BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Xilitol dapat diperoleh dengan hidrogenasi xilosa dengan memanfaatkan limbah seperti limbah dari produksi minyak kelapa sawit (Hafyan et al., 2019).
Indonesia terkenal sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2006 mengalahkan Malaysia (Rochmat et al., 2018). Indonesia merupakan negara yang paling luas areal perkebunan kelapa sawitnya dan juga merupakan penghasil terbesar produk kelapa sawit. Semakin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit dan meningkatnya kegiatan industri pengolahan sawit maka potensi limbah padat kelapa sawit juga akan semakin besar (Faisal dkk., 2010). Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan tiap tahunnya, untuk Pulau Sumatera mengalami peningkatan dari tahun 2014 yaitu 20.115.744 ton hingga 25.719.728 ton pada tahun 2019. Provinsi Riau adalah kontributor terbesar dari Pulau Sumatera, yaitu sebesar 8.864.883 ton pada tahun 2019 (Direktorat Jendral Perkebunan Kelapa Sawit, 2019).
Tiap ton produksi kelapa sawit, dapat menghasilkan limbah padat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 23% (Trisakti et al., 2015). Berdasarkan literatur tersebut dapat dikonversikan jumlah TKKS di Pulau Sumatera adalah sebanyak 5.915.537 ton, dan di Provinsi Riau sebanyak 2.038.923 ton pada tahun 2019. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit menigkat seiring waktu. Peningkatan produksi kelapa sawit tiap tahun menyebabkan peningkatan limbah padat yang dihasilkan khususnya tandan kosong kelapa sawit yang mengharuskan pabrik memaksimalkan pengolahan limbah untuk memperkecil angka pencemaran.
Sebanyak 20-25% dari jumlah limbah tandan kosong kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik pengolahan kelapa sawit, sisanya sebanyak 75-80% dibiarkan menumpuk begitu saja di tempat penampungan (Faisal dkk., 2010). Oleh karena itu, dari jumlah limbah TKKS 2.038.923 ton/tahun yang dihasilkan pada Provinsi Riau, sekitar 1.529.192 ton/tahun TKKS
I-1
belum termanfaatkan. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan penanganan dalam pemanfaatan TKKS untuk mengurangi jumlah limbah padat, serta untuk meningkatkan nilai ekonomi dari TKKS.
Menurut Ullmann (2000) TKKS memiliki kadar pentosan yang cukup tinggi yaitu sekitar 26%, sehingga TKKS sangat berpotensi dijadikan sebagai bahan baku pembuatan xilitol. Menurut Utari (2012) dengan konversi reaksi 96%, maka pengolahan TKKS yang belum termanfaatkan pada Provinsi Riau dapat menghasilkan xilitol sebanyak 381.686 ton/tahun. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi produsen xilitol.
Xilitol merupakan gula dengan tingkat kemanisan 80-100 pesen sukrosa (BPS, 2015). Xilitol adalah pemanis poliol yang rendah kalori, sehingga dapat digunakan dengan aman oleh penderita diabetes dan dianggap sebagai agen anti kanker. Oleh karena itu, xilitol banyak digunakan dalam industri makanan dan perawatan kesehatan (Manjarrés et al., 2017). Di negara maju, xilitol digunakan dalam permen karet, tablet hisap, permen, cokelat, es krim, roti, saus, minuman, obat-obatan, dan produk kesehatan gigi. Di Indonesia, xilitol digunakan dalam pembuatan wafer, suplemen obat, permen, dan pasta gigi (Lubis, 2010).
Xilitol (C5H12O5) terdapat secara alami pada buah dan sayuran termasuk stroberi, buah plum, selada, wortel, tongkol jagung, dan jamur (Nasution, 2013).
Di dalam tubuh manusia, xilitol diproduksi sebagai bagian dari metabolisme normal sebanyak 10-15 gram per hari (BPS, 2015).
Pasar global untuk xilitol pada tahun 2013 mencapai 161.500 ton yang bernilai 670 juta dolar AS (Rp. 8,71 triliun) dan diprediksi akan mencapai 242.000 ton dengan nilai 1 milyar dolar AS (Rp. 13 triliun) pada tahun 2020 (Nurwahyu, 2010). Indonesia saat ini masih mengimpor xilitol (sekitar 30.000 ton/tahun pada tahun 2015) dari negara Amerika Serikat, negara-negara di Eropa, Cina, India, dan Jepang untuk keperluan beberapa industri (Lubis, 2010).
Mengingat belum adanya produsen xylitol di Indonesia, maka produk yang dihasilkan dari pabrik xilitol yang dirancang ini diorientasikan untuk pasar dalam negeri dan luar negeri dengan kapasitas produksi 242.000 ton/tahun. Dengan orientasi ke pasar ekspor maka diharapkan hasil penjualan yang diperoleh bisa menambah devisa bagi negara.
I-2
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Didasari oleh upaya penanggulangan limbah padat tandan kosong kelapa sawit, juga didasari oleh belum adanya produsen xilitol di Indonesia, dan melihat potensi pasar global, maka perlu dirancang sebuah pabrik xilitol dari limbah TKKS di Provinsi Riau untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri.
1.3 TUJUAN PERANCANGAN
Tujuan perancangan pabrik xilitol dari limbah TKKS adalah untuk mengaplikasikan ilmu teknik kimia yang meliputi neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia, utilitas dan bagian ilmu teknik kimia lainnya, juga untuk memenuhi aspek ekonomi dalam pembiayaan pabrik sehingga memberikan gambaran kelayakan prarancangan pabrik xilitol dari limbah TKKS.
1.4 MANFAAT PERANCANGAN
Manfaat pra rancangan pabrik pembuatan pembuatan xilitol dari limbah TKKS sebagai berikut:
a. Hasil pra rancangan pabrik ini diharapkan memberi gambaran kelayakan (feasibility) dari segi rancangan dan ekonomi.
b. Produksi xilitol dari limbah TKKS diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri di masa yang akan datang.
c. Terbukanya lapangan kerja dan memacu rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
I-3