• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau memiliki garis perbatasan yang cukup panjang dengan negara tetangga baik darat, laut dan udara, atau yang disebut batas wilayah negara yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional. Bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain disebut Kawasan Perbatasan.

Secara fungsional, kawasan perbatasan memiliki nilai strategis dalam berbagai dimensi kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, dan ekonomi. Saat ini kesadaran publik akan pentingnya penataan dan optimalisasi potensi kawasan perbatasan semakin tinggi, menggantikan kesadaran lama bahwa kawasan perbatasan adalah “halaman belakang” negara yang cukup dikelola seadanya.1

Pembangunan di daerah perbatasan belum memberikan hasil yang memuaskan, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

Masih terdapat beberapa permasalahan spesifik, antara lain:2

1. Belum disepakatinya beberapa segmen garis batas negara di darat dan di laut;

2. Belum optimalnya pelayanan lintas batas;

                                                                                                                         

1 Johnny Ibrahim, Teori Perkembangan Hukum Internasional, Bayumedia Publishing, Malang,2008, hal. 24

2 Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peraturan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global), Alumni, Bandung, 2003 hal 76

(2)

3. Masih menonjolnya permasalahan keamanan dan lemahnya penegakan hukum, terutama terkait pelintas batas dan kegiatan ilegal;

4. terdapatnya pulau-pulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara yang memerlukan perhatian khusus untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Di sisi lain kendala yang masih dihadapi dalam penanganan permasalahan di daerah tertinggal dan perbatasan meliputi:3

1. Belum memadainya sumber pendanaan yang diarahkan untuk membangun dan melayani daerah tertinggal dan perbatasan;

2. Masih lemahnya sinergitas antarsektor dan antartingkat pemerintah, serta dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan daerah tertinggal dan perbatasan; dan

3. Belum berkembangnya wilayah strategis dan cepat tumbuh yang diharapkan dapat berperan sebagai penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah tertinggal dan perbatasan di sekitarnya.

Mengingat kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis dalam menjaga integritas wilayah negara, oleh karena itu pembangunan di daerah perbatasan negara merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam pemerintahan kabinet kerja Presiden Jokowi. Hal ini sebagai implementasi nawacita poin ketiga, yaitu untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Pembangunan di perbatasan menjadi prioritas agar penduduk setempat merasakan adanya perhatian dari pemerintah sehingga dapat merasakan kehadiran kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara termasuk yang berada di daerah

                                                                                                                         

3 Adji samekto, “Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009 hal 67

(3)

pinggiran dan pelosok.4 Pengelolaan wilayah negara diperbatasan dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelestarian lingkungan secara bersama-sama. Pendekatan kesejahteraan dalam arti upaya-upaya pengelolaan wilayah negara hendaknya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraaan masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

Pendekatan keamanan dalam arti pengelolaan wilayah negara untuk menjamin keutuhan wilayah dan kedaulatan negara serta perlindungan segenap bangsa.

Sedangkan pendekatan kelestarian lingkungan dalam arti pembangunan kawasan perbatasan yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan yang merupakan wujud dari pembangunan yang berkelanjutan.

Pada sepanjang daerah perbatasan keimigrasian mempunyai peran penting untuk menjaga perbatasan negara seperti yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 3 Ayat 3 Tentang keimigrasian yang berbunyi:

Fungsi Keimigrasian di sepanjang garis perbatasan sesuai dengan tugasnya sebagai penjaga pintu gerbang negara, bukan penjaga garis batas negara.

Pada tempat tertentu sepanjang garis perbatasan terdapat lalu lintas tradisional masuk dan keluar warga negara Indonesia dan warga negara tetangga Malaysia. Di tempat perlintasan tersebut didirikan Pos Lintas Batas merupakan tempat yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada setiap orang dan barang yang akan melintas perbatasan negara. Salah satu fungsi Pos

                                                                                                                         

4 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal 65

(4)

Lintas Batas adalah fungsi Keimigrasian terhadap lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.5

Menjaga daerah perbatasan setiap warga negara tetangga seperti Malaysia yang ingin melewati daerah perbatasan untuk masuk ke Indonesia harus memenuhi persyaratan yang telah ditatur dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2011 pasal 8 dan 9 tentang keimigrasian yang berbunyi:

Pasal 8

1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku.

2) Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional.

Pasal 9

1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri yang sah.

3) Dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan Keimigrasian.

Adanya pearturan tentang keimigrasian diatas membuktikan bahwa Pemerintah Indonesia telah beruapaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran- pelanggaran keimigrasian pada wilayah perbatasan. Tetapi dalam kenyataanya banyak pelanggaran-pelanggaran perbatasan yang masih terjadi di Indonesia dan pelanggaran tersebut banyak dilakukan oleh negara tetangga yaitu                                                                                                                          

5 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, PT.

Rafika Aditama, Bandung, 2006, hal 65

(5)

Malaysia. Seperti yang terjadi di Pulau Kalimantan yang memiliki kawasan perbatasan dengan Malaysia di 8 (delapan) kabupaten yang berada di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Dari 8 (delapan) kabupaten di Kalimantan Timur, hanya terdapat 3 (tiga) pintu perbatasan (border gate) resmi, yaitu di Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Bengkayang, serta Kabupaten Nunukan di Kalimantan Timur, Sedangkan ke 5 kabupaten tidak mempunyai pintu perbatasan (border gate) resmi,6 yang membuat Negara Malaysia dengan bebas keluar masuk wilayah perbatasan tanpa ijin, terbukti pada tahun 2017 ditemukan jalan-jalan tikus yang dibuat oleh Malaysia di wilayah Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu yang sulit dideteksi pada kawasan perbatasan dengan tutupan lahan berupa hutan yang disalahgunakan oleh sekelompok orang untuk melakukan perlintasan batas illegal.

Jika dilihat dari pelanggaran perbatasan yang dilakukan oleh Malaysia di atas, dapat diterapkan Pasal 9 Ayat 1 Jo Pasal 133 Undang-Undang Nomor 6 Tahu 2011 Tentang keimigrasian yang berbunyi:

Pasal 9 Ayat 1

Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

 

Pasal 133

Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

                                                                                                                         

6 http://oobelix7.blogspot.co.id/2019/1/permasalahan-perbatasan, diakses pada tanggal 4 Juli 2019 jam 19:00. WIT

(6)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Bunyi pasal di atas dapat diartikan fungsi dan tugas dari keimigrasian ialah mengawasi warga negara asing yang masuk ataupun keluar Negara Indonesia dan memberikan sanksi pidana kepada setiap warga negara asing yang kedapatan melewati garis perbatasan tanpa melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi. Tetapi dalam kenyataanya Malaysia melakukan pelanggaran wilayah perbatasan secara terus-menerus. Hal ini membuktikan bahwa masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh keimigrasian maupun lemahnya penerapan hukum terhadap negara tetangga (Malaysia) dalam hal pelanggaran wilayah perbatasan akibatnya tidak ada efek jera yang didapatkan sehingga perbuatan tersebut terus dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mengangkat penulisan hokum ini dengan judul: Pelanggaran Perbatasan Antara Negara Indonesia dan Malaysia oleh Pelintas Batas dalam Prespektif Hukum Keimigrasian

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penulisan ini sebagai berikut: Bagaimana Pelanggaran Perbatasan Antara Negara Indonesia dan Malaysia oleh Pelintas Batas dalam Perspektif Hukum Keimigrasian?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pelanggaran perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia oleh pelintas batas dalam perspektif hukum keimigrasian

2. Sebagai salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura

D. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pelanggaran perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia oleh pelintas batas dalam perspektif hukum keimigrasian

2. Sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya hukum internasional

E. Kerangka Konseptual

A. Konsep Wilayah Perbatasan

Wilayah perbatasan merupakan bagian penting dalam keberadaan suatu negara, karena menjadi pemisah dan batas kedaulatan dengan negara lain.

Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo 27 Desember 1933 mengenai Hak dan Kewajiban Negara menyebutkan bahwa negara sebagai subjek dalam hukumi nternasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk

(8)

berhubungan dengan Negara lain.7 Artinya bahwa, di wilayah perbatasan harus ada unsur negara tersebut untuk menunjukan kedaulatan Negara Indonesia dan agar tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh negara lain yang berakibat pada hilangnya kekuasaan negara pada suatu wilayah.

Perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua negara yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah negara atau state border dibentuk dengan lahirnya negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka berasal dari etnis yang sama. Namun dengan munculnya negara mereka terpisahkan dan dengan adanya tuntutan negara itu mereka mempunyai kewarganegaraan yang berbeda.8

Pengertian perbatasan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Boundaries dan frontier kedua definisi ini mempunyai arti dan makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai yang strategis bagi kedaulatan wilayah negara. Perbatasan disebut flontier karena posisinya yang terletak di depan front dari suatu negara, sedangkan istilah boundary digunakan karena fungsinya yang mengikat atau membatasi (bound or limit) suatu unit politik, dalam hal ini adalah Negara.9

                                                                                                                         

7 Adolf, Huala, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Keni Media, Cetakan 4., Bandung, 2011, hal 13

8 Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Cetakan Keempat, Maret 2012. hal 73

9 Hadiwijoyo, Suryo Sakti, Batas Wilayah Negara Indonesia: Dimensi Permasalahan dan Strategi Penanganan, Gava Media, Yogyakarta,2009, hal 98

(9)

B. Konsep Kedaulatan Negara

Secara etimologi kedaulatan yang dalam bahasa Inggris disebut souvereignty berasal dari kata Latin superanus yang berarti teratas. Sejalan dengan itu C.F. Strong menyatakan bahwa kedaulatan berarti superioritas yang dalam konteks kenegaraan mengisyaratkan adanya kekuasaan untuk membuat hukum. Lebih lanjut, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dan sebagainya.

Negara merupakan lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa, oleh karena itu kedaulatan timbul bersamaan dengan berdirinya negara. Pemerintah adalah pelaksana kekuasaan negara, lahirnya hukum dan konstitusi adalah hal yang dikehendaki dan diperlukan oleh negara. Oleh karena itu, kebijaksanaan dan tindakan negara yang berlaku berasal dari negara, oleh negara dan untuk negara.10

Adapun negara yang mengatakan bahwa kedaulatannya berada di tangan negara sendiri. Hal ini karena melihat terlalu dibedakannya manusia atas manusia. Untuk mengatasi perbedaan kelas, negara membuat peraturan ketat yang tidak boleh di tangan rakyat. Demi negara semua harus mengalah.

Ini terlihat pada negara-negara komunis yang menjadikan negara komunis sebagai tirani, kendatuipun negara milik orang banyak secara bersama, sehingga cara ini dianggap dictator proletariat. Tetapi, bagaimana dengan pemimpin pemerintahan itu sendiri, apakah mereka juga tunduk kepada negara.

Walaupun di negara komunis pemimpinya selalu memakai pakaian militer,                                                                                                                          

10 Fahmi, Khairul, Kedaulatan Negara,: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hal 67

(10)

pakaian buruh, dan uniform yang dibuat sama rasa dan sama rata, namun perilaku kejam pemimpin yang mengatasnamakan negara, tetapi tidak menghormati negara itu sendiri. Akhirnya lahirlah kata-kata (slogan) “negara adalah saya”, bagi para pemimpinnya kata-kata pemimpin adalah kata-kata resmi negara.

Uraian di atas menjelaskan bahwa kedaulatan merupakan salah satu bentuk dari kekuasaan, dalam hal ini kekuasaan tertinggi. Kedaulatan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi mempunyai beberapa segi yakni kedaulatan dari segi internal dan eksternal dan kedaulatan dari segi hukum dan politik.

Kedaulatan dari segi internal dan eksternal merupakan bentuk kedaulatan negara, atau pemerintah secara ke-dalam atau ke-luar. Kedaulatan internal merupakan kekuasaan pemerintah atau negara atas individu-individu (rakyat) yang berada dalam teritorinya. Perlu dicatat, bahwa daya berlaku dari kedaulatan internal ini hanya dalam batas-batas yuridiksinya. Sedangkan kedaulatan eksternal dimaksudkan sebagai kekuasaan negara untuk memenentukan sikap dan nasibnya secara bebas dan mandiri tanpa intervensi dari negara lain. Jadi kedaulatan secara eksternal berkaitan erat dengan kondisi pergaulan suatu negara dengan negara lainya, lebih khusus terkait dengan pengakuan negara lain sebagai negara yang merdeka.11

Kemudian yang dimaksud dengan kedaulatan dari segi kedaulatan hukum yakni adanya suatu kekuasaan pihak tertentu untuk menentukan dan menuntut pemenuhan atas hukum yang diberlakukanya terhadap individu-                                                                                                                          

11 Atmasasmita, Romli, Pengantar Hukuim Pidana International, Eresco, Bandung, 1995 hal 65

(11)

individu yang berada dalam yuridiksinya. Kehidupan bernegara, kedaulatan hukum diemban oleh pemerintah yang lebih lanjut dijalankan alat-alat kelengkapanya seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta organ- organ penunjang lainya. Kemudian kedaulatan dari segi kedaulatan politik yakni menyangkut kekuasaan rakyat untuk terlibat dalam penentuan kebijakan- kebijakan politik dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Contoh perwujudan dari kedaulatan politik adalah pemilihan umum yang dimana keseluruhan rakyat terlibat untuk menentukan pejabat-pejabat politik.12  

 

C. Konsep Keimigrasian

Keimigrasian sebagaimana yang ditentukan di dalam Bab 1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di Indonesia. Hukum Keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara.13 Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi negara.

Untuk menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional,                                                                                                                          

12 Asshiddiqie, Jimly, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ichtiar Van Hoeve, Jakarta, 1994, hal 110

13 Kusumaatmadja, Mochtar, dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, PT Alumni, Edisi II, Cetakan I, Bandung 2002, hal 86

(12)

maka Pemerintah Indonesia telah menetapkan prinsip, tata pelayanan, tata pengawasan atas masuk dan keluar orang ke dan dari wilayah Indonesia sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Imigrasi termasuk salah satu instansi pemerintah, yang salah satu kegiatannya memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan dalam hal memberikan segala perizinan keimigrasian berupa Visa, Izin masuk, pendaftaran orang asing, izin masuk kembali, izin keluar tidak kembali, Surat Perjalanan Republik Indonesia, tanda bertolak, tanda masuk, surat keterangan keimigrasian dan perubahan keimigrasian.Tempat-tempat pelayanan keimigrasian, meliputi bidang atau sub bidang imigrasi pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, di perjalanan dalam pesawat udara, maupun kapal laut, tempat pemeriksaana imigrasi, Kantor Imigrasi, Bidang Imigrasi pada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM, serta Direktorat Jenderal Imigrasi.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-

(13)

prinsip hukum,14 maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis. penelitian deskriptif analitis,15 yang dimaksudkan yaitu dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dirumuskan dengan hasil penelitian kepustakaan, dimungkinkan untuk dapat mendeskripsikan berbagai temuan baik melalui penelitian empiris maupun penelitian kepustakaan dan data yang diperoleh akan dianalisis dan dikaji dalam suatu sistem penulisan yang terstruktur, sehingga dengan hasil didiskrisi tersebut akan ditarik kesimpulan dan dilengkapi dengan saran-saran.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach), Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

4. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan yaitu sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.  16

                                                                                                                         

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Perdana Media Group, Edisi Pertama, Jakarta, 2005 Cetakan Ke Empat, hal 35

15 Roni Hanitjo Soemitro, metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1980, hal.12

16 Baher Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, , C.V. Mandar Maju, Bandung 2008 hal 92

(14)

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan serta yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, yakni :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008

Tentang Wilayah Negara

b. Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan hukum yang berhubungan erat dengan bahan hukum primer, antara lain :

1. Buku-buku perpustakaan yang menjadi referensi utuk menunjang penulisan skripsi ini

2. Karya ilmiah para Sarjana Hukum 3. Dokumen-dokumen

4. Hasil-hasil penelitian hukum

c. Bahan Hukum Tesier, yakni bahan-bahan hukum yang memberikan informasi maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu :

1. Internet

2. Majalah hukum

(15)

5. Teknik Pengumpulan dan Analisa Bahan Hukum

a. Semua bahan hukum baik primer, sekunder dan tersier dikumpulkan diinventarisir dan dikelompokan menurut bagianya masing-masing selanjutnya dihubungkan antara satu dengan yang lainnya guna memperoleh tahap sinkronisasi.

b. Analisa Bahan Hukum

Semua bahan hukum yang telah terkumpul dan telah tersinkronisasi, bahan huukum tersebut kemudian dikualifikasi dan disususn dengan sistematis, selanjutnya dikaji dan dianalitis secara kualitatif guna menjawab permasalahan yang diangkat dalam penulisan.17

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari IV (empat) bab yaitu Bab I yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai pengertian dan ruang lingkup kedaulatan negara dan ruang lingkup hukum keimigrasian. Bab III merupakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyelesaian pelanggaran perbatasan menurut hukum keimigrasian.

Bab IV yang berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

                                                                                                                         

17 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, , Jakarta, 1998, Rineka Cipta hal 124

Referensi

Dokumen terkait

Analysis using SEM (AMOS) shows several findings: compensation fairness affects psychological meaningfulness; fairness compensation has no effect on