• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Berdasarkan UUD 1945 pasal 34 ayat 3 bahwa kesehatan merupakan hak asasi dan hak dasar manusia yang harus dipenuhi dan dilindungi oleh pemerintah. Melalui UU kesehatan, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat. Jokowi telah berkomitmen dalam menurunkan tingkat kekurangan gizi pada anak yang dikenal sebagai stunting melalui strategi 5 pilar. Pilar 1 merupakan komitmen dan visi kepemimpinan yang digawangi oleh Setwapres dan TNP2K. Pilar 2 di bawah koordinasi Kominfo dan Kemeskes dalam melaksanakan kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku.

Pilar 3 mencakup konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah dan desa oleh Bappenas dan Kemendagri, serta mencakup kementerian/ lembaga nasional lain. Pilar 4 mencakup gizi dan ketahanan pangan oleh Kementan dan Kemenkes. Dan terakhir pilar 5 mencakup pemantauan dan evaluasi oleh Setwapres dan TNP2K.1

Untuk meningkatkan derajat kesahatan di Indonesia yang utama ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik didaerah pedesaan maupun perkotaan. Serta adanya upaya perbaikan

(2)

kesehatan rakyat antara lain melalui pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, kebersihan dan kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak dan pelayanan kesehatan lainnya.2

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, Insidensi penyakit menular merupakan bahwa penyebab kasus penyakit terbanyak pada anak di bawah lima tahun. Diare, Ispa dan pneumonia adalah salah satu penyumbang penyebab kasus penyakit terbanyak pada balita . Data kejadian diare pada anak umur di bawah 1 tahun sebanyak 9,0% , dan pada anak umur 1-4 tahun sebanyak 46% , sedangkan angka kejadian Ispa terjadi pada dua kelompok umur yaitu kelompok di bawah umur 1 tahun sebesar 7,4%dan kelompok 1-4 tahun sebesar 3,2%, sementara itu angka kejadian pada pneumonia pada anak di bawah umur 1-4 tahun sebanyak 8,3%.3

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Hal ini dikarenakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan.4

Sanitasi Lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya. Sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Upaya sanitasi dasar meliputi sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan penyediaan air bersih.5

(3)

Salah satu penyakit menular yang banyak diderita oleh balita adalah diare Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di masyarakat, penyakit yang berbasis lingkungan terutama karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.Penyakit diare dapat berakibat fatal dan menjadi penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah Tuberculosis (TB) dan Pneumonia.6

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare lainnya antara lain kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak layak, khususnya makanan pendamping ASI. Tindakan pencegahan diare antara lain menjaga kebersihan lingkungan, personal hygiene, pemberian ASI dan gizi secara terus menerus, serta imunisasi.7

Diare dapat ditularkan melalui cairan atau bahan yang tercemar dengan tinja seperti air minum, tangan atau jari-jari, makanan yang disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air tercemar. Kondisi sarana air bersih erat kaitannya dengan pencemaran yang dapat terjadi pada air

(4)

bersih. Oleh karena itu, untuk mencegah pencemaran air bersih ini sarana air bersih yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Memperbaiki sumber air (kualitas dan kuantitas) dan keberhasilan perorangan akan mengurangi kemungkinan tertular dengan bakteri patogen tersebut.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.8

Pengolahan air limbah yang kurang baik dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan masyarakat dan terhadap lingkungan hidup, antara lain menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama diare. Menimbulkan bau yang kurang sedap dan merupakan sumber pencemaran air. Pembuangan air limbah yang dilakukan secara tidak sehat atau tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada permukaan tanah dan sumber air. Dengan demikian untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi air limbah terhadap lingkungan, maka limbah harus dikelola dengan baik, sehingga air limbah tidak menjadi tempat berbiaknya bibit penyakit seperti lalat, tidak mengotori sumber air, tanah dan tidak menimbulkan bau.9

Kota sukabumi merupakan salah satu kota yang memiliki kasus diare terbanyak . Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2020 , diare termasuk 10 besar penyakit tertinggi di Kota Sukabumi . Data 10 besar penyakit tertinggi di kota sukabumi. bahwa jumlah kasus Diare di Kota Sukabumi menduduki peringkat ke 7 terbanyak

(5)

yaitu 11.684 Kasus . Hal ini menunjukan kasus diare di Kota Sukabumi masih cukup tinggi .

Data jumlah kejadian diare pada balita tercatat di puskesmas yang ada diseluruh puskesmas Kota Sukabumi menunjukan bahwa kejadian kasus diare tertinggi ada di Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu sebanyak 3.913 (95.4%) dari jumlah balita 244 balita. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara analisis data diare di Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi terhadap balita, bahwa beberapa balita dapat terkena diare karena kurangnya sumber air bersih dan air bersih yang terkontaminasi.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kualitas air minum dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas selabatu kota sukabumi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis menentukan rumusan masalah dalam penelitian, yaitu ‘’ Apakah ada Hubungan Kualitas Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(6)

Mengetahui hubungan kualitas air minum dengan kejadian diare pada balita di kelurahan selabatu wilayah kerja puskesmas selabatu kota sukabumi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Gambaran kualitas air minum dengan kejadian diare pada balita di kelurahan selabatu wilayah kerja puskesmas selabatu kota sukabumi.

b. Gambaran kejadian diare pada balita di kelurahan selabatu wilayah kerja puskesmas selabatu kota sukabumi.

c. Mengetahui hubungan kualitas air minum dengan kejadian diare pada balita di kelurahan selabatu wilayah kerja puskesmas selabatu kota sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan agar dapat merencanakan kegiatan pendidikan dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat khususnya yang berhubungan dengan ilmu yang mempelajari tentang diare di masyarakat sehingga

(7)

lulusan mahasiswa STIKes DHB diharapkan mampu memberikan kontribusinya dalam pelayanan kesehatan dan memperkaya ilmu kesehatan masyarakat terutama yang bekaitan dengan sarana air bersih khususnya kejadian diare pada balita.

2. Manfaat Bagi Puskesmas Selabatu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi atau masukan dalam rangka pembuatan perencanaan program kerja yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan pada balita, khususnya balita yang mengalami penyakit diare.

3. Manfaat Bagi Ibu Balita

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi atau masukan dalam rangka pembuatan perencanaan program kerja yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan pada balita, khususnya balita yang mengalami penyakit diare.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA berbasis model pembelajaran generatif pada materi listrik dinamis terintegrasi kelistrikan jantung dengan