• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, namun masih banyak orang yang melakukan kegiatan merokok, bahkan seseorang mulai merokok dimulai sejak remaja. Aktivitas ini banyak dijumpai pada remaja laki-laki. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan bagi kesehatan dalam berbagai sudut pandang, baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Bahaya yang ditimbulkan akibat rokok sudah banyak diketahui oleh semua orang, tetapi hal ini tidak mengurangi dan hampir setiap saat dapat dijumpai banyaknya orang yang sedang merokok. Bahkan perilaku merokok sudah sangat dianggap suatu hal yang wajar untuk para remaja, khususnya remaja laki-laki. Perilaku merokok pada remaja saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi terjadi pada anak usia remaja karena perilaku ini diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya (Mayenti, 2019).

Remaja dengan perilaku merokok dapat ditemui pada anak sekolah dengan kisaran umur 15-18 tahun, tidak jarang remaja yang masih menggunakan seragam sekolah merokok baik secara terang-terangan ataupun sembunyi- sembunyi (Deve, dkk, 2019). Laki-laki pada usia muda cenderung lebih banyak melakukan kegiatan merokok yaitu usia 15-19 tahun sebesar 57,3%

dan untuk perempuan lebih banyak dimulai pada usia lebih tua yaitu sekitar

(2)

30 tahun keatas sebesar 31,5% (Qodri, dkk, 2016).

Pada tahun 2030 diperkirakan angka kematian akibat rokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, 70% di antaranya adalah berasal dari negara berkembang. Prosentase kematian akibat rokok di negara berkembang adalah sebanyak 50%. WHO (World Health Organitations) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia setelah Cina (390 juta perokok) dan India (144 juta perokok). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010, secara nasional prevalensi perokok yaitu 34,7% atau sebanyak 80 juta penduduk. Sedangkan pada tahun 2013, prevalensi meningkat menjadi 36,3%. Data WHO pada tahun 2011, menyebutkan bahwa perokok tidak saja dilakukan oleh pria, namun juga oleh wanita. Data global menyatakan bahwa 63% pria adalah perokok dan sisanya sebanyak 4,5% adalah perokok wanita. Sedangkan statistik perokok dari kalangan remaja Indonesia, yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0%

remaja wanita adalah perokok.

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Pada saat merokok, seseorang menghisap kurang lebih 4000 bahan kimia yang berbahaya. Bahan berbahaya tersebut adalah nikotin, tar, karbon monoksida, serta bahan kimia beracun lainnya.Nikotin menyebabkan terjadinya ketergantungan atau adiksi.

Tar bersifat karsogenik. Sedangkan karbon monoksida mempunyai afisitas yang sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah menjadi berkurang.

(3)

Terdapat tiga fase klinik penting dalam kecanduan tembakau yaitu:

mencoba, kadang-kadang menggunakan, dan menggunakan setiap hari.

Seperti penggunaan zatzat (substances) lainnya, terdapat beberapa faktor bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok, misalnya faktor psikologi, faktor biologi dan faktor lingkungan. Perilaku merokok yang dinilai merugikan telah bergeser menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktifitas yang bersifat obsesif. Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan.Terkait hal itu, kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan.

Peningkatan konsumsi berdampak pada semakin tingginya penyakit yang diakibatkan oleh rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Pada tahun 2013, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang per hari. Hampir 80% perokok mulai merokok pada usia belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi yang cukup tentang risiko mengenai bahaya adiktif rokok, produk yang dibeli, efek ketagihan, dan dampak pembelian yang dibebankan pada orang lain. Prevalensi perilaku merokok pada laki-laki usia >15 tahun sebanyak 36,3% (angka ini cenderung terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 yaitu sebesar 34,3%). Hasil RISKESDAS pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan bahwa usia merokok pertama kali paling tinggi adalah pada kelompok usia 15-19 tahun. Dampak dari kebiasaan merokok dapat

(4)

dilihat dari berbagai sudut pandang merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Penyakit akibat merokok dalam waktu yang singkat tidak dapat menimbulkan gejala ataupun penyakit, butuh waktu 5 tahun untuk timbulnya efek kronis bagi si perokok, bahaya atau gangguan kesehatan yang timbul antaralain kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, serangan jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK), impotensi, gangguan kehamilan dan janin, penyakit yang timbul akibat paparan asap rokok antara lain infeksi saluran pernafasan, gejala alergi, sakit dada, sakit kepala, mual, radang mata dan hidung, bahkan bisa menyebabkan kematian, beberapa studi penelitian mengidentifikasi rokok memiliki faktor risiko osteoporosis dan patah tulang (Fourtuna & Vestabilivy, 2014). Dampak merokok bukan hanya merugikan diri sendiri dari segi kesehatan melainkan juga merugikan anggota keluarga lainnya, pembelian rokok yang dilakukan oleh kepala rumah tangga berdampak pada berkurangnya pengeluaran rumah tangga dalam hal pemenuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan meskipun hubungan antara pengeluaran rokok dan aspek pengeluaran lainnya secara ekonomi bersifat inelastis (Ginting & Maulana, 2020). Klinik Berhenti Merokok (KBM) adalah upaya pemerintah Indonesia untuk menurunkan jumlah perokok di Indonesia, klinik ini berupaya untuk membatu perokok aktif untuk berhenti merokok berdasarkan tahap demi tahap bersamaan dengan konseling dari tenaga kesehatan terlatih (Devhy, dkk, 2019). Upaya penanggulangan kebiasaan merokok pada remaja yang masih usia sekolah dan bisa dilakukan oleh tenaga pendidik yaitu dilakukan melalui upaya yang bersifat pencegahan diantaranya

(5)

memberi informasi kepada remaja tentang tata tertib dan peraturan sekolah, memberikan informasi tentang bahaya merokok, menganjurkan siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah, kemudian dilakukan upaya bersifat pengentasan yaitu memberi hukuman yang mendidik dan memberikan layanan konseling untuk siswa (Safirah, dkk, 2019). Fungsi keluarga dapat mencegah perilaku merokok yaitu fungsi komunikasi dengan menggunakan komunikasi terbuka dalam menyampaikan pesan, informasi, nasehat, dan motivasi didalam keluarga sehingga dapat mencegah perilaku merokok remaja, serta peran educator tenaga kesehatan perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok pada remaja (Irma & Susanti, 2019). Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosialekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial.

Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2013).

Remaja dapat didefinisikan melalui beberapa sudut pandang yaitu remaja merupakan individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Remaja merupakan individu yang menglami perubahan pada penampilan fisik, maupun perubahan psikologis. Remaja merupakan masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Masa remaja ini merupakan jembatan antara

(6)

masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011). Masa remaja merupakan masa transisi dari anak- anak ke dewasa, banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu perubahan secara fisik yang merupakan gejala primer dari pertumbuhan remaja. Sedangkan perubahan psikologis muncul akibat dari perubahanperubahan fisik remaja tersebut (Sarwono, 2013). Perubahan biologis adalah percepatan pertumbuhan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual yang datang dengan pubertas (Santrock, 2011). Perubahan fisik yang sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tinggi badan yang semakin tinggi, berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki), dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Perubahan fisik tersebut dapat meyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, sehingga dapat berpengaruh pada perubahan psikologi remaja tersebut (Sarwono, 2013).

Berdasarkan haril studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 remaja laki-laki di Rw 07 melalui wawancara, didapatkan hasil bahwa 5 dari 10 orang merupakan perokok aktif Mereka rata-rata merokok lebih dari 10 batang rokok dalam sehari. Berdasarkan temuan-temuan di atas maka maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku merokok pada remaja.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas yang tercantum pada latar belakang maka rumusan masalahnya adalah bagaimana gambaran perilaku merokok pada remaja laki- laki di Rw 07 Kelurahan Padasuka Kota Bandung

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui Gambaran Karakteristik Dan Perilku Merokok Pada Remaja Di RW 07 Kelurahan Padasuka Kota Bandung

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui karakteristik perilaku merokok pada remaja di rw 07 Kelurahan Padasuka

2. Mengetahui perilaku aktif merokok pada remaja di rw 07 Kelurahan Padasuka

3. Mengetahui perilaku pasif merokok pada remaja di rw 07 Kelurahan Padasuka

(8)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman pertama dalam penelitian tentang gambaran karakteristik dan perilaku merokok pada remaja

b. Manfaat Bagi Instansi

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi sumber ilmu keperawatan guna meningkatkan mutu pendidikan terutama pada perilaku merokok.

c. Manfaat masyarakat

Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para remaja dalam perilaku merokok

Referensi

Dokumen terkait

The results of the observation questionnaire analysis given to teachers and students note that in the learning process teachers and students want learning media with

[r]