• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Menurut Sukandi, metode konvensional ini membuat siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran karena model pembelajaran yang konvensional. Kebiasaan pasif dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan sebagian siswa takut dan malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami. Dengan demikian diharapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat efektif mempengaruhi motivasi dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, memusatkan perhatian siswa, menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.

Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, efisien dan menarik untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diterapkan. Menurut Arend, pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan masalah autentik dengan tujuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya kemudian menganalisis permasalahan yang ada dan mencari solusinya.

Penyelesaian masalah ini tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya siswa juga harus berpikir matematis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas yang mampu melihat hubungan antara pembelajaran dengan aspek lingkungannya.

Menurut Nasution, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan menangani permasalahan baru yang lebih bervariasi. Selain itu, jika anak memahami suatu konsep, ia dapat menggeneralisasi suatu objek dalam berbagai situasi lain yang tidak digunakan dalam situasi belajar. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah pengetahuan siswa tentang prinsip, prosedur dan kemampuan siswa dalam menggunakan strategi penyelesaian suatu masalah yang disajikan.

Seseorang yang mempunyai kemampuan memahami konsep matematika berarti orang tersebut mengetahui apa yang telah dipelajarinya, langkah-langkah yang telah dilakukannya, serta dapat menerapkan konsep tersebut dalam konteks matematika dan di luar konteks matematika.

Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Problem Based Learning (PBL)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, meliputi berpikir, berperilaku dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

Siswa mendengarkan penjelasan aturan permainan dan batasan waktu setiap kegiatan yang disampaikan oleh guru3.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning  Langkah – langkah
Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning Langkah – langkah

Materi Pembelajaran a. Persamaan kuadrat

Menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan melengkapi kuadrat merupakan alternatif jika akar-akar persamaan kuadrat mengandung bentuk-bentuk akar (irasional) sehingga sulit untuk difaktorkan. Sama seperti menyelesaikan persegi, rumus kuadrat atau sering disebut rumus ABC juga bisa menjadi alternatif dalam menentukan akar-akar persamaan kuadrat yang akar-akarnya mengandung bentuk akar (irasional). Atau untuk persamaan kuadrat yang sebenarnya bisa difaktorkan, namun sulit difaktorkan karena nilai a, b.c cukup besar.

Metode rumus ABC ini dapat digunakan ketika memfaktorkan dan menyelesaikan kuadrat sempurna tidak memungkinkan. Nilai diskriminan ini mempengaruhi penyelesaian atau akar-akar persamaan kuadrat. Sifat akar-akar persamaan kuadrat dapat disimpulkan dari koefisien persamaan tersebut. Garis putus-putus pada gambar di atas merupakan sumbu simetri. Koordinat yang diberi tanda lingkaran adalah titik sudut, sedangkan koordinat yang diberi tanda persegi adalah titik potong y.

Nilai c pada grafik y = ax2 + bx + c menunjukkan perpotongan grafik fungsi kuadrat dengan sumbu y yaitu pada koordinat (0,c).

Gambar 2.1 Perbandingan Grafik fungsi kuadrat y = x 2 , y = -x 2 dan y = 2x 2
Gambar 2.1 Perbandingan Grafik fungsi kuadrat y = x 2 , y = -x 2 dan y = 2x 2

Kerangka Konseptual

Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menuntut siswa untuk berpikir lebih matematis melalui proses mental, selain itu siswa juga belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam serangkaian kegiatan yang mereka atur sendiri untuk menemukan sesuatu jawaban yang meyakinkan. permasalahan yang mereka hadapi melalui berpikir, logis, kritis, sistematis. Jadi model pembelajaran berbasis masalah (PBL) memungkinkan siswa berdiskusi, berpikir, mengemukakan pendapat, menganalisis pendapat teman, sehingga melatih kemampuan pemahaman siswa. Siswa juga akan lebih bertanggung jawab dan mandiri, mampu mengolah informasi yang diterimanya sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya.

Hipotesis Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk melihat atau mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap pemahaman matematis siswa.

Prosedur dan Rancangan Penelitian

Pada desain ini kelas eksperimen mendapat perlakuan (X) dan setelah perlakuan selesai diberikan tes sebagai post-test (O). Observasi dilakukan selama pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati pengaruh model pembelajaran problematik terhadap kemampuan observasi pemahaman konsep matematika. Arikunto (2009:53) mengatakan bahwa: tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk menentukan atau mengukur sesuatu yang ada di suasana dengan metode dan aturan yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil post-test ini akan diuji apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Tes ini diberikan untuk mengumpulkan data dan mengukur kemampuan akhir siswa dalam kaitannya dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah mendapat perlakuan.

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian  F.    Teknik Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data

Tahap Analisis Uji Coba Instrumen

Keandalan suatu alat pengukuran atau evaluasi dianggap sebagai alat yang menghasilkan hasil yang tetap sama (konsisten). Untuk mengetahui reliabilitas tes yang digunakan dalam penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Alpha, karena soal yang diujikan berbentuk uraian dan skornya bukan 0 dan 1 Arikunto yaitu. Tingkat kesukaran adalah kemampuan tes untuk menjaring banyak peserta yang dapat mengerjakan tes dengan benar. Kriteria berikut digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran. Soal dalam kategori sulit adalah jika hanya 27% orang yang dapat menjawab dengan benar. Soal kategori sedang adalah jika hanya 28% yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 72% soal kategori Mudah jika jumlah minimal orang yang dapat menjawab dengan benar adalah 73%.

Arikunto menyatakan bahwa: “Daya pembeda suatu soal adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa pintar (berkemampuan tinggi) dan siswa bodoh (berkemampuan rendah).”

Teknik Analisis Data

Uji Kelinieran Regresi

Uji Keberartian Regresi

H0 : Tidak terdapat hubungan linier antara penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Ha : Terdapat hubungan linier antara penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Ha : Terdapat pengaruh yang kuat antara model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel terikat atau seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y Sudjana.

Tabel 3.4 Tingkat keeratan hubungan variabel X dan variabel Y
Tabel 3.4 Tingkat keeratan hubungan variabel X dan variabel Y

Korelasi Pangkat

Referensi

Dokumen terkait