• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Dosis vaksin Covid-19 tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi ilegal yang dilakukan oleh Dr. Bagi oknum yang melakukan pelanggaran di masa pandemi Covid-19, seperti yang terkait dengan tindak pidana jual beli vaksin Covid-19 ilegal di wilayah hukum Polda Sumut, patut mendapat hukuman berat hingga diancam. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian yang berjudul “Penyidikan Tindak Pidana Jual Beli Vaksin Secara Ilegal Dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 (Penelitian Polda Sumut)”.

Bagaimana Polda Sumut mengusut tindak pidana jual beli vaksin ilegal dalam penanganan pandemi Covid-19. Apa saja kendala dan upaya pengusutan tindak pidana jual beli vaksin ilegal untuk mengatasi pandemi Covid-19. Untuk mengetahui penyidikan Polda Sumut atas tindak pidana jual beli vaksin ilegal dalam penanganan pandemi Covid-19.

Untuk mengetahui hambatan dan upaya pengusutan tindak pidana jual beli vaksin ilegal untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Manfaat Penelitian

Defenisi Operasional

Menurut ketentuan Pasal 1457 KUH Perdata (KUHPerdata), jual beli adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak menyanggupi untuk menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar harga yang telah diperjanjikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilegal artinya tidak sah, tanpa hak, tanpa izin, tidak menurut hukum. Menurut Pasal 1 Angka 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang Pengendalian Wabah Penyakit Menular dijelaskan bahwa upaya pencegahan adalah segala upaya yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian, membatasi penularan dan penyebaran penyakit. penyakit agar wabah ini tidak menyebar ke daerah lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi adalah wabah penyakit yang menyebar serentak ke mana-mana atau mencakup geografi yang luas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit virus corona 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis virus corona yang baru ditemukan. Ini merupakan varian baru yang disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Disease Coronavirus (SARS-CoV-2), yang menyebabkan gangguan pada kesehatan pernapasan inangnya.

Menurut Pasal 1 ayat (3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, vaksin adalah produk biologi yang mengandung antigen baik berupa mikroorganisme mati maupun hidup yang telah melemah, utuh atau bagian-bagiannya, atau dalam bentuk racun.

Gambaran Tentang Penyidikan 1. Pengertian Penyidikan

Fungsi Penyidikan

Fungsi penyidikan, sebagaimana tugas dan tujuan hukum acara pidana, adalah mencari dan menemukan kebenaran materil. Sesuai dengan tugas hukum acara pidana, maka tugas penyidikan perkara adalah mencari kebenaran materil, yaitu kebenaran menurut fakta yang sebenarnya.” 8. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi penyidikan adalah upaya penyidik ​​untuk mencari dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya fakta dan alat bukti untuk mencapai kebenaran materiil yang diinginkan dan menjamin telah dilakukannya suatu tindak pidana tertentu.

Pengertian kebenaran materiil tertuang dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman Penerapan KUHAP yaitu kebenaran seutuhnya suatu tindak pidana. suatu perkara dengan secara jujur ​​dan cermat menerapkan ketentuan hukum acara pidana untuk mengetahui siapa pelaku yang dapat didakwa melakukan pelanggaran hukum dan kemudian meminta peninjauan kembali dan putusan pengadilan untuk membuktikan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah terdakwa dapat dimakzulkan.

Gambaran Tentang Penyidik

Negara Republik Indonesia atau pejabat tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Dalam Pasal 6 KUHAP ditegaskan bahwa yang termasuk penyidik ​​yang mengingat kata-kata dalam Pasal 1 Angka 1 sebagaimana disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Menurut ketentuan KUHAP § 6 ayat 1 huruf a disebutkan salah satu instansi yang berwenang melakukan penyidikan adalah kepolisian negara.

Persyaratan kepangkatan yang memungkinkan seorang perwira polisi negara menjadi penyidik ​​diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1983 tentang Penerapan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Penyidik ​​​​negara (selanjutnya disebut PPNS) adalah pejabat di luar kewenangan kepolisian yang menurut KUHAP berwenang melakukan penyidikan yang berkaitan dengan perkara pidana. Huruf b ayat pertama Pasal 6 KUHAP menegaskan bahwa pegawai negeri sipil mempunyai fungsi dan wewenang penyidik.

Berdasarkan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya, PPNS dapat dibentuk di lingkungan instansi pemerintah tertentu, seperti bea cukai, imigrasi, kehutanan, direktorat jenderal hak kekayaan intelektual dan sebagainya. Jadi jika dilihat lebih jauh dari segi kelembagaan, PPNS bukanlah lembaga bawahan kepolisian yang merupakan bagian dari sistem peradilan pidana. Sebagaimana dalam sistem peradilan pidana Indonesia, terdapat 5 (lima) lembaga subsistem peradilan pidana sebagai Panca Wangsa penegakan hukum, yaitu lembaga kepolisian, kejaksaan, lembaga peradilan, lembaga pemasyarakatan dan pengacara.

Meskipun PPNS merupakan lembaga di luar subsistem peradilan pidana yang mempunyai kewenangan melakukan penyidikan, namun hal tersebut tentu tidak boleh bertentangan dengan berfungsinya sistem peradilan pidana yang ada.

Kewenangan Penyidik

Penyidik ​​diberi kewenangan untuk memberitahukan kepada penuntut umum pada permulaan penyidikan suatu tindak pidana dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) sesuai dengan Pasal 109 ayat (1) KUHAP. Setelah alat bukti terkumpul dan tersangka telah ditemukan, kemudian dinilai secara cermat apakah cukup bukti untuk diajukan kepada penuntut umum atau tampak tidak dilakukan tindak pidana, maka penyidikan dihentikan dengan operasi. hukum . Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (3) KUHAP, setelah penyidikan selesai, penyidik ​​diberi kuasa untuk melimpahkan berkasnya kepada penuntut umum, yang peralihannya dilakukan dalam dua tahap, yaitu.

Tahap kedua, jika penyidikan dianggap selesai, penyidik ​​menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Gambaran Tentang Tindak Pidana Jual Beli Vaksin Covid-19 Secara Ilegal

  • Pengertian Tindak Pidana Jual Beli Vaksin Covid-19 Secara Ilegal
  • Unsur-Unsur Tindak Pidana
  • Tindak Pidana Umum dan Tindak Pidana Khusus a. Tindak Pidana Umum
  • Gambaran Umum Tentang Perbuatan Berlanjut (Voortgezette handeling)

Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka jual beli vaksin covid-19 secara ilegal merupakan tindak pidana korupsi. Peristiwa jual beli vaksin secara tidak sah memenuhi tanda-tanda tindak pidana korupsi, yaitu upaya memperkaya atau mengambil keuntungan, penyalahgunaan wewenang untuk memperoleh keuntungan. Sementara Indra Wirawan dan Kristinus Saragih didakwa sebagai penerima suap berdasarkan Pasal 12 huruf a dan b dan/atau Pasal 5 alinea kedua dan/atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tipikor.

Jika kita menganalisis teori yang dikemukakan oleh Simons juga mengenai unsur-unsur tindak pidana, yaitu adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari tindak pidana (punishability). Sedangkan unsur subjektif adalah segala unsur yang berhubungan dengan pikiran atau melekat pada pikiran seseorang.19 Teori ini memenuhi unsur-unsur tindak pidana jual beli vaksin Covid-19 yang termasuk unsur tindak pidana korupsi. Menurut Hamdan Zoelva, ada beberapa kata kunci yang merupakan unsur tindak pidana yang harus dikaji, yaitu kata.

Dengan demikian, perkara pidana jual beli vaksin Covid-19 telah memenuhi unsur-unsur tersebut di atas. Tindak pidana umum merupakan tindak pidana yang pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang terdiri atas tindak pidana dan pelanggaran ringan, yaitu sebagai berikut. Perbuatan tersebut dianggap sebagai tindak pidana oleh masyarakat karena undang-undang mengancamnya dengan sanksi pidana.

Tindak pidana khusus adalah tindak pidana atau pelanggaran yang diatur di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Dasar penerapan tindak pidana khusus adalah KUHP diatur dalam Pasal 103, yaitu ketentuan Bab I sampai dengan Bab VIII buku ini berlaku pula terhadap tindak pidana yang diancam dengan ketentuan hukum lain, kecuali apabila. Tindak pidana khusus meliputi pelanggaran hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jadi, tindak pidana jual beli vaksin Covid-19 ilegal yang terjadi di wilayah hukum Polda Sumut merupakan perbuatan yang berkelanjutan.

Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Hukum Islam

  • Al-Qur’an Surah Yunus Ayat 57
  • Surah Al-Baqarah Ayat 155-156
  • Al-Qur’an Surah Asy-Syura Ayat 30
  • Makna Hadits Nabi Muhammad SAW Tentang Pandemi Sumber Hukum Islam yakni Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ Ulama
  • Kajian Ulama Tentang Pandemi

Surah Al-Baqarah Ayat 155, Wa lanabluwannakum bisyai-im minal-khoufi wal-juu'i wa naqshim minal-amwali wal-anfusi wassamaroot, wabasyirish-shoobirin. Maksudnya dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Surah Al-Baqarah Ayat 156, "Allaziina izaa ashoobathum mushiibah, qolu innalillahi wa inna ilaihi raaji'un." Maksudnya (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-Nya kami kembali.

Bahwa berbagai macam musibah menimpa manusia sebagai ujian dalam hidup di dunia, yaitu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Ketakutan yang dimaksud, yang merepresentasikan pandemi atau wabah penyakit menular yang tidak kasat mata, tentu menjadi hal yang ditakuti masyarakat. Pandemi Covid-19 sebagai wabah penyakit menular merupakan bencana bagi seluruh umat manusia yang terjadi karena ulah manusia yang selalu melakukan perbuatan yang menentang kebenaran dan memelihara kebatilan.

Arti hadis Nabi Muhammad SAW tentang pandemi. Sumber Hukum Islam yaitu Al-Quran, Hadits, Ijma' Ulama. Sumber Hukum Islam yaitu Al-Quran, Hadits, Ijma' Ulama dan Qiyas. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW bahwa dalam sebuah wadah, kelompok manapun dilarang meninggalkan tempat tersebut dan orang lain juga dilarang mengunjungi komunitas tersebut untuk mencegah penularan virus atau penyakit. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa Islam mengatur agar umat manusia mengetahui bahaya mewabahnya penyakit menular dan cara mencegah penyebarannya.

Beliau mengatakan bahwa orang fasik adalah orang yang berdurhaka, ingkar janji, dan menyimpang dari jalan petunjuk, rahmat dan ampunan-Nya. Menurut Ibnu al-Jauzi yang dikutip oleh al-Hanbali, jika dunia tidak menjadi daerah bencana, maka penyakit tidak akan menyebar di dalamnya, tidak akan pernah ada penderitaan yang menimpa para nabi dan umat pilihan.25 Bencana non alam seperti sebagai pandemi atau wabah penyakit Infeksi sudah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Banyak sumber hukum Islam yang memberikan penjelasan mengenai bencana non alam, khususnya penyakit menular, dan cara penanggulangannya.

Referensi

Dokumen terkait