1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pencernaan manusia berfungsi memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sel yang mudah dicerna oleh tubuh. Sistem perncernaan meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus, selain itu prankreas, hati dan kandung empedu termasuk sistem pencernaan. Gangguan saluran pencernaan ini disebabkan oleh banyak hal seperti kelainan asupan, gangguan absorpsi, gangguan struktur lainnya, serta pola makan yang tidak benar dan tidak sehat dapat menjadi penyebab dari timbulnya gangguan saluran pencernaan penyakit gangguan sistem pencernaan diantaranya sariawan, gastritis, prankreastitis, ulkus duodenum, kanker usus, apendiksitis, sembelit, hemoroid. Salah satunya penyakit pada saluran cerna bagian kandung empedu yaitu colelitiasis dan coledoktiasis (Emidicine,2011).
Colelitiasis merupakan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di kandung empedu atau di dalam duktus koledokus atau keduanya. Batu yang terbentuk di kandung empedu disebut dengan colesistolitiasis, sedangkan apabila batu tersebut turun ke dalam saluran empedu ekstrahepatik disebut batu
saluran empedu sekunder atau coledokolitiasis sekunder (Sjamsuhidayat, 2010).
Colelitiasis atau coledoktiasis merupakan adanya batu di kandung empedu atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2010). Menurut Haryono (2012) Colelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolid.
Colelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi masyarakat. Sudah menjadi masalah kesehatan yang penting dinegara barat. Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia. Colelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13.1% adalah pria dan 33.7% adalah wanita yang menderita colelitiasis. Di negara barat penderita colelitiasis banyak ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata – rata usia tersering adalah 40 – 50 tahun dan meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara barat 20% perempuan dan 8% laki – laki menderita colelitiasis dengan usia lebih dari 40 tahun (Cahyono, 2014).
Penyakit colelitiasis menyebabkan 10.000 kematian per tahunnya di Amerika Serikat. Sekitar 7000 kematian dikarenakan komplikasi batu empedu akut seperti pankreatitis. Sekitar 2000 – 3000 kematian lainnya di karenakan
perkembangan penyakitnya menjadi keganasan dan prevelensi tertingi ditemukan pada kota Chilli Amerika Selatan dengan angka kejadian 1,2/100 wanita/tahun (Heuman 2016).
Sedangkan kejadian colelitiasis di negara asia 3% - 15% lebih rendah dibandingkan negara barat. Berdasarkan data terakhir prevelensi di negara Jepang sekitar 3,2%, China 10,7%, India Utara 7,1%, Taiwan 5,0% dan prevelensi terrendah di Asia Tenggara adalah Thailand dan Singapura (Chang et al., 2013). Di Indonesia colelitiasis kurang mendapat perhatian karena sering
sekali asimtomatik sehingga sulit di deteksi atau sering terjadi kesalahan diagnosis (Ginting, 2012).
Di Indonesia baru mendapat perhatian setelah di klinis, sementara publikasi penelitian tentang colelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi colelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76% dan pada laki – laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun.
Sedangkan besar pasien dengan colelitiasis tidak mempunyai keluhan. Resiko peyandang colelitiasis untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil.
Walaupun demikian colelitiasis menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah yang penyulit akan terus meningkat (Cahyono,2014)
Kejadian colelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu
terjadinya colelitiasis belum diketahui karena belum ada studi mengenai hal tersebut (Djumhana, 2010). Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari didapatkan prevelensi kasus colelitiasis sebesar 2,8% dari seluruh kasus bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari (Hakim, 2017).
Kejadian batu empedu di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 85 kasus dengan rentang usia pasien tersering adalah 40 – 50 tahun (Rahmadani 2012).
Di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2010 – 2011 didapatkan sebanyak 101 kasus (Girsang 2013, hlm.1). Menurut Penelitian Ari (2015) Di RSI Yaris Surakarta penyakit colelitiasis masuk kedalam daftar 10 besar, pada bulan Mei 2014 – Mei 2015 terdapat 242 pasien.
Pada pasien yang cenderung menderita colelitiasis akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu.
Peneliti di Jawa Barat mengungkapkan komposisi utama colelitiasis adalah koleterol dan terus bertambah jumlahnya. Menurut penelitian Dani (2012) Di Rumah Sakit Immanuel Bandung di peroleh 192 kasus, dan banyak terjadi pada perempuan usia 40-49 tahun.
Dalam jurnal penelitian Devita (2016) disebutkan bahwa jumlah pasien dengan penyakit colelitiasis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2014 – 2016 terdapat 132 kasus, prevelensi dengan pasien perempuan
60% lebih banyak dari pada laki – laki 40% dengan rata – rata usia pasien yang terdiagnosis penyakit colelitiasis terbanyak adalah lebih dari 40 tahun .
Berdasarkan data dan hasil dari studi pendahuluan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem pencernaan : colelitiasis di ruang kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Penceranaan : Colelitiasis di Ruang Kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung?”.
C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Perawat mampu menerapkan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Colelitiasis Di Ruang Kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Colelitiasis Di Ruang Kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
b. Mampu merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem pencernaan : Colelitiasis di ruang kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Mampu merencanakan intervensi keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem pencernaan : Colelitiasis di ruang kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem pencernaan : Colelitiasis di ruang kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem pencernaan : Colelitiasis di ruang kemuning 5 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1. Manfaat Teoritis
Memberi pengetahuan dan menambah referensi tentang asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan : Colelitiasis.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan colelitiasis.
b. Bagi Tenaga Keperawatan
Semoga hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan colelitiasis.
c. Bagi Pasien dan keluarga
Penulis berharap pasien dan keluarga dapat mengatahui perawatan colelitiasis .