• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Bagaimana hubungan kerja antara perusahaan jasa (pengguna), perusahaan alih daya dan tenaga kerja alih daya dalam pelaksanaan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan jasa (pengguna) melalui perjanjian kerja. Untuk mengetahui hubungan kerja antara perusahaan jasa (pengguna), perusahaan alih daya dan tenaga kerja alih daya dalam pelaksanaan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan jasa (pengguna) melalui perjanjian kerja.

Syarat Sahnya Suatu Perjanjian Kerja

Gaji memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama orang bekerja pada wirausaha adalah untuk mendapatkan gaji. Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif, artinya harus dipenuhi semuanya sebelum perjanjian dapat dikatakan sah.

Bentuk Perjanjian Kerja

Tujuan perjanjian harus halal, yaitu tidak boleh bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan kesusilaan. Syarat adanya kehendak bebas kedua belah pihak dan kesanggupan atau kompetensi kedua belah pihak untuk mengadakan suatu perjanjian dalam hukum perdata disebut syarat subjektif karena berkaitan dengan orang yang mengadakan perjanjian. Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada huruf e dan f tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja sama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jenis Perjanjian Kerja

Ketentuan kontrak kerja pada poin e dan f tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerjasama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. untuk jangka waktu tertentu atau pekerjaan yang dilakukan.13 Kontrak pekerjaan untuk jangka waktu tertentu harus dibuat secara tertulis. Pekerjaan jangka tetap hanya dapat diselesaikan untuk pekerjaan tertentu, yang tergantung pada jenis dan sifat kegiatannya, akan dilakukan dalam waktu tertentu, yaitu Kontrak kerja waktu tetap berdasarkan selesainya pekerjaan harus memuat batasan yang jelas kapan pekerjaan dinyatakan selesai dan tidak boleh melebihi masa tenggang 3 (tiga) tahun.

Apabila jangka waktu pelaksanaan pekerjaan melebihi jangka waktu 3 (tiga) tahun, perjanjian kerja sementara tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. Sedangkan pekerjaan yang berkaitan dengan produk baru, kegiatan baru, atau penambahan yang masih dalam masa percobaan atau penyelidikan adalah pekerjaan yang masih dipromosikan berdasarkan perjanjian kerja. Secara umum syarat-syarat pembuatan Perjanjian Kerja Waktu Tetap terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu syarat substantif dan syarat formil. Kontrak kerja waktu tertentu yang batal demi hukum dengan sendirinya berubah menjadi kontrak kerja waktu tidak tertentu (PKWTT), sehingga pengusaha harus memperlakukan pekerja/buruh sebagai pekerja tetap.

100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Kontrak Kerja Waktu Tetap PKWTT adalah suatu kontrak kerja antara pekerja/buruh dan pemberi kerja untuk mengadakan hubungan kerja untuk jangka waktu tidak tertentu.16 PKWTT dapat disimpulkan dalam tertulis atau lisan dan tidak wajib. mendapatkan persetujuan dari kantor ketenagakerjaan.

Berakhirnya Perjanjian Kerja

Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka klausul yang berlaku antara keduanya (antara pengusaha dan pekerja) adalah klausul sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja. Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak kepada perusahaan karena penjualan, warisan atau hibah. Dalam hal terjadi perpindahan usaha, hak-hak pekerja menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan, tidak mengurangi hak-hak pekerja.

Dalam hal seorang pengusaha perorangan meninggal dunia, ahli waris pengusaha tersebut, setelah berkonsultasi dengan pekerja, dapat memutuskan kontrak kerja. Apabila pekerja/pekerja meninggal dunia, ahli waris dari pekerja/pekerja berhak memperoleh haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau hak yang ditetapkan dalam kontrak kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.18.

Pihak-pihak dalam Outsourcing

Perusahaan pengguna jasa outsourcing/perusahaan pemberi kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang Persyaratan Pemindahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain. Pasal 1 angka (1) menjelaskan, perusahaan pemberi kerja adalah perusahaan yang mengalihkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan, penerima kontrak, atau perusahaan pemberi jasa pekerja/buruh. 23. 23 Pasal 1 angka (1), Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat pengalihan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Perusahaan outsourcing adalah pengusaha yang memberikan jasa tenaga kerja kepada pemberi kerja untuk melaksanakan pekerjaan atas nama pemberi kerja secara langsung.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Migrasi No. 19 Tahun 2012 tentang Persyaratan Penyerahan Prestasi Kerja kepada Perusahaan Lain Pasal 1 Angka (3) Perusahaan yang memberikan jasa kepada pekerja adalah perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan jasa pendamping. perusahaan pemberi kerja .26. 26 Nomor Pasal 1 (3), Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Migrasi no. 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain. Sesuai dengan Keputusan Menteri No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain, Pasal 1 angka (6) menjelaskan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan kontraktor atau perusahaan penyedia jasa pekerja/pekerja, yang menerima gaji. atau kompensasi dalam bentuk lainnya.27.

27 Pasal 1 angka (6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Pengalihan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.

Syarat-syarat Pekerjaan yang dilimpahkan kepada pihak lain Dalam penyediaan jasa pekerja/buruh, perusahaan pemberi kerja dilarang

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dan menerima gaji atau imbalan lainnya. Pekerja yang melakukan pekerjaan, baik bekerja sendiri, bekerja dalam hubungan kerja, atau atas perintah orang yang melakukan pekerjaan (misalnya perusahaan, pengusaha, atau badan hukum) dan menerima gaji atas pekerjaan yang dilakukan atau bentuk kompensasi lain bagi pekerja (bagian dari angkatan kerja). Pekerja tetap, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan no. 252/PMK.03/2008 tentang Pedoman Penggugatan Keringanan Pajak atas Penghasilan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi, Ditambahkan : Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan. sampai batas tertentu secara tetap, termasuk anggota direksi dan anggota dewan pengawas yang secara tetap tetap mengelola langsung kegiatan perusahaan, serta karyawan yang bekerja berdasarkan kontrak jangka waktu tetap selama karyawan tersebut berada di pertanyaan bekerja penuh waktu di posisi ini.

100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tetap; menyatakan bahwa pekerja harian lepas adalah pekerja yang bekerja pada pemberi kerja. Misalnya saja para pekerja yang bekerja sebagai buruh harian lepas di sebuah pabrik kosmetik. 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tetap; mengatur bahwa pekerja kontrak adalah pekerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan yang waktu tertentu berubah-ubah dan menerima upah menurut volume pekerjaan atau satuan hasil kerja.

100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan pelaksanaan kontrak waktu tertentu menyatakan bahwa pekerja kontrak adalah pekerja yang bekerja pada pemberi kerja untuk melakukan pekerjaan tertentu dan menerima upah berdasarkan perjanjian hubungan kerja untuk waktu tertentu dan/atau penyelesaian pekerjaan tertentu.

Perlindungan Hukum Pekerja/Buruh

Perlindungan terhadap pekerja dapat dilakukan baik dengan memberikan tuntutan maupun dengan meningkatkan pengakuan terhadap perlindungan hak asasi manusia, fisik dan teknis, serta sosial dan ekonomi melalui norma-norma yang berlaku di lingkungan kerja. Tujuan perlindungan pekerja adalah agar sistem hubungan kerja tetap berjalan harmonis tanpa dibarengi dengan adanya tekanan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 33.

Macam-Macam Bentuk Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan kerja secara teoritik terbagi menjadi empat macam, yaitu PHK karena undang-undang, PHK karena pengadilan, PHK oleh pekerja/buruh, dan PHK oleh pemberi kerja. Berdasarkan ketentuan pasal 154 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebab-sebab terjadinya PHK demi hukum adalah: “Pemutusan hubungan kerja demi hukum adalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi dengan sendirinya demi hukum.” Pemutusan hubungan kerja oleh seorang pekerja atau buruh atas permintaan pengunduran diri adalah pemberhentian yang terjadi atas kemauan pekerja atau buruh semata-mata tanpa ada rekayasa pihak lain.

Secara teknis, hal ini dilakukan oleh pekerja atau pekerja secara tertulis dan atas kemauannya sendiri tanpa adanya indikasi adanya tekanan atau ancaman dari pengusaha bebek. Apabila terdapat indikasi adanya tekanan atau ancaman dari pihak pengusaha, maka secara hukum hal tersebut bukanlah pemecatan yang dilakukan oleh pekerja atau buruh, melainkan pemecatan yang dilakukan oleh pengusaha. Akibat undang-undang tersebut, pekerja atau pekerja mempunyai hak atas fakta ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 156 undang-undang no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Agar tindakan pemberhentian pekerja atau pekerja tersebut tidak melanggar hukum, maka pekerja atau pekerja yang bersangkutan harus memenuhi dua syarat, yaitu mendapat persetujuan dari pemberi kerja dan memperhatikan batas waktu pemutusan hubungan kerja. hubungan kerja menurut Pasal 1603 KUHPerdata. Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha adalah pemutusan hubungan kerja yang mana kemauan atau prakarsa datang dari pengusaha karena adanya pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh pekerja atau pekerja atau mungkin karena faktor lain seperti pengurangan tenaga kerja, penutupan perusahaan. karena kerusakan. perubahan status dan sebagainya. a) Pemberhentian karena kesalahan kecil dan b) Pemberhentian karena kesalahan berat.

Oleh karena itu pemberhentian pekerja atau buruh tidak bisa atas kemauan atau kemauan pengusaha, intinya segala sesuatunya harus dilakukan dengan alasan dan alasan yang kuat, sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Metode Pendekatan Masalah
  • Sumber Bahan Hukum
  • Metode Pengumpulan Data
  • Metode Analisis Data

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang memandang hukum sebagai suatu konstruksi sistem norma dan menempatkan sistem norma tersebut sebagai objek kajiannya. Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya Penelitian Hukum tidak menyebutkan pendekatan dalam penelitian hukum normatif, namun pendekatan dalam penelitian hukum berarti untuk semua jenis penelitian hukum.38 Ada metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif.Menurut Peter Mahmud Marzuki dalam buku Metode Penelitian Muhaimin adalah sebagai berikut. Metode pendekatan hukum yang penulis gunakan terdiri dari peraturan hukum yang berkaitan erat dengan kontrak kerja antara perusahaan dengan pekerja outsourcing yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021 tentang Kontrak Kerja. Waktu, Alih Daya, Waktu Kerja, Waktu Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Persyaratan Pemindahan Sebagian Pekerjaan Ke Perusahaan Lain dan Peraturan Perundang-undangan Lainnya yang Terkait.

Bahan hukum primer adalah norma atau aturan dasar, bahan hukum yang mengikat, misalnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2021 tentang Kontrak Kerja Waktu Tetap, Alih Daya, Waktu Kerja, Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja. Hubungan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Migrasi. Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang memberikan penjelasan dan tinjauan terhadap bahan hukum primer yang terdiri atas: buku, artikel, jurnal ilmiah dan pendapat para ahli hukum yang relevan dengan pokok bahasan penelitian ini. Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus Inggris-Indonesia, kamus hukum, majalah, surat kabar, Internet, dan lain-lain.

Dimana metode penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum seperti dokumen atau berkas, peraturan perundang-undangan, literatur hukum dan juga catatan kuliah yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guna memperoleh data bahan yang diperlukan untuk penulisan ini.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan hubungan antara pekerja dan pengusaha setelah disahkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja didasarkan pada jangka waktu Perjanjian Kerja Waktu