• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Sebagaimana dikemukakan oleh Yulianti (Nurjanah, kemampuan komunikasi matematis siswa hanya 37,5%” dan Tedjaningrum (Purwanti, 2011:4) “bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah”. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari pencapaian siswa dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) lebih tinggi yaitu (11 siswa) sebesar 30. Faktor penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 2 Rantau Utara khususnya di kelas VIII 2 adalah orang tua yang tidak peduli tentang belajar siswa, lingkungan belajar yang kurang mendukung, motivasi siswa yang kurang, dan model pembelajaran yang digunakan guru kurang beragam.

Faktor dominan penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis adalah model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Terdapat beberapa model pembelajaran, dalam hal ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP, karena taraf pembelajaran sangat terlihat dalam melatih kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memilih judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving terhadap Keterampilan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi SPLDV Kelas VIII di SMPS Toby Bethlehem Medan”.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi SPLDV di kelas VIII SMP. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada dunia pendidikan matematika tentang model pembelajaran pemecahan masalah dan hubungannya dengan komunikasi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika. Komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan atau pemikiran dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa simbol matematika.

Selain itu, menurut Mulyana (2005:3), keterampilan komunikasi adalah suatu proses dengan makna yang berbeda melalui perilaku verbal (kata-kata) dan non-verbal (non-kata).

Model Pembelajaran Problem Solving

  • Pengertian model Pembelajaran problem solving
  • Tahap-tahap model problem solving (Depdiknas, 2008), yaitu meliputi
  • Langkah-langkah Pembelajaran problem solving sebagai berikut
  • Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut

Model pembelajaran pemecahan masalah dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah yang ditemui dalam sains. Pemecahan masalah memerlukan berbagai keterampilan berpikir, antara lain mengamati, melaporkan, mendeskripsikan, menganalisis, mengklasifikasikan, menafsirkan, mengkritik, memperkirakan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Berdasarkan perbedaan pendapat di atas tentang tahapan pemecahan masalah, maka dalam penelitian ini langkah-langkah model pembelajaran pemecahan masalah adalah: 1) merumuskan masalah, 2) menyelidiki masalah, 3) mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan penyelesaian hipotesis. , 4) membuktikan hipotesis, dan 5) menentukan pilihan dan keputusan pemecahan masalah.

Metode substitusi atau substitusi dilakukan dengan menentukan salah satu variabel pada pernyataan variabel lainnya. Metode eliminasi adalah metode untuk menentukan himpunan solusi SPLDV dengan cara menghilangkan (eliminasi) salah satu variabel. Jika variabel yang dipilih memiliki koefisien yang berbeda, seimbangkan terlebih dahulu, lalu hilangkan salah satu variabel menggunakan operasi penjumlahan dan pengurangan.

Pertama, gunakan metode eliminasi untuk mencari salah satu variabel. Setelah nilai variabel diperoleh, maka nilai variabel tersebut disubstitusikan ke dalam salah satu persamaan untuk mendapatkan nilai variabel lainnya. Jadi pengaruh model pemecahan masalah dapat menjadikan siswa lebih aktif dan terampil serta akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Tin Rustini (2008) yang dilakukan di SD Negeri Marga Endah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi menyimpulkan bahwa pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah merupakan strategi yang sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Heru Setyawan (2012) yang dilakukan pada mata pelajaran matematika di kelas VA SD Negeri 5 Metro Pusat juga menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap model pembelajaran problem solver dan rata-rata hasil belajar siswa. untuk setiap siklus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh model pemecahan masalah dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa pada kelas VA SD Negeri 5 Metro Pusat. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini cukup relevan tentang pengaruh model pembelajaran problem-solving terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi SPLDV kelas VIII SMP.

Jadi, keterampilan komunikasi matematis merupakan keterampilan yang penting dan mendasar dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, yang harus dibangun dan dikembangkan oleh siswa untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang ada dan dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai. Dalam model pemecahan masalah, siswa dihadapkan pada permasalahan dunia nyata yang dijadikan konteks belajar siswa, atau dengan kata lain siswa belajar melalui pembelajaran. masalah yang harus mereka selesaikan dalam kelompok kecil jika perlu. Model pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa menguasai materi pembelajaran yang diajarkan adalah dengan menggunakan konsep pembelajaran yang menyajikan materi dengan memaparkan siswa pada masalah yang ingin dipecahkan, termasuk model pembelajaran pemecahan masalah.

Karena model pemecahan masalah mempunyai kelebihan: a) model ini dapat menjadikan pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, b) proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah dengan terampil, c) membantu siswa mentransfer ilmunya memahami permasalahan kehidupan nyata Berdasarkan uraian di atas, diharapkan model pemecahan masalah dapat memberikan peningkatan dan berdampak pada kemampuan komunikasi siswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi SPLDV kelas VIII SMPS Toby Bethlehem T.

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
    • Sampel Penelitian
    • Variabel Bebas (X)
    • Variabel Terikat (Y)
    • Tes (Post-test)
    • Reliabilitas Tes
  • Tingkat Kesukaran
  • Daya Pembeda Soal
    • Menghitung Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku
    • Analisis Regresi
    • Taraf nyata (α) atau taraf signifikan
    • Nilai uji statistik (nilai F 0 ) dengan rumus
    • Prosedur uji statistikanya sebagai berikut
    • Kriteria Pengujian Hipotesis yaitu
    • Formulasi hipotesis
    • Menentukan taraf nyata (α) dan t tabel
    • Menentukan kriteria pengujian
    • Menentukan nilai uji statistik (nilai t)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa, untuk mendapatkan nilai Y diukur dengan bantuan post-test yaitu pada akhir pembelajaran dengan soal esai. Soal tes yang digunakan berbentuk soal uraian, karena tes yang berbentuk uraian dapat mengukur sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa. Uji validitas harus dilakukan untuk menentukan kualitas tes sehubungan dengan apa yang seharusnya diukur.

Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu item pertanyaan perlu diketahui hasil perhitungan dengan rtabel product moment dimana df = n-2 dengan α = 5%. Untuk menentukan signifikan atau tidaknya setiap pertanyaan dapat menggunakan tabel distribusi t dengan dk = n – 2 pada taraf α = 5%. Untuk mengetahui kondisi data penelitian yang diperoleh, dihitung terlebih dahulu besar kecilnya mean (23) dan besar kecilnya simpangan baku (S) dengan menggunakan rumus yaitu:.

Dalam penelitian ini uji linearitas regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah (X) terhadap komunikasi matematis siswa (Y). H0 : Terdapat hubungan linier antara penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Ha : Tidak terdapat hubungan linier antara penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Setelah uji prasyarat selesai, maka dapat dilanjutkan uji koefisien korelasi untuk mengetahui hubungan antara model pembelajaran Problem Solving dengan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy : Koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total n : Jumlah siswa.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara model pembelajaran Problem Solving dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Ha : Terdapat hubungan yang kuat antara model pembelajaran Problem Solving dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tingkat aktual yang digunakan adalah 5%, dan nilai t-tabel mempunyai derajat kebebasan (df) = (n – 2). 3) Menentukan kriteria tes.

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait