• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Teknokrat Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Teknokrat Repository"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dunia usaha yang makin kompetitif dalam era globalisasi ini menuntut para pengusaha yang memiliki perusahaan untuk mampu beradaptasi sehingga terhindar dari kebangkrutan dan menjadi unggul dalam suatu persaingan. Salah satu langkah untuk mengantisipasi kebangkrutan perusahaan adalah dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan, seperti membuat strategi yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan serta membuat suatu perusahaan dapat beroprasi dengan baik. Ketika menjalankan usaha tersebut, maka suatu perusahaan akan memerlukan modal yang cukup besar. Salah satu langkah untuk memperoleh dan mengoptimalkan modal secara optimal yaitu dengan bergabung melalui pasar modal (Harjono, 2010:70-92).

Pasar modal adalah pasar yang digunakan sebagai wadah dalam berbagai instrumen keuangan jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat diperdagangkan, diantaranya ada surat utang, lembar saham, reksa dana maupun instrumen lainnya (Aria dan Dian, 2017). Sedangkan, menurut Kusumaningtuti (2016), pasar modal adalah tempat pembiayaan bagi perusahaan maupun lembaga lain serta pasar modal dipergunakan pula sebagai sarana kegiatan investasi.

Sebagai bentuk dukungan terhadap hal tersebut, pasar modal dijadikan sebagai mediator yang menjembatani kesenjangan antara pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten).

Berinvestasi pada dasarnya digunakan untuk menempatkan sejumlah uang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa mendatang (Halim, 2015:13).

Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset financial dan investasi pada aset riil. Investasi pada aset financial biasa dilakukan di dalam sebuah wadah yang disebut dengan pasar uang, seperti sertifikat deposito, commercial paper, serta surat berharga uang. Investasi juga bisa dilakukan di pasar modal, misal seperti pembelian saham, obligasi waran, serta opsi lain.

(2)

Sedangkan, investasi riil dapat berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik, serta pembukaan pertambangan (Robinsyah, 2018).

Setiap perusahaan dalam pasar modal bertujuan untuk memaksimalkan nilai yang telah diberikan oleh pemegang saham. Menurut Irfan Fahmi (2011), analisa laporan merupakan bentuk pengukuran kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab itu, pengukuran keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk mengevaluasi serta menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan menjalakan usahanya. Berdasarkan pengukuran dan analisa terhadap laporan keuangan tersebut, maka akan diketahui kemampuan perusahaan dalam mengoprasikan aktivitas usahanya secara efisien dan efektif. Rasio keuangan merupakan indikator pengukur kinerja laporan keuangan suatu perusahaan dan bisa dikatakan sebagai bagian dari faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham.

Harga saham juga bisa dikatakan sebagai harga ketika pasar bursa telah tutup yang terjadi di pasar saham pada periode tertentu serta perubahannya selalu diamati oleh investor. Salah satu yang menentukan dari pergerakan harga saham jangka pendek yaitu dengan semakin banyaknya calon investor yang membeli saham, maka harga saham meningkat, begitupun sebaliknya. Sedangkan pergerakan harga saham jangka panjang dapat dilihat dari kinerja perusahaan emiten dan pergerakan saham yang searah (Darmadji dan Fakhrudin, 2012).

Menurut Ika dan Raharjo (2013), Salah satu konsep dasar harga saham dalam manajemen keuangan ialah ketika ingin mencapai tujuan dapat dicapai dengan cara memaksimalkan nilai perusahaannya. Perusahaan yang sudah terdaftar, memiliki tujuan yang berbeda dari yang lain yaitu supaya bisa memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan pula nilai pasar harga saham perusahaan. Oleh sebab itu, pertimbangan keputusan pasti dilandaskam dalam mempertimbangkan untuk memaksimalkan kekayaan investor.

Menurut Alfianti dan Andarini (2017), peningkatan serta penurunan atau naik turun nya saham perusahaan akan memperlihatkan apakah perusahaan tersebut naik atau menurun. Jika saham perusahaan naik maka akan otomatis meningkatkan kepercayaan diri investor dalam menginvestasikan uangnya serta

(3)

para investor percaya bahwa suatu saat perusahaan tersebut dapat memberikan nilai lebih atau keuntungan bagi para investor.

Salah satu fenomena harga saham yang menarik perhatian investor ditahun 2021 adalah turun nya harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Rabu, 27 september 2021 UNVR mencatatkan harga saham dalam bursa efek Indonesia pada harga Rp 3.860 per lembar saham. Turunnya harga saham tersebut berimbas terhadap laba yang diperoleh UNVR di tahun 2021 yang membukukan laba sebesar Rp 5,76 triliun atau turun sekitar 19,6% di bandingkan tahun 2020 dengan laba mencapai Rp 7,16 triliun (CNBC Indonesia, 2022).

Fenomena turunnya harga saham pernah terjadi pula ditahun 2018 pada perusahaan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA), dimana CEKA membukukan laba ditahun 2018 sebesar Rp 92,65 miliar atau turun sekitar 13,75% Year over Year (YoY) dari tahun 2017 sebesar Rp 107,42 miliar. Padahal ditahun 2016 CEKA memperoleh kenaikan laba sebesar 134,35% YoY dan ditahun 2015 juga memperoleh kenaikan laba sebesar 159,87% YoY (CNBC Indonesia, 2019).

Dari fenomena yang pernah terjadi seperti yang diuraikan diatas. Maka, diperlukannya salah satu analisis rasio keuangan yang dapat membantu investor dalam mengukur tingkat laba suatu perusahaan. Menurut Sartono (2010), alat ukur financial yang sering digunakan dalam mengukur tingkat laba yaitu dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio profitabilitas seperti dengan Return On Investment (ROI). ROI merupakan faktor fundamental yang mewakili keadaan atau prospek perusahaan. ROI juga digunakan sebagai faktor pedoman bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi. Melalui informasi laba yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari ROI nya. Jika ROI tinggi, maka dapat dianggap perusahaan tersebut mampu menghasilkan kinerja yang baik.

Sebaliknya, jika perusahaan memiliki ROI yang rendah maka dapat dikatakan perusahaan tersebut menghasilkan kinerja yang kurang baik.

Kenaikan ROI umumnya akan diikuti oleh kenaikan saham perusahaan tersebut. Semakin meningkatnya nilai ROI akan semakin baik juga kinerja perusahaan dalam mengelola ekuitas untuk mengahasilkan laba bagi para

(4)

pemegang saham. Sebelum menghitung ROI, maka terlebih dahulu harus melihat laba bersih setelah pajaknya yang kemudian akan dibagi dengan total aktiva.

Sehingga, akan menghasilkan nilai Return On Investment (Devi, Maria dan Rendra, 2017:207). Hal ini sejalan dengan penelitian Happy Oki (2009) serta Sonia R (2014) yang mengemukakan kesimpulan bahwa ROI mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Hasil penelitian itu berbanding terbalik dengan penelitian Hesty Lumbanraja (2014) serta Lia Rosalina (2008) yang mengemukakan kesimpulan bahwa ROI tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Selain menggunakan ROI ketika kita ingin melihat kinerja perusahaan bisa juga dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added). EVA ialah hal baru yang belum banyak diketahui dan digunakan, tetapi memiliki kegunaannya menilai kinerja perusahaan dalam mempertimbangkan secara adil harapan semua orang/pihak dari pemegang saham maupun kreditur. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham (Sriati, 2013).

EVA juga dikatakan sebagai suatu sistem manajemen keuangan yang bisa mengukur nilai keuntungan ekonomi perusahaan. Dimana banyak ahli mengemukakan EVA membawa kemakmuran kepada perusahaan apabila perusahaan sanggup memenuhi seluruh biaya operasi dan biaya ekuitas (Rudianto, 2013). EVA dalam suatu perusahaan merupakan salah satu indikator tambahan nilai dari semua aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat meningkatkan nilai serta mencegah kegiatan yang tidak efektif. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi para pemilik modal. Hal ini bisa jadi disebabkan karena perusahaan dapat mengembalikan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat modalnya, ini sejalan dengan tujuan dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Tetapi jika nilai EVA negatif ini berarti nilai perusahaan tersebut turun karena pengembalian investasi lebih rendah dari biaya ekuitasnya.. Metode EVA ini dapat dikatakan sebagai salah satu metode modern dalam penilaian kinerja perusahaan. EVA sebagai alat ukur profitabilitas sangat berkaitan erat dengan kinerja harga saham. Jika nilai EVA > 0, maka dapat

(5)

diartikan bahwa suatu manajemen perusahaan tersebut telah memaksimumkan nilai perusahaan yang dapat meningkatkan harga saham. Jika EVA < 0, maka dapat diartikan manajemen perusahaan bukan menciptakan nilai tambah ekonomis. Tetapi, justru akan menghancurkan nilai kekayaan pemegang saham.

Nilai EVA yang negatif juga dapat berpengaruh kurang baik untuk harga saham.

Oleh karena itu, metode EVA ini akan sesuai dengan kepentingan para investor dan diharapkan dapat menjadi alat ukur yang efektif untuk mencapai tujuan perusahaan serta memaksimalkan investasi pemegang saham dengan menunjukan kinerja yang baik dalam suatu perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan Happy Oki (2009) serta Sonia R (2014) yang mengemukakan kesimpulan bahwa EVA mempunyai pengaruh positif pada harga saham. Namun ternyata, penelitian tersebut justru berbanding terbalik dengan penelitian Harjono Sunardi (2010) dan Rahayu & Dana (2016) dimana mereka mengemukakan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor konsumsi barang primer periode 2018-2021. Alasan peneliti memilih sektor konsumsi barang primer untuk dijadikan objek penelitian sebab mengutip informasidari website kemenperin.co.id (2021), bahwa industri makanan dan minuman (mamin) merupakan penyumbang kontribusi terbesar terhadap sektor industri pengolahan nonmigas pada triwulan II tahun 2021 yang mencapai 38,42%. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 6,66% dan industri ini mampu menjadi salah satu andalan dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional ditengah ketidakpastian kondisi global, sektor ini mampu stabil dan dianggap bisa bertahan dalam krisis global terutama dalam sub sektor makanan dan minuman. Oleh sebab itu, penulis mengambil sektor barang konsumen primer sebagai objek penelitian.

Berdasarkan latar belakang terjadinya ketidakkonsistenan hasil yang telah di teliti oleh peneliti terdahulu, maka penulis tertarik untuk menganalisa bagaimana keterkaitan kedua kinerja keuangan ROI dan EVA pada harga saham dengan topik sekaligus judul dipenelitian ini yaitu “Pengaruh Return On

(6)

Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham (Sektor Barang Konsumen Primer Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas serta terdapat fenomena turunnya harga saham yang terjadi di beberapa perusahaan yang berimbas pada ketidakkonsistenan hasil dari peneliti terdahulu, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali topik tersebut, dan dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Harga Saham?

2. Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Harga Saham?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini meliputi:

1. Untuk menganalisis apakah Return On Investment (ROI) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.

2. Untuk menganalisi apakah Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi:

1. Bagi peneliti

(7)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam bidang akuntansi, khususnya analisa laporan keuangan

2. Bagi praktisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai pentingnya pengaruh ROI dan EVA dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan

3. Bagi akademi

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan rujukan bagi peneliti sejenis, sehingga penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

1.5 RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH

Terdapat batasan-batasan masalah dalam penelitian ini yaitu penelitian hanya memfokuskan pada 2 variabel saja, dimana sektor yang dipergunakan hanya pada sektor barang konsumsi primer di tahun 2018-2021.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini disusun untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini, serta dibuat berdasarkan pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Teknokrat Indonesia. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab I ini berisi mengenai apakah yang melatar belakangi permasalahan dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup serta batasan dalam melakukan penelitian maupun sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

(8)

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dasar yang relevan untuk dijadikan acuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran peneliti.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III berisi tentang desain penelitian, jenis penelitian, sumber data, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV berisi tentang analisis terhadap data yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian, berupa pengujian model dan pengujian hipotesis.

Bab V Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan, keterbatasan dan saran masukan untuk peneliti berikutnya.

Daftar Pustaka Lampiran

Referensi

Dokumen terkait

Dasar itulah yang dapat dijadikan rujukan pemungutan pajak seperti yang difatwakan oleh tokoh-tokoh dari mahzab Maliki Dzajuli, 2017;184 Berdasarkan uraian fenomena tersebut di atas,