BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hipertensi dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan “darah tinggi” karena kondisi ini memang mengindikasikan tingginya tekanan darah.
Tekanan darah sendiri dapat dibagi menjadi tekanan sistol (tekanan di pembuluh darah saat jantung memompa darah) dan diastol (tekanan di pembuluh darah saat jantung dalam keadaan istirahat). Hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan sistol terukur ≥140 mmHg atau tekanan diastol terukur
≥90 mmHg (WHO, 2019).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2019), 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi medis dengan prevalensi tinggi. Kasus hipertensi global diestimasi sebesar 22% dari total populasi dunia.Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar antara 6-15%.
Hal ini karena penderita hipertensi biasanya tidak memiliki gejala apapun, atau memiliki gejala yang ringan. Hipertensi cenderung merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, dan organ lainnya.
Seseorang akan lebih rentan mengalam hipertensi apabila terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit hipertensi. Selain itu, seseorang berusia di atas 65 tahun dan mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes dan gangguan ginjal juga berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi. Faktor risiko
hipertensi yang bisa kita kontrol dapat hadir dari pola makan yang tidak sehat, gaya hidup sedenter, konsumsi rokok dan alkohol, serta obesitas. (WHO, 2019).
Hipertensi juga dikenal sebagai salah satu “silent killer” yang kerap tidak disadari oleh penderitanya karena tidak bergejala. Akan tetapi, gejala seperti pusing, mimisan, detak jantung tidak normal, pandangan kabur, dan telinga yang berdenging dapat terjadi apabila hipertensi sudah pada tahap yang lebih parah. Apabila tidak terkontrol, hipertensi berpotensi menimbulkan sakit dada, serangan jantung, stroke, bahkan kematian mendadak.
Seseorang dengan hipertensi pada umumnya tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena tidak adanya tanda dan gejala klinis yang dirasakan seperti tengkuk terasa tegang dan nyeri kepala walaupun tekanan darah di atas normal. Hipertensi yang tidak disadari dan tidak segera ditangani ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi hingga dapat berakhir dengan kematian. Hal ini membuat hipertensi sering dijuluki sebagai “The Silent Killer” (Sita, Budiyono, & Mustayah, 2019).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita hipertensi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Depkes RI (2018) juga menyatakan bahwa penyakit hipertensi menduduki urutan ke-3 sebagai penyakit penyebab kematian dengan mencapai angka 6,7% dari populasi kematian di Indonesia. Keadaan tekanan darah yang tidak normal dan tidak segera ditangani dapat meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas.
Meningkatnya dan menurunnya nilai tekanan darah dapat berpengaruh pada homeostatis dalam tubuh. Karena tekanan darah sebagai daya dorong untuk darah agar tetap mengalir di dalam arteri, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah aliran darah yang menetap. Kemenkes (2018) menyatakan bahwa tekanan darah yang meningkat dalam jangka waktu yang lama dan menetap dapat menyebabkan rusaknya fungsi dari jantung, otak, dan ginjal apabila terus dibiarkan dan tidak mendapat pertolongan (Wijayantiningrum, Zakiyah, & Soemah, 2019).
Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi berkelanjutan, terdapat tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan penatalaksanaan non-farmakologi berupa terapi seperti terapi daun salam, daun seledri, diet DASH, adapun terapi relaksasi seperti deep breathing dan guided imagery. Terapi Guided Imagery atau imajinasi terbimbing. Dimana sasaran dari terapi ini yaitu dengan menurunkan tingkat stress pada pasien. Terapi Guided Imagery dilakukan dengan mengharuskan seseorang untuk membayangkan suatu hal yang dapat membuat perasaan menjadi senang. Sehingga seseorang tersebut dapat fokus pada hal yang disukai dan mengabaikan masalah kesehatan yang diderita yaitu tekanan darah yang tidak normal (Setyani Iko, Arifianto, & Rohana, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang (2021), tentang “Penerapan Terapi Relaksasi Guided Imagery Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Ruang Penyakit Jantung RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro tahun 2021” didapatkan hasil tekanan darah sebelum penerapan relaksasi guided imagery pada responden I yaitu 160/90 mmHg dan responden
II yaitu 173/101 mmHg. Tekanan darah setelah dilakukan penerapan relaksasi guided imagery selama 3 hari mengalami penurunan yaitu pada responden I menjadi 130/80 mmHg dan responden II menjadi 153/92 mmHg.Dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi Guided Imagery tekanan darah tinggi pasien mengalami perubahan dan penurunan.
Survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneneliti di RSUD Kota Bandung diperoleh data pasien hipertensi rawat jalan total pada bulan April-Juni 2020 terdapat 246 pasien, sedangkan rata-rata pasien hipertensi perbulan sebanyak 83 orang. Perawat menyatakan bahwa belum pernah menerapkan terapi relaksasi Guided Imagery sebagai penatalaksanaan non farmakologi untuk pasien dengan hipertensi.
Dari data tersebut penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah akhir ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Guided Imagenery Pada Tn.M Dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman dan Diagnosa Medis Hipertensi Di Ruang Flamboyan RSUD Ujung Berung Kota Bandung ”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Relaksasi Guided Imagenery Pada Tn.M Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Ruang Flamboyan RSUD Ujung Berung Kota Bandung”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan terapi relaksasi guided imagenery dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman dan diagnosa medis hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada klien dengan masalah gangguan rasa nyaman
b. Memaparkan hasil Analisa dan keperawatan pada klien dengan masalah ganguan rasa nyaman
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan masalah gangguan rasa nyaman
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan masalah gangguan rasa nyaman
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada pada klien dengan masalah gangguan rasa nyaman
f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan yang dilakukan dengan masalah gangguan rasa nyaman
3. Manfaat Penelitian
Melalui Laporan kasus ini diharapkan dapat diperoleh manfaat dalam berbagai hal, sebagai berikut :
a. Manfaat Keilmuan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang terapi relaksasi guided imagery pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
b. Manfaat Aplikatif
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1) Bagi Pengembangan Ilmu Profesi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu terapan dalam bidang keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit Hipertensi serta meningkatkan pengetahuan perawat terutama dalam Asuhan Keperawatan pemberian terapi relaksasi guided imagery pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
2) Bagi Keluarga Klien
Diharapkan penelitian ini menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga untuk mengetahui khasiat terapi relaksasi guided imagery pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
3) Bagi Penulis
Melatih penulis untuk menyusun hasil pemikiran, asuhan keperawatan, dan penelitian yang telah dilakukan yang selanjutnya dituangkan kedalam Karya Ilmiah Akhir Ners dengan cara-cara yang
lazim digunakan oleh para ilmuan dalam dunia ilmu pengetahuan.
4) Bagi Layanan Kesehatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi di Layanan Kesehatan mengenai Asuhan Keperawatan pemberian terapi relaksasi guided imagery pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.