010).
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Salah satu Pendapatan Asli daerah (PAD) yaitu berasal dari pajak daerah. Tujuan dari penggantian Undang- Undang Pajak Daerah semula Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 dan kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah untuk memperbaiki sistem pemungutan Pajak daerah, penguatan Pajak daerah dan meningkatkan Efektivitas pengawasan pungutan daerah (Zuraida, 2012:25).
Salah satu sumber pajak daerah adalah pajak reklame dan pajak penerangan jalan (PPJ). Untuk memperkuat penarikan pajak ini, pemerintah
daerah kemudian mengeluarkan peraturan daerah untuk mengatur penarikannya.
Salah satu upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan pajak daerah adalah mengefektifkan sektor dan potensi pendapatan pajak reklame dan pajak penerangan jalan. Efektifnya pengelolaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan maka dihasilkan pendapatan pajak reklame dan pajak penerangan jalan yang maksimal, dimana diharapkan memberikan konstribusi yang tinggi terhadap terhadap penerimaan pajak daerah sehingga pendapatan asli daerah dapat ditingkatkan agar dapat membiayai pembangunan daerah secara mamksimal.
Tabel 1.1
Laju Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung Periode 2011 – 2016 (Dalam Milyar)
Jenis Pajak Daerah
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Pajak
Hotel 92 112 131 142 148 177 202 204 260 215 260 276
Pajak
Restoran 8 83 88 97 102 118 140 142 170 181 235 241
Pajak
Hiburan 28 31 33 34 35 37 45 40 60 50 68 69
Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
98 108 114 118 121 135 158 159 180 178 173 177
Pajak
Parkir 6 6 7 7 7 7 12 12 180 168 26 29
BPHTB 232 302 335 398 350 415 428 418 30 20 660 440
Pajak
Reklame 12 16 15 18 18 17 24 23 150 181 316 256
Pajak Air
Tanah 2 2 3 3 3 3 3 2 428 399 325 336
PBB 277 280 360 372 422 302 415 428
Sumber : Disyanjak Kota Bandung(diolah kembali oleh penulis)
Bila dilihat dari tabel I.1 pada Tahun 2014 terdapat beberapa jenis pajak daerah, ada beberapa pajak yang tidak mencapai target. Antara lain,Pajak Hiburan, BPHTB, Pajak reklame, dan Pajak Air Tanah. Namun bila dilihat dari tahun 2011, 2012, 2013, sampai dengan 2016, Pajak yang paling dominan tidak pernah mencapai target adalah Pajak Reklame. Pajak Penerangan Jalan selalu berjalan sangat efektif karena relasinya selalu lebih besar dari target yang
ditetapkan dan tinggak efektivitas pajak penerangan jalan Kota Bandung dari tahun 2011-2014 selalu mencapai target yang berarti sangat efektif Untuk Kontribusi PPJ Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.
Menurut Undang – Undang No.34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditegaskan bahwa Pajak Reklame adalah salah satu bagian dari pajak daerah yang objek nya setiap tahun mengalami peningkatan. Menurut Kemendagri No. 10 Tahun 2002 menyatakan Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Hal inilah yang memebuat pajak reklame dan pajak penerangan jalan mempunyai peranan penting dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah di Kota Bandung, dikarenakan Kota Bandung sebagai pusat perdagangan, perkantoran, dan pendidikan sekaligus sebagai ibu Kota Provinsi. Oleh karena itu, pajak reklame dan pajak penerangan jalan merupakan salah satu pajak potensial yang dikelola oleh Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.
Efektifitas sendiri adalah mengukur hubungan antara realisasi hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak yang bersangkutan. Meningkatkan efektifitas dalam melaksanakan pemungutan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu jalan keluar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Salah satu pendapatan terbesar pajak daerah di Kota Bandung disumbangkan dari sektor pajak reklame dan pajak penerangan jalan. Dengan meningkatkan efektivitas pajak reklame dan pajak penerangan jalan diharapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak daerah Kota Bandung.
Berdasarkan data laju pertumbuhan pajak reklame dan pajak penerangan jalan Kota Bandung, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.2
Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kota Bandung Tahun Anggaran 2011 – 2016 (dalam Rupiah) Tahun
Anggaran Target Realisasi Peningkatan
(%) 2011 12.000.000.000 16.766.921.323 139,72 2012 15.500.000.000 18.575.238.358 140,72 2013 18.500.000.000 17.603.910.300 95,16 2014 24.000.000.000 23.691.959.638 98,73 2015 15.000.000.000 18.107.052.336 120,71 2016 316.716.770.000 25.653.533.922 8,1 Sumber : Disyanjak Kota Bandung
Dilihat dari tabel I.2 peningkatan pajak reklame di Kota Bandung cenderung mengalami fluktuaktif. Jika dilihat pada tahun 2013, 2014 dan 2016 tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu pecapaian yang terealisasikan sebesar 95,16% pada tahun 2013, 98,73% pada tahun 2014 dan 8,1% pada tahun 2016.
Hal ini disebabkan adanya moratorium pemberian ijin reklame baru di tanah Pemerintah Kota seperti pada Berm, sebagai salah satu kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam menanta estetika kota.
Kesulitan dalam pencapaian target pajak reklame pada Dianas Pelayanan Pajak Kota Bandung, tergambar dari fenomena yang muncul dalam prosedur pemungutan yang kurang efektif karena sistem yang telah ditetapkanbelum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini terlihat sebagai berikut:
1. Kurangnnya tingkat kesadaran wajib pajak, yang tidak serta merta langsung membayar kewajibannya setelah menerima SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
2. Lemahnya sanksi hukuman dalam proses pemaksaan pembayaran pada wajib pajak yang dianggap Wajib Pajak (WP) masih terlalu ringan sehingga Wajib Pajak (WP) mengabaikan sanksi yang diberikan oleh pemerintah pajak.
3. Lemahnya data penanggung jawab wajib pajak sehingga ketika terdapat tungakan sulit untuk ditagih. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal hambatan dalam faktor internal misalnya, kurnagnnya kemampuan petugas pelaksanaan dalam melaksanakan pemungutan pajak reklame, terbatasnya jumlah personil di masing-masing unit pelasksanaan teknis daerah sehingga jumlah petugas dibandingkan jumlah objek pajak tidak seimbang, terbatasnya sarana dan prasarana oprasional yang dibutuhkan oleh petugas pemungut dan kurangnya sosialisasi dari Dinas Pelayanan Pajak sehingga masyarakat kurang tahu tentang adanya peraturan Daerah tentang pajak reklame.
Ekternal misalnya, kurangnya pengawasan pelaksanaan pemungutan sehingga petugas dapat melakukan kecurangan atau manipulasi data, rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
Tabel I.3
Laju Petumbuhan Pajak Penerangan Jalan Kota Bandung Tahun Anggaran 2011-2016 (dalam Rupiah)
Tahun
Anggaran Target Realisasi Peningkatan
(%) 2011 98.600.000.000 108.198.918.505 109,74 2012 102.000.000.000 118.646.202.927 116,32 2013 120.000.000.000 135.297.036.036 112,75 2014 158.000.000.000 159.123.681.023 100,71 2015 180.000.000.000 178.144.137.262 98,97 2016 173.200.000.000 177.358.328.595 102,4
Sumber : Disyanjak Kota Bandung
Pajak penerangan jalan jika dilihat dari table I.3 dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 cenderung meningkat. Pada tahun 2016 dalam realisasinya pendapatan sebesar Rp.177.358.328.595,- atau sebesar 102,4% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 173 Milyar, namun jika dilihat pada tahun sebelumnya pajak penerangan jalan tahun 2015 dalam realisasinya menghasilkan pendapatan sebesar Rp.178.144.137.262,- atau tidak mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 180 milyar, bila dilihat dari capaian kinerja hanya sebesar 98,97%. Untuk pajak penerangan jalan Dinas Pelayanan Pajak hanya menerimaa pembayaran dari pihak otoritas kelistrikan nasional yaitu PLN yang bersama pajaknya telah ditetapkan oleh pihak PLN, adapun kenaikan realisasi pajak penerangan jalan selain dari besar/kecilnya listrik yang dikonsumsi oleh warga Bandung pada bulan/tahun tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif daftar listrik, sehingga selama tidak ada kebijakan baru mengenai kenaikan tarif dasar listrik maka realisasi pajak penerangan jalan akan tetap sama/stagnam.
Alasan ketidaktercapaian Penerimaan Pejak Penerangan Jalan:
1. Penentuan tarif dan pemungutan pajak penerangan jalan dilakukan oleh PT. PLN sehingga penetapan hasil target berdasarkan pelaporan penerimaan dari PT. PLN saja.
2. Adanya himbauan pemerintah tentang penghematan energi termasuk hemat pemakaian listrik.
Realisasi pajak penerangan jalan dapat meningkat seiring dengan kenaikan tarif daftar listrik.
Melihat pentingnya kontribusi pendapatan pajak reklame dan pajak penerangan jalan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH PENDAPATAN PAJAK REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA BANDUNG”
1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka penulis meidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurang optimalnya pendapatan pajak reklame pada daerah Kota Bandung.
2. Kurang optimalnya pendapatan pajak penerangan jalan pada daerah Kota Bandung.
3. Kurang optimalnya pengaruh pendapatan pajak reklame terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.
4. Kurang optimalnya pengaruh pendapatan pajak penerangan jalan terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.
5. Kurang optimalnya pengaruh pendapatan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung.
1.2.2. Rumusan Masalah
Dari uraian Identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendapatan Pajak Reklame Pada Daerah Kota Bandung?
2. Bagaimana Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Pada Daerah Kota Bandung?
3. Bagaimana Penerimaan Pajak Pada Daerah Kota Bandung?
4. Seberapa Besar Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
5. Seberapa Besar Pengaruh Pendapatan Pajak Penerangan Jalan terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
6. Seberapa Besar Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan maksud sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk mencoba mengaplikasikan teori yang diperoleh dari bangku kuliah terhadap keadaan nyata, khususnya melakukan analisis terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung
2. Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat yang berhubungan dengan aspek yang diteliti.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pendapatan Pajak Reklame Pada Daerah Kota Bandung?
2. Untuk Mengetahui Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Pada Daerah Kota Bandung?
3. Untuk Mengetahui Penerimaan Pajak Pada Daerah Kota Bandung?
4. Untuk Mengetahui Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
5. Untuk Mengetahui Pengaruh Pendapatan Pajak Penerangan Jalan terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
6. Untuk Mengetahui Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung?
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai Perpajakan lebih dalam, terutama penerapan efektifitas pemungutan pajak di kota Bandung.
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang Sarjana Jurusan Akuntansi Perpajakan pada Fakultas Ekonomi Universitas BSI Bandung.
2. Bagi Instansi Terkait
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah sedikit masukan yang sifatnya mengarah pada perbaikan, dan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pihak – pihak yang terkait.
3. Bagi Akademis
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna sebagai rintisan penelitian dalam rangka penelitian pengembangan berikutnya yang berkaitan dengan permasalahan perpajakan di Indonesia.