• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Apakah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Mempengaruhi Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Pada Pembelajaran Relasi dan Fungsi Kelas VIII di Desa Sukarame Baru. Seberapa Besar Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Pada Pembelajaran Relasi Dan Fungsi Di Kelas VIII Desa Sukarame Baru. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran dimana guru memberikan atau memberikan petunjuk/bimbingan secara luas kepada siswa.

Tujuan umum model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan lainnya, seperti bertanya dan menemukan (mencari) jawaban yang bersumber dari rasa ingin tahunya. Pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai 6 ciri, yaitu: (1) Siswa aktif belajar dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman, (2) Siswa aktif belajar membangun apa yang telah diketahuinya, (3) Siswa lebih mengembangkan daya berpikir. melalui bimbingan atau bimbingan dalam proses pembelajaran, (4) Perkembangan siswa terjadi melalui serangkaian langkah, (5) Siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru hanya memberikan instruksi kepada siswa seperlunya saja.

Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan penuntun agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Guru memotivasi seluruh siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya agar dapat digunakan oleh seluruh siswa di kelas.

Ciri utama pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menuliskan percobaannya dalam suatu media pembelajaran dan menyajikan hasil penanganan data yang dikumpulkan. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Strategi ini dinilai sejalan dengan perkembangan psikologi pembelajaran modern yang menganggap belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman.

Keunggulannya adalah strategi pembelajaran ini dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang mempunyai kemampuan belajar yang baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Terkadang pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama, sehingga sering kali guru kesulitan menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.

Selama kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diterapkan oleh guru mana pun.

Tabel 2.2 Sintaks Operasional Pembelajaran Inkuiri Terbimbing  Fase
Tabel 2.2 Sintaks Operasional Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase

Berpikir Kreatif

Menurut Potur & Barkul (Suardipa mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kemampuan kognitif asli dan proses pemecahan masalah yang memungkinkan individu menggunakan kecerdasannya dengan cara yang unik dan diarahkan pada suatu hasil. Kemampuan kognitif asli ini menekankan pada kemampuan kognitif seseorang dalam menciptakan sesuatu. unik, unik, berbeda dengan apa yang dimiliki orang lain Menurut de Bono (Suardipa), kemampuan berpikir kreatif siswa memungkinkan mereka memiliki banyak cara atau alternatif pemecahan suatu masalah.

Walaupun terlalu banyak cara terkadang menyulitkan untuk sampai pada hasil akhir, namun memilih banyak pilihan akan memudahkan siswa mencapai tujuannya dibandingkan dengan siswa yang sebenarnya tidak mempunyai cara untuk sampai pada solusi dari permasalahan yang harus dipecahkan. Berpikir kreatif merupakan kunci berpikir untuk merancang, memecahkan masalah, melakukan perubahan dan perbaikan, hingga memperoleh ide-ide baru. Sedangkan menurut Al-Khalili (Suardipa, individu yang kreatif mampu memberikan kita pemikiran-pemikiran baru tentang permasalahan yang dihadapinya atau yang kita hadapi, baik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun yang berkaitan dengan studi praktik.

Melalui berpikir kreatif, siswa juga diharapkan mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kreativitas yang dapat diartikan sebagai cara berpikir untuk berubah. Ciri-ciri kognitif (bakat) kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Sedangkan atribut kreativitas nonkognitif (non-aptitude) meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.

Siswa yang kreatif dalam berpikir untuk memecahkan masalah merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran matematika.

Berpikir Matematis

Berpikir Kreatif Matematis

Tahap–Tahap dan Indikator Berpikir Kreatif Matematis

Kemudian Siswono (A'ini juga mengembangkan tingkat kemampuan berpikir kreatif ini, terdiri dari lima tingkatan, yaitu berpikir kreatif tingkat 4 (sangat kreatif), berpikir kreatif tingkat 3 (kreatif), berpikir kreatif tingkat 2 (cukup kreatif), berpikir kreatif tingkat 1 (kurang kreatif) dan berpikir kreatif tingkat 0 (tidak kreatif) Perak (A'ini memberikan indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa mengacu pada kelancaran, fleksibilitas dan kebaruan melalui pemecahan masalah. Siswa dikatakan fasih dalam penyelesaian matematika masalah, jika siswa mampu memecahkan masalah dengan berbagai penafsiran, cara memecahkan atau menjawab masalah.

Analisis kemampuan berpikir kreatif ini diperoleh dari instrumen tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan kepada siswa SMA, yang didasarkan pada indikator (1) berpikir lancar (2) berpikir fleksibel (3) berpikir orisinal (4) berpikir komprehensif. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kreatif berdasarkan indikator yang telah ditentukan.

Penelitian Yang Relevan

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan diperoleh kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kreatif tidak dapat muncul dengan sendirinya, namun memerlukan latihan, dan guru harus mampu melatih dan menyempurnakan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran yang membuka permasalahan sehari-hari yang tidak rutin.

Sedangkan permasalahan non-rutin adalah permasalahan yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan penyelesaiannya, tidak hanya penggunaan rumus dan teori saja. Berenson (Arifani, dkk. menyatakan bahwa “masalah terbuka adalah suatu jenis masalah yang mempunyai banyak penyelesaian dan banyak cara penyelesaiannya.” Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini berhipotesis bahwa terdapat pengaruh Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada keterampilan berpikir kritis matematika pada relasi dan fungsi untuk kelas VIII di desa Sukarame Baru.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sampel

Variabel Penelitian

Variabel bebas

Variabel terikat (Y)

Sugiono menyatakan bahwa “Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filosofi positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis dan data bersifat kuantitatif/statistik secara berurutan. untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan". “Metode penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap perlakuan lain dalam kondisi terkendali” (Sugiyono, 2016:72). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (kelas eksperimen).

Desain penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Menarik kesimpulan terhadap data berdasarkan kesamaan data/proses dan melakukan perhitungan, namun masih banyak kesalahan (tidak lebih dari 1 kesalahan). Pembentukan kesimpulan umum tidak didasarkan pada banyaknya data observasi dan melakukan perhitungan, namun masih banyak kesalahan (2 kesalahan atau lebih). Menarik kesimpulan umum berdasarkan banyak data yang diamati dan melakukan perhitungan dengan kesalahan minimal (tidak lebih dari 1 kesalahan).

Melakukan perhitungan tidak berdasarkan rumus atau aturan matematika yang berlaku, namun masih banyak kesalahan (2 kesalahan atau lebih). Melakukan perhitungan berdasarkan rumus atau aturan matematika yang berlaku, namun masih terdapat kesalahan kecil (tidak lebih dari 1 kesalahan).

Analisis Uji Kelayakan Instrumen

Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara akurat. Tujuan pengujian validitas soal ini adalah untuk mengetahui apakah seluruh item soal yang diuji dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut cukup reliabel untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut baik, tidak bias (sepihak) dan dapat dipercaya, datanya benar dan sesuai dengan kenyataan, sehingga tidak dapat dipercaya. tidak peduli berapa kali pun diuji, hasilnya akan tetap sama."

Untuk menginterpretasikan nilai reliabilitas permasalahan, harga dibandingkan dengan harga kritis r tabel Product Moment dengan α = 5%. Soal yang terlalu mudah tidak akan mendorong siswa untuk meningkatkan usahanya dalam menyelesaikannya, dan sebaliknya, soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan kurang semangat untuk mencoba lagi karena tidak mungkin tercapai. Daya pembeda suatu soal adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.

Jika suatu soal dapat dijawab dengan benar oleh seluruh siswa, maka soal tersebut kurang baik karena tidak mempunyai ciri-ciri. Begitu pula jika semua siswa tidak dapat menjawab suatu pertanyaan, maka pertanyaan tersebut juga tidak baik. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang baik.

97: jumlah peserta kelompok atas yang menjawab pertanyaan dengan benar 92: jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab pertanyaan dengan benar 67: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Tabel 3.4 Kriteria untuk Menguji Reliabilitas
Tabel 3.4 Kriteria untuk Menguji Reliabilitas

Teknik Analisis Data

  • Mentabulasi Data
  • Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Data
  • Nilai uji statistik (nilai F 0 ) dengan rumus
  • Prosedur uji statistiknya sebagai berikut

Ambil nilai mutlak terbesar antara tanda mutlak selisih F(E) – S(E), nilai terbesar ini disebut NO, kemudian harga NO tersebut dibandingkan dengan nilai N yang diambil pada daftar kritis uji Liliefors dengan taraf α = 0,05 kriteria pengujian adalah menerima data berdistribusi normal jika N > NO, jika tidak maka hipotesis ditolak. Dalam penelitian ini uji regresi linieritas digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (Y). Untuk mengetahui suatu koefisien linier atau tidak, Anda dapat mengetahuinya dengan menghitung Fhitung menggunakan rumus.

H0 : Tidak terdapat hubungan linier antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Ha : Terdapat hubungan linier antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. H0 : Tidak terdapat hubungan linier antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Ha : Terdapat hubungan linier antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setelah uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilanjutkan uji koefisien korelasi untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini adalah terkait ada/tidaknya pengaruh variabel independen.

Hipotesis nol (H0) menyatakan koefisien korelasi tidak bermakna/signifikan, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan koefisien korelasi signifikan/signifikan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji f (Uji Simultan) untuk melihat apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 3.7 Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y
Tabel 3.7 Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y

Referensi

Dokumen terkait