1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diterima. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Proses menua dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2012).
Menurut WHO, populasi Lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 jiwa (Kemenkes RI, 2013)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) penduduk lanjut usia di Provinsi Jawa Barat berjumlah 3.389.909 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk lansia di kota Bandung memiliki persentase pertumbuhan lanjut usia cukup tinggi. Data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2015 secara estimasi, populasi penduduk lansia (usia diatas 60 tahun) di Kota Bandung tahun 2015 sebanyak 185.426 jiwa.
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Keliat, 1999). Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Selanjutnya menurut WHO (1989) dalam Notoatmodjo (2011) Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade.
Seiring dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi tubuh pada lansia baik fisik, fisiologis maupun psikologis tidak bisa dihindari, oleh karenanya lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia adalah kecemasan, depresi, insomnia, panaroid, dan demensia, jika lansia mengalami masalah tersebut, maka kondisi itu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari pada lansia. Merawat lansia dengan masalah kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam upaya mendorong lansia bahagia dan sejahtera didalam keluarga serta masyarakat (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara 2012)
Menurut Templer, (1970) dalam Nisa, Nur’aeni & Widianti (2016) Kecemasan kematian merupakan suatu kondisi emosional yang dirasakan ketika suatu hal yang tidak menyenangkan dialami oleh seseorang manakala memikirkan kematian, seseorang yang mengalami kecemasan terhadap kematian memiliki kekhawatiran, kesusahan, ketidaknyamanan, ketegangan, kegelisahan dan mereka disibukkan dengan memikirkan proses sekarat, kemusnahan, atau apa yang terjadi setelah kematian.
Sementara Carpenito dan Moyet (2008) menyebutkan kecemasan kematian sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan gelisah karena ketidaknyamanan yang tidak jelas atau samar atau ketakutan yang dihasilkan oleh presepsi tentang acaman terhadap keberadaan seseorang, baik nyata ataupun imajinasi.
Templer (1976) dalam Nisa et al., (2016) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : usia, jenis kelamin, kesehatan
fisik, kepribadian dan agama. Menurut Nurrahmi (2011), sebab atau alasan lansia cemas menghadapi kematian adalah karena khawatir dengan keadaan keluarga yang ditinggalkan, kualitas ibadah kurang karena perasaan banyak dosa atau kesalahan yang diperbuat, takut pada proses menjelang ajal dan kehidupan setelah mati, serta takut menderita sakit yang lama dan mati dalam keadaan sendirian tanpa seorangpun yang tahu.
Reaksi psikologis dari kecemasan kematian tersebut berupa perasaan yang tidak menyenangkan (khawatir, takut, gelisah, bingung) perilaku menjadi sering merenung atau melamun, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, gugup serta tidak bersemangat beraktifitas Nurrahmi (2011). Pada lanjut usia permasalahan psikologis muncul bila lansia tidak mampu menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua, salah satunya adalah perasaan cemas terhadap kematian ( Gunarsa, 2004).
Jika perasaan cemas tersebut terus-menerus dialami lansia, maka kondisi itu dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan lansia baik fisik maupun mental, bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik seperti gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme hormonal, gangguan pada persendian, dan berbagai macam neoplasma sehingga akan mengganggu kegiatan sehari-hari pada lansia. (Cutler, 2004).
Perawatan pada lansia sangat kompleks dan memerlukan kesabaran dalam merawat lansia. Keluarga harus memperhatikan kondisi lansia sehingga memerlukan pengetahuan serta keterampilan dalam menjalankan caring kepada anggota keluarga lansia, guna mencegah timbulnya penyakit fisik dan mental menjelang hari tua dengan pemberian fasilitas keluarga (Potter & Perry, 2005). Pada keluarga yang semua anggotanya memiliki kesibukan atau pekerjaan yang menyita waktu begitu banyak, memungkinkan bagi mereka dihadapkannya pada masalah dalam menghadapi
perawatan lansia yaitu peran pendampingan, komunikasi, lingkungan susah untuk dimodifikasi sehingga tidak aman untuk lansia, dikarenakan layanan kesehatan yang jauh atau kurang memadai (Bowden dan Jones, 2010). Hal ini dapat menimbulkan dampak pada keluarga berupa beban yang dihadapi keluarga, dan dampak tersebut dapat menimbulkan burden, oleh karena itu tidak jarang para lansia dititipkan di panti- panti sosial oleh anak-anak mereka (Miller, 2012).
Berpindahnya lansia dari lingkungan keluarganya sendiri ke panti sosial merupakan suatu pengalaman traumatis yang dapat mengganggu keharmonisan dalam kehidupan lansia atau bahkan sering menimbulkan masalah yang serius dalam kehidupannya. Berada di lingkungan yang asing dan jauh dari orang terdekat dengan kondisi kesehatan yang menurun merupakan suatu ancaman bagi lansia, hal itu menimbulkan ketakutan-ketakutan dan berbagai macam perasaan lainnya. Ketakutan yang dimaksud misalnya takut kesepian, tidak diperdulikan, kurang kasih sayang dari keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi, selain itu ketakutan yang sangat melekat pada masa lansia adalah ketakutan akan datangnya kematian sebagai konsekuensi dari kondisi fisiknya yang menurun (Maryam et al., 2012).
Para ahli gerontologi mengungkapkan bahwa lansia sebenarnya memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami gangguan-gangguan kecemasan yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu (Santrock, 2004). Beberapa masalah di antaranya masih dapat diantisipasi secara jelas, namun bagaimana dengan kecemasan kematian yang menimbulkan berbagai macam persepsi, kecemasan kematian cenderung dipandang sebagai sesuatu yang tidak jelas dan mengancam (Harapan Sabrian & Utomo 2014). Sebagaimana dalam Kang (2013) lansia akan mengalami perubahan fisiologis, emosional dan mental menurun. Hal ini juga dikenal sebagai
periode penutupan rentang hidup (kematian). Kecemasan terhadap kematian adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi besar .
Kematian menjadi salah satu isu yang popular di kalangan lanjut usia (Harapan et al., 2014) hal tersebut didukung oleh (Maas et al., 2011) yang menyatakan bahwa
lanjut usia sering diasumsikan mengalami kekhawatiran berlebih mengenai ancaman dan kehilangan kehidupan yang dikaitkan dengan penuaan. Hal senada diutarakan dalam oleh Kűbler-Ross (2011) dalam Dirgantara (2014) yang mengatakan bahwa kecemasan akan kematian lebih dirasakan oleh lanjut usia karena pada rentang usia tersebut banyak dihadapkan pada berbagai persoalan dalam hidupnya.
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) yang merupakan Unit Pelaksana Unit Daerah pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Balai Perlindungan tersebut menampung para lansia yang tidak lagi tinggal bersama keluarganya, di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) tersebut terdapat 150 orang lansia yang tinggal di Balai Perlindungan tersebut.
Hasil wawancara di BPSTW Ciparay dengan 10 orang lanjut usia, 7 orang lansia memberikan pernyataan bahwa mereka cemas apabila mengingat kematian, takut akan keadaan setelah mereka mati. Ada pula lansia yang mengatakan,merasa sangat sedih menghadapi kematian karena tidak bisa bersama atau berjumpa lagi dengan keluarganya. Selanjutnya ada yang mengatakan takut terhadap siksa kubur dan keadaan di dalam kuburan setelah mati dan mengatakan sangat sedih jika mengingat kematian karena kemarin melihat saudara nya sendiri mati. Dan ada pula yang merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya sehingga membuat takut akan mengadapi kematian. Selain pernyataan tersebut, terdapat 3 orang lansia yang terlihat lebih tenang dan mengatakan bahwa mereka siap dan pasrah terhadap kematian yang suatu saat pasti akan datang kepada mereka. Selain itu pula ada diantara mereka
mengatakan bahwa tidak ada alasan kita untuk takut terhadap kematian, karena semua manusia akan mengalami kondisi tersebut.
Kondisi berbeda didapatkan di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi kota Bandung 8 dari 10 orang lebih terlihat tenang ketika ditanya tentang kematian dan para lansia tersebut lebih pasrah dan ikhlas kepada Alloh SWT. Sisanya 2 dari 10 orang lansia ada yang merasa cemas dan cemas akan kematian. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang Kematian Pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung”
Menurut filsafat Heidegger (2007), penelitian mengenai gambaran tingkat kecemasan kematian pada lansia menjadi fokus yang penting untuk dibahas, hal tersebut didukung dengan kurangnya perhatian mengenai permasalahan lansia dan kematian, baik dalam suatu pembahasan maupun tidak. Selain itu, pemikiran filsafat Heidegger (2007) menjadikan kecemasan kematian sebagai pembahasan sentral dianggap mampu menjadi kacamata teoritis yang jelas dalam menjelaskan pandangan lanjut usia tentang kematian sehingga pemaknaan yang lebih mendalam akan kehidupan dapat diperoleh, sehingga penelitian ini pun menjadi penting untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul pertanyaan pada penelitian ini, yaitu : Bagaimanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang Kematian Pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung ? 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan tentang kematian pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor penyebab tingkat kecemasan tentang kematian pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk membuat kebijakan dalam memberikan perawatan psikoreligius dalam menerima kematian pada lansia.
b. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam perencanaan asuhan keperawatan lansia tentang kecemasan terhadap kematian secara psikologis, sosial dan spiritual
c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Sebagai data dasar yang dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut terkait kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian