• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi untuk Meningkatkan Mutu Luaran Pendidikan Tinggi di Era Globalisasi

N/A
N/A
Ridwan Acep

Academic year: 2024

Membagikan " Strategi untuk Meningkatkan Mutu Luaran Pendidikan Tinggi di Era Globalisasi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan strategis pendidikan baik karena pengaruh globalisasi ekonomi, revolusi teknologi informasi, maupun perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik ke desentralistik mempunyai implikasi terhadap proses pendidikan tinggi. Implikasinya adalah tuntutan dan sekaligus tantangan untuk meningkatkan mutu luaran pendidikan.

Kondisi empirik menunjukkan bahwa mutu luaran pendidikan masih sangat memprihatinkan.

Terdapat beberapa faktor strategis yang mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor kurikulum, profesionalisme dosen, dan kemampuan sistem pendukung seperti sarana dan perasarana pendidikan yang terkait dengan kemampuan finansial baik lembaga pendidikan maupun pemerintah.

Diperlukan langkah-langkah strategis untuk memecahkan problema tersebut yaitu dengan mengembangkan kurikulum, kapasitas manajemen program, kapasitas dosen-dosen, kapasitas manajemen finansial, dan prioritas kebijakan pemerintah dalam memperkuat sektor pendidikan.

Menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan strategis pendidikan tersebut, maka pertanyaan fundamental yang harus dijawab adalah sejauh mana lembaga pendidikan tinggi mampu menghasilkan sumber daya

1

(2)

manusia yang bermutu, profesional, dan kompetitif. Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab karena secara nasional Indonesia menghadapi tiga agenda besar masalah pendidikan yaitu masalah mutu dan relevansi pendidikan, manajemen pendidikan, dan masalah pemerataan pendidikan (Umar, 2004:25). Masalah mutu pendidikan yang rendah masih tetap menjadi agenda penting. Bahkan, mutu pendidikan yang rendah dinilai sebagai salah satu penyebab keterpurukan nasional baik keterpurukan moral, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Hasil studi yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2013 terdapat 150 negara menunjukan bahwa kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh. empat faktor utama yaitu (1) innovation and creativity 45%, (2) networking 25%, (3) technology 20%, dan (4) natural resources 10%. Tiga faktor pertama menempatkan sumber daya manusia sebagai faktor yang sangat strategis sekali. Artinya ke depan tuntutan dan kebutuhan utama adalah mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi, kemampuan dalam membangun jaringan kerjasama, kreatif dan inovatif mengembangkan dan mendayagunakan teknologi, dan sekaligus kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya alam yang dimiliki.

Pembelajaran adalah investasi jangka panjang. Guru dan Siswa adalah contoh sebagian kecil input dan atau produk pendidikan di waktu yang lalu yang diperbarui lewat pembelajaran yang berkelanjutan hingga saat ini dengan tingkatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain. Faktor-faktor yang

(3)

berpengaruh terhadap proses pembelajaran baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor eskternal mencakup: guru, bahan ajar, metode, media dan teknologi, budaya belajar dan sistem pembelajaran. Sedangkan faktor internal dalam diri mahasiswa, mencakup motivasi belajar, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, akses informasi, penguasaan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya, dan kesenjangan belajar (Wibawa, 2004).

Sebagai bagian integral dari sistem kegiatan pendidikan, sistem pengajaran merupakan fenomena yang harus diperbaiki dan dikembangkan oleh pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan. Hal ini menyangkut kurikulum, metode, media pengajaran, materi pengajaran, kualitas pengajar, dan lain sebagainya sehingga tercipta sistem pengajaran yang baik dan berorientasi ke masa depan. Dengan demikian perlu dikembangkan prinsipprinsip yang berorientasi pada masa depan, dan menjadikan peserta didik tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga subjek dalam belajar.

Pendidikan tidak lagi berpusat pada lembaga atau pengajar yang hanya akan mencetak para lulusan yang kurang berkualitas, melainkan harus berpusat pada peserta didik sebagai pusat belajar, yang tidak hanya “disuapi”

dengan materi pengajaran dari pengajar, tetapi juga harus memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk bersikap kreatif dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi intelektual yang dimilikinya.

Sistem pengajaran yang baik seharusnya dapat membantu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar mengajar tidak dapat

(4)

sepenuhnya berpusat pada peserta didik seperti pada pendidikan terbuka, tetapi yang perlu dicermati adalah bahwa pada hakekatnya peserta didiklah yang harus belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa.

Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna bagi peserta didik. Pengajar perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta karakteristik peserta didik sebagai subjek-didik.

Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan-keputusan (Winata Putera, 2009 : 86). Sekarang ini pengajar lebih dituntut untuk berfungsi sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan tugas yaitu dalam merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengevaluasi. Keberhasilan dalam belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan pengajar dalam merencanakan, yang mencakup antara lain menentukan tujuan belajar peserta didik, bagaimana caranya agar peserta didik mencapai tujuan tersebut, sarana apa yang diperlukan, dan lain sebagainya. Dalam hal mengatur, yang dilakukan pada waktu implementasi apa yang telah direncanakan dan mencakup pengetahuan tentang bentuk dan macam kegiatan yang harus dilaksanakan, bagaimana semua komponen dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Pengajar bertugas untuk mengarahkan, memberikan motivasi, dan memberikan

(5)

inspirasi kepada peserta didik untuk belajar. Memang benar tanpa pengarahan pun masih dapat juga terjadi proses belajar, tetapi dengan adanya pengarahan yang baik dari pengajar maka proses belajar dapat berjalan dengan lancar.

Banyak faktor yang menyebabkan Prestasi belajar matematika siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

Pengalaman empiris di akhir semester 2 tahun pelajaran 2013- 2014 peserta didik kelas 5 di SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Materi Operasi Hitung Pecahan menggunakan Penerapan pendekatan konvensional diperoleh hasil nilai tertinggi 85, nilai terendah 60, nilai rata- rata 72. Sedangkan siswa yang mencapai nilai di atas atau sama dengan KMM adalah 10 atau (42%) serta 14 siswa atau (58%) masih di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Dalam pembelajaran di semester 2 ini kami akan

(6)

mendesain pembelajaran dengan permainan yang dirancang dengan pembelajaran penerapan pendekatan Pemecahan Masalah yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, di samping itu juga dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar yang aktif, sehingga Prestasi belajar Matematika akan memuaskan dan menggembirakan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis penting untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan memilih judul Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Operasi Hitung Pecahan ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang muncul dan dapat diidentifikasi adalah :

1. Siswa menganggap pelajaran Matematika itu membosankan.

2. Guru masih sering menggunakan cara pengajaran yang monoton.

3. Kurangnya penggunaan metode yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan Prestasi belajar Matematika siswa Kelas 5 tentang Operasi Hitung Pecahan di SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

4. Masih rendahnya nilai ketuntasan belajar untuk mata pelajaran tersebut

(7)

yakni 58%.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dapat meningkatkan Prestasi belajar Matematika tentang Operasi Hitung Pecahan pada siswa Kelas 5 SDN Indralayung 2?

2. Pertanyaan Penelitian

Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana prestasi belajar siswa sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah?

b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah?

c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah?

d. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah?

(8)

e. Bagaimana prestasi siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah?

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasikan masalah dan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian yang telah diutarakan di atas, diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Masalah yang muncul dan dapat diidentifikasi adalah:

1. Peningkatan Prestasi belajar di Kelas 5 semester I, yaitu pada ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada Materi Operasi Hitung Pecahan.

2. Penerapan pendekatan pembelajaran Pemecahan Masalah adalah salah satu pendekatan yang mudah diterapkan karena melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus berbeda status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

3. Penelitian ini akan dilaksanakan untuk siswa Kelas 5 di SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

(9)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penggunaan Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah Dapat Meningkatkan Prestasi belajar Matematika tentang Operasi Hitung Pecahan pada siswa Kelas 5 SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis.

a. Dapat memberikan informasi baru bagi siapapun yang mengadakan penelitian tentang penerapan pendekatan Pemecahan Masalah.

b. Menambah wawasan tentang penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dalam pembelajaran Matematika, sehingga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan siswa dan guru terhadap model- model dalam pembelajaran Matematika .

2. Manfaat Praktis 1) Bagi Sekolah.

a) Dapat meningkatkan kualitas sekolah dengan memiliki guru yang profesional yang menguasai berbagai macam model dan metode pembelajaran.

(10)

b) Dengan adanya berbagai model dan metode pembelajaran yang diterapkan maka akan terlihat Prestasi belajar Matematika semakin meningkat.

2) Bagi Guru

a) Dapat membantu meningkatkan pembelajaran dan mutu pendidikan pada siswa di masa yang akan datang, khususnya mata pelajaran Matematika .

b) Dapat memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam menentukan suatu model dan metode pembelajaran sehingga dapat menunjang keberhasilan belajar mengajar.

3) Bagi Siswa

a) Dapat memotivasi, menarik perhatian dan minat bakat siswa dalam mempelajari Matematika .

b) Dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa pada konsep Operasi Hitung Pecahan dengan pembelajaran yang menyenangkan dalam menciptakan siswa yang kreatif dan cerdas.

G. Kerangka Pemikiran

1. Meningkatkan Prestasi belajar Matematika Melalui Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah.

Prestasi belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari, serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif

(11)

dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Prestasi belajar Matematika adalah Prestasi belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara Matematika berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Prestasi belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Peningkatkan Prestasi belajar Matematika, dalam pembelajarannya harus menarik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan penerapan pendekatan interaktif, dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga tercapai Prestasi belajar. Agar Prestasi belajar Matematika meningkat, diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat. Untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah penerapan pendekatan Pemecahan Masalah. Pembelajaran dengan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah adalah suatu penerapan

(12)

pendekatan dimana sebelum proses belajar mengajar di dalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.

Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

2. Pendekatan dan Penerapan Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dalam Mata Pelajaran Matematika.

Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan penuh dengan ide-ide.

Dalam penerapan pendekatan Pemecahan Masalah tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Instrumen yang digunakan untuk mememperoleh gambaran Prestasi belajar adalah tes dan non tes. Instrumen tersebut digunakan sebagai alat pengambilan data untuk menjawab permasalahan dan pertanyaan penelitian. Langkah di atas

(13)

Penerapan Penerapan pendekatan

Pemecahan Masalah

Kondisi Saat Ini Tindakan Tujuan/Hasil

Pembelajaran Monoton

Belum ditemukan strategi

pembelajaran yang tepat

Metode yang digunakan konvensional Rendahnya kualitas proses/hasil KBM

Penjelasan langkah- langkah Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Penerapan pendekatan

Pemecahan Masalah.

Evaluasi dan refleksi hasil Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah

Guru mampu melaksanakan Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah

Kualitas KBM baik proses maupun hasil meningkat

Diskusi Pemecahan

Masalah

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Proses dilakukan oleh peneliti dengan harapan guru mampu melaksanakan pembelajaran kooperatif penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dengan terampil serta kualitas KBM baik proses maupun hasil meningkat.

Bentuk Kerangka berfikir dengan diagram alir penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.1 . Kerangka berfikir

(14)

H. Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menurut Ngalim Purwanto (2006:77) mengatakan bahwa: Pembelajaran selalu mempunyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan tujuan tersebut maka guru harus menyesuaikan penerapan pendekatan yang akan diterapkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model adalah: anak didik, tujuan sera fasilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penerapan pendekatan .

2. Menurut Badudu & Zain, (1996:1487) mendefinisikan penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dengan demikian penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi adalah:

Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh pengajar Prestasi belajar merupakan cerminan dari tingkatan yang mampu dicapai oleh siswa dalam meraih tujuan yang sudah ditetapkan disetiap bidang studi.

(15)

4. Pemecahkan masalah merupakan suatu bentuk belajar. Menurut Nasution (2002:45) mengemukakan bahwa ada cara-cara di dalam membantu siswa memecahkan masalah yang lebih baik ialah : (1) memberikan instruksi kepada siswa secara verbal untuk membantu memecahkan masalah, (2) memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan contoh, gambar-gambar, (3) belajar siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan masalah dengan aturan yang diperlukan.

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

“Penggunaan Penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa pada Matematika Materi Geometri dan dan Pengukuran

J. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011:46). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

(16)

penerapan pendekatan adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

2. Pemecahan masalah adalah penerapan dari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dengan tepat. Dengan demikian pemerolehan pengetahuan dan keterampilan dalam pemecahan masalah terjadi dari pengalaman-pengalaman sebagai pengetahuan awal yang dapat disintesiskan (Slavin, 1994:79). Konsep pemecahan masalah yang dibuat merupakan hasil dari pemahaman terhadap masalah. Siswa memahami masalah secara keseluruhan dan kemudian membuat hubungan-hubungan dari elemen-elemen masalah dengan prosedur secara keseluruhan

3. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Sumadi Suryabrata 2006: 297). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Prestasi belajar adalah Prestasi belajar siswa Kelas 5 SDN Indralayung 2 tahun pelajaran 2013-2014 yang diambil dari nilai raport dan evaluasi.

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 2003:45).

2. Pendekatan Pemecahan Masalah

Perubahan zaman yang terjadi seiring dengan berubahnya peradaban manusia menuntut adanya pola pikir yang mencari dan

17

(18)

menganalisis suatu informasi guna menyelesaikan masalah. Aktivitas mencari dan menganalisis ini merupakan dua indikator yang termuat dalam kemampuan berpikir kritis. (Mayadiana, 2005). Kemampuan pemecahan masalah sebagai usaha untuk meningkatkan menerjemahkan matematika yang meliputi: kemampuan menerapkan ide-ide matematika pada konteks permasalahan dan kemampuan bekerja sama untuk menyusun dan menyelesaikan permasalahan. Menurut S.C.Utami Munandar (1992) kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Kemampuan akan menentukan “prestasi” seseorang. Prestasi tertinggi dalam bidang matematika akan dapat dicapai bila seseorang itu mempunyai kemampuan matematika pula.

Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya (Hudojo, 2008:98).

Menurut Nasution (1982:27) pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terutama terletak dalam diri pelajar.

Variabel dari luar hanya berupa intruksi verbal yang membantu atau membimbing pelajar untuk memecahkan masalah. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses di mana pelajar menentukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajari lebih dahulu dengan

(19)

berpikir, mencobakan hipotesis dan apabila berhasil memecahkan masalah itu berarti mempelajari sesuatu yang baru. Menurut Slavin (1994) pemecahan masalah adalah penerapan dari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dengan tepat. Dengan demikian pemerolehan pengetahuan dan keterampilan dalam pemecahan masalah terjadi dari pengalamanpengalaman sebagai pengetahuan awal yang dapat disintesiskan. Rilllley, Greeno, dan Heller (1983) menunjukkan bahwa dalam proses representasi masalah dapat dijelaskan melalui teori kognitif. Konsep pemecahan masalah yang dibuat merupakan hasil dari pemahaman terhadap masalah. Siswa memahami masalah secara keseluruhan dan kemudian membuat hubungan-hubungan dari elemen- elemen masalah dengan prosedur secara keseluruhan. Proses ini disebut juga dengan pemahaman masalah secara top-down yang memandang bahwa pemahaman dimulai dari keseluruhan topik permasalahan kemudian menarik fakta-fakta dan hubungan-hubungannya (Slavin, 1994) Rilley, Greeno, dan Heller menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah terjadi dengan bekerjanya skemata dalam struktur kognisi seseorang.

Pengorganisasian situasi untuk menemukan pemecahan masalah ditopang oleh dua pilar utama. Pilar tersebut adalah skema pengetahuan yang telah dimiliki dan otomatisasi aturan.

Menurut Polya (1973) terdapat dua macam masalah Matematika yaitu : (1) masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak

(20)

atau konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah tersebut, kita mencoba mendapatkan, menghasilkan atau mengkonstruksi semua jenis obyek yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. (2) masalah untuk membuktikan adalah menunjukkan bahwa suatu pertanyaan ini benar atau salah- tidak kedua-duanya. Kita harus menjawab pertanyaan : “Apakah pernyataan itu benar atau salah ?

“Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.

Menurut Polya (1981) belajar pemecahan masalah matematika memerlukan strategi dengan empat tahapan yaitu : (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana, (3) menjalankan rencana pemecahan, dan (4) menguji kembali penyelesaian yang diperoleh. Dalam penelitian yang dilakukan Hardiman dan Mestre (1989) menunjukkan bahwa pembelajaran pemecahan masalah matematika, dapat dilakukan dalam konteks pemahaman konseptual yang dimiliki siswa. Hasil-hasil penelitian ini menandakan bahwa untuk memecahkan masalah yang terjadi dengan memfungsikan skemata dalam proses kognisi seseorang.

Skemata dapat berfungsi atau bekerja dengan strategi-strategi yang relevan.

Memecahkan masalah merupakan suatu bentuk belajar. Menurut Nasution (1982) mengemukakan bahwa ada cara-cara di dalam membantu siswa memecahkan masalah yang lebih baik ialah : (1) memberikan instruksi kepada siswa secara verbal untuk membantu

(21)

memecahkan masalah, (2) memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan contoh, gambar-gambar, (3) belajar siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan masalah dengan aturan yang diperlukan.

Pemecahan masalah merupakan aspek penting dari pendidikan untuk siswa dan bahwa penekanan lebih besar hendaknya ditempatkan pada strategi-strategi pemecahan masalah dan pengintegrasian strategi- strategi itu secara lintas kurikulum dan ke dalam pengalaman- pengalaman hidup anak. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Standar Isi/Kurikulum SD, 2007:9). Dalam pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep Matematika.

Mengambil dari beberapa pendapat ahli di atas, maka kemampuan pemecahan masalah dapat disimpulkan bahwa suatu daya atau kekuatan untuk melakukan tindakan penerapan pengetahuan dan keterampilan terjadi pengalaman-pengalaman sebagai pengetahuan awal yang dapat disintesiskan dengan memahami masalah, menyusun pemecahan masalah, menjalankan rencana pemecahan, dan menguji kembali penyelesaian yang diperoleh.

(22)

3. Prestasi belajar

a) Pengertian Prestasi belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) berarti :

1) penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru, 2) kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati

(actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu.

Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 297), prestasi dapat pula didefinisikan sebagai berikut : “nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Jadi, prestasi adalah hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan kegiatan.

Menurut pendapat Hutabarat (1995: 11-12), hasil belajar dibagi menjadi empat golongan yaitu:

1) Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bahan informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainya.

2) Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis, mereproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikir rasional dan menyesuaikan.

3) Kebiasaaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan perilaku dan keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai

(23)

mahasiswa ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh pengajar.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu

“faktor intern faktor ekstern” : 1) Faktor intern:

a) Faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemahnya kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringan tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan akan berkurang.

2) Faktor ekstern:

a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Muhibbin Syah (2006: 144) dalam psikologi belajar, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang meliputi faktor fisiologis (yang bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang bersifat rohani).

(24)

a) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani seseorang yang menandai tingkat kesehatan organ-organ tubuh dan sendisendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan kesehatan organ tubuh, khususnya organ indera pendengar dan penglihatan akan sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. Jika kondisi kesehatan sendiri kurang sehat, maka mahasiswa tersebut tidak akan dapat berkonsentrasi dikarenakan perhatiannya beralih pada ketidaknyamanan tubuh yang dirasakan.

b) Aspek psikologis.

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis diantaranya faktor rohaniah yang dianggap lebih penting. Faktor-faktor ini seperti: tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal terdapat dua macam yaitu:

a) Lingkungan sosial

Lingkunagan sosial mencakup lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan dalam belajar.

3) Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan mahasiswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran.

c) Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Pengungkapan hasil belajar meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, pada kenyataannya untuk dapat mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit dikarenakan beberapa perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba), oleh karena itu

(25)

dalam penelitian ini hanya akan diambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar.

Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotor) diperlukan patokanpatokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikatorindikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi.

Tujuan dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah agar pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel dan valid. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2006:214) mengemukakan bahwa: “Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur”.

B. Matematika sebagai Mata Pelajaran di Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa latin mathematica, yang mulanya diambil dari bahasa Yunani, mathematike, yang berarti

(26)

relating to learning”. Perkataan mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Berdasarkan etimologis, matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan nalar”. Tim MKPBM yang merupakan adopsi dari Ruseffendi, ET menyatakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia berhubungan dengan ide, proses dan penalaran

Para ahli mengatakan pengertian matematika sebagai berikut:

1) James dan James (1976)

Dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

2) Johnson dan Rising (1972)

Dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didevinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, replementasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa mengenai ide daripada mengenai bunyi.

3) Reys, dkk. (1984)

Dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

4) Kline (1973)

Dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahamai dan menguasai permasalahan sosial.

(27)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(28)

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

(29)

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata pelajaran Matematika di SD diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kristis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah

Dasar disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas juga untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(30)

Tujuan mata pelajaran Matematika diberikan di SD adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ummu Sa’adah, tahun 2011 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Simetri Lipat Bangun Datar Mata Pelajaran Matematika Melalui Penerapan pendekatan Masalah Siswa Kelas IV SDN Keting Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan” Dengan kesimpulan bahwa penggunaan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan

(31)

penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 70%, 73%, dan 90%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Niki Asmaraning Warisman, tahun 2012 dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan pendekatan Masalah Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pepen, Wates Tahun Ajaran 2011/2012.” Dengan kesimpulan bahwa penggunaan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah dapat meningkatkan Prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika lebih baik dibandingkan dengan menggunakan penerapan pendekatan konvensional berbasis multimedia pada taraf signifikasi a = 0.01

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Heriyanto, tahun 2009 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kualitas Keaktifan Siswa Kelas IV SDN No 192/I Kampung Baru Terhadap Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Penerapan pendekatan Masalah. Dengan kesimpulan bahwa dengan menggunakan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah rata-rata Prestasi belajar matematika siswa meningkat dalam kategori tinggi, yaitu rata-rata sebesar 61,72 dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori dalam kategori kurang yaitu rata- rata sebesar 54,03.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Gambaran Umum

SDN Indralayung 2 adalah salah satu Dasar negeri di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, yang didirikan pada tahun 1971 dengan bangunan milik pemerintan. Adapaun kurikulum yang digunakan adalah KTSP 2006.

SDN Indralayung 2 didirikan dalam rangka mewujudkan program pemerintah memberantas kebodohan disegenap lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka SDN Indralayung 2 menerapkan Visi dan Misi sebagai berikut.

1) Visi

“SD Negeri Indralayung 2 menjadi sekolah yang unggul dalam akademik, prestasi, religi dan keterampilan tahun 2010 sampai dengan 2015.”

2) Misi

1) Membentuk generasi yang cerdas, tangkas, tangkap, terampil, dan berakhlaq mulia.

2) Mengembangkan potensi dibidang minat dan bakat siswa.

3) Menjalin hubungan kekeluargaan yang humanis, harmonis, higienis, dan loyalitas tinggi terhadap nusa dan bangsa.

32

(33)

4) Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas dan inovasi dibidang akademik, prestasi, dan keterampilan.

3) Tujuan Sekolah

1) Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia.

2) Siswa sehat jasmani dan rohani.

3) Siswa memiliki dasar – dasar pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

4) Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan kebudayaannya.

5) Siswa kreatif. Terampil, inovatif, dan bekerja untuk mengembangkan diri secara terus menerus.

6) Di setiap kelas tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai.

7) Melaksanakan pengembangan diri siswa secara maksimal melalui kegiatan ekstra kulikuler.

2. Letak Geografis

Sedangkan letak SDN Indralayung 2 adalah di Jalan Papandayan Desa Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, adapaun jarak dari Kota Kabupaten sekitar 53 Km dan jarak dari kota Kota kecamatan sekita 2 km.

(34)

3. Keadaan Pendidik dan Tenaga kependidikan

Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Indralayung 2 adalah 9 Orang dengan rincian 3 laki-laki dan 6 orang perempuan. Berikut nama-nama tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Tabel 3.1 Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDN Indralayung 2 Tahun Pelajaran 2013-2014

No Nama PTK L/P Pendidikan

terakhir Jabatan

1 Rahmat, S.Pd.SD L Kepala Sekolah

2 Dini Andriani, S.Pd.SD P Guru

3 Mamay Maryani, S.Pd.SD P Guru

4 Irawati, S.Pd.I P Guru

5 Rani Purnama Ningsih, S.Pd.I P Guru

6 Ade Herawati L Guru

7 Ina Setia Parlina, S.Pd.I P Guru

8 Siti Maya Kusmayati, S.Pd P Guru

9 Mohamad Rizal K L Guru

4. Keadaan Siswa

Keadaan siswa yang mengikuti pendidikan di SDN Indralayung 2 tahun pelajaran 2013-2014 adalah sebagai berikutt ini.

Tabel 3.2 Keadaan Siswa SDN Indralayung 2 Tahun pelajaran 2013-2014

No Kelas Jumlah

Jumlah Laki-laki perempuan

1 I 13 18 31

2 II 12 15 27

3 III 11 14 25

4 IV 15 14 29

5 V 8 16 24

6 VI 14 17 31

Jumlah 73 94 167

(35)

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Kedaan sarana dan prasarana di di SDN Indralayung 2 secara spesifik dapat dikatakan memadai dan memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan dengan kondisi bangunan yang representatif dan dengan persyaratan fasilitas yang cukup memadai untuk kelangsungan dan jalannya kegiatan belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnya berikut ini sarana dan prasarana yang ada di SDN Indralayung 2 :

Tabel 3.3 KEADAAN SARANA DAN PRASARANA SDN INDRALAYUNG 2 TAHUN PELAJARAN 2013-2014

No Jenis Sarana/Prasarana Banyaknya

Lokasi Kondisi

1 Ruang Kelas/belajar 6 Baik

2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

3 Ruang Guru 1 bAIK

4 Ruang Perpustakaan 1 Baik

5 Toilet/WC 1 Baik

6 Lapangan Upacara 1 Baik

6. Waktu Penelitia

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa Kelas 5 pada Tahun Pelajaran 2013-2014 Semester 2. Jadwal penelitian dilaksanakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(36)

Tabel 3.4 JADWAL PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Kegiatan Mare t

April Mei

23 25 27 31 2 4 11 14 16 18 21-30

Persiapan dan Perencanaan

Kegiatan Penelitian

 Tahap I

 Tahap II

Analisis Data

Laporan Penelitian

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas SDN Indralayung 2 tahun pelajaran 2013-2014. Jumlah siswa di Kelas 5 ini 24 orang yang terdiri dari 15 putri dan 9 putra. Guru Kelas 5 terlibat dalam penelitian ini sebagai pengamat jalannya penelitian (observer) dan kolaborator.

2. Objek Penelitian

Penenelitian ini dilaksanakan dalam rangka Penggunaan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah (Variabel X) meningkatkan Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Operasi Hitung Pecahan (Variabel Y) di Kelas 5 SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

(37)

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Pendekatan populasi adalah sebuah pendekatan dalam penelitian yang menggunakan semua subjek penelitian untuk dijadikan sumber data.

Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah keseluruan objek penelitian (Arikonto, 2002:130), maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa Kelas 5 SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut berjumlah 24 orang.

b. Sampel

Sampel adalah proses mencari sebagai subjek, gejala yang ada pada populasi (Sudjana, 1997:55). Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel random atau acak. Untuk mengetahui besar kecilnya sample ini, tidak ada ketentuan yang baku. Menurut Nana Sudjana bahwa ”tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti tentang besarnya sampel”.

Sutrisno Hadi juga sependapat dengan Nana Sudjana yang menyatakan bahwa “sebenarnya tidak ada ketetapan yang mutlak berapa persen atau sampel yang harus diambil populasi” (Sutrisno Hadi, 1991: 73).

Sedangkan Suharsimi Arikunto lebih rinci menjelaskan beberapa persen atau sampel yang dianggap mewakili populasi yang ada.

Pendapatnya mengatakan bahwa untuk ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

(38)

subjeknya besar maka dapa t diambil diantara 10-15% atau 20-25%

atau lebih. Dalam penelitian ini sampel diambil dari seluruh populasi yakni siswa Kelas 5 SDN Indralayung 2 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut berjumlah 24 orang

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar.

Sedangkan Desain Penelitian diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa siklus (cylical). Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observasing) dan refleksi (reflecting). Kemudian diulang kembali dalam siklus selanjutnya.

Berikut ini deskripsidari empat kegiatan PTK.

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran matematika dan melakukan wawancara dengan guru bidang studi untuk mengetahui berbagai kendala yang dihadapi selama pembelajaran di kelas. Kemudian peneliti mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi.

Selanjutnya peneliti merencanakan tindakan apa yang tepat diberikan

(39)

pada subjek penelitian. Kegiatan dalam tahap perencanaan antara lain mengembangkan perangkat pembelajaran, merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan merancang instrumen penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan kegiatan inti pada penelitian. Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan model pembelajaran Pemecahan Masalah pada setiap siklus. Disamping itu, peneliti juga menyebarkan jurnal harian untuk diisi siswa, melaksanakan tes pada setiap akhir siklus dan melakukan wawancara dengan siswa.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan agar memperoleh data yang jelas untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada tahap ini peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator sebagai observer. Guru kolaborator melakukan pengamatan dan mendokumentasikan semua indikator yang terjadi selama proses penelitian.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap terakhir ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer sehingga dapat diketahui apakah sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan atau masih perlu dilakukan perbaikan.

(40)

Persiapan dan Perencanaan

Identifikasi Masalah

Perencanaan Tindakan Siklus 1

Evaluasi dan Analisis Siklus 1 Refleksi Siklus 1

Perencanaan Tindakan Siklus 2

Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Evaluasi dan Analisis Siklus 2 Refleksi Siklus 2

Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Tindakan

D. Rancangan Pengumpulan Data

Rancangan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tes untuk mengukur Prestasi belajar matematika siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan Prestasi belajar siswa saat pembelajaran matematika. Untuk mengetahui respon siswa diberikan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

(41)

terhadap proses pembelajaran matematika, bersama observer penulis melakukan tindakan dan merencanakan kegiatan untuk siklus selanjutnya.

Dokumentasi juga dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran untuk menunjang data yang dibutuhkan. Jadi, data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kegiatan selama pembelajaran dan tes Prestasi belajar matematika siswa setiap akhir siklus.

Data yang diperoleh dalam penelitian, selanjutnya diinterpresentasikan melalui analisis perhitungan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data kuantitatif

Data hasil tes siswa dianalisis dari setiap siklus yang telah dilakukan. Kemampuan siswa dalam mempresentasikan matematika dapat terlihat dalam perhitungan skor rata-rata Prestasi belajar matematika siswa. Selanjutnya Prestasi belajar matematika dianalisis per- indikator yaitu visual, persamaan/ekspresi matematis dan kata-kata/teks tertulis. Presentase tiap indikator dihitung dengan rumus:

Persentase Indikator

Prestasi belajar Matematika =

Jumla h Skor PerIndikator

Jumla h Skor Maksimal PerIndikator x 100%

2. Data Kualitatif a. Observasi

Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan nilai presentase. Rumus presentase yang digunakan adalah:

(42)

p = f

N x 100%

Keterangan :

p = Angka presentase

f = Frekuensi yang akan dicari presentasenya

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/Banyaknya individu b. Wawancara

Data hasil wawancara dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara. Data ini dapat memperkuat hasil temuan pengolahan nilai tes.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen pengolahan data yang digunakan dalam penelitian tindakan Kelas 5 ini yaitu :

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus pembelajaran.

RPP ini memuat standar kompetensi, kompetensi dasar indikator, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

b. Bahan Ajar (LKS)

Bahan ajar sekaligus LKS ini memuat masalah-masalah yang harus diisi oleh siswa. Penyajian materi dalam LKS diawali dengan situasi- situasi yang real dan dilanjutkan dengan memberikan pernyataan yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep matematika sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan

(43)

menuntut jawaban dalam bentuk representasi.

2. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar matematika siswa. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal tes berupa pilihan ganda dan essay karena dengan tes akan terlihat Prestasi belajar matematika siswa terhadap materi yang diberikan.

3. Instrumen Non Tes a. Lembar Observasi

Lembar observasi yaitu berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat selama proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas.

Observasi ini digunakan untuk mengamati respon perilaku guru dan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa. Wawancara bertujuan untuk memperoleh data mengenai kendala yang terjadi saat pembelajaran dan mengetahui Prestasi belajar matematika siswa. Sementara itu wawancara terhadap siswa dilakukan setiap akhir siklus, dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai pendapat atau pandangan terhadap pembelajaran dengan penerapan pendekatan Pemecahan Masalah .

(44)

Penelitian tindakan Kelas 5 ini bertujuan untuk melihat bagaimana Prestasi belajar matematika siswa setelah diberikan tindakan. Prosedur penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap penelitian dimulai dari siklus I, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II dan seterusnya jika diperluaskan. Berikut ini deskripsi mengenai tahapan-tahapan dalam penelitian.

1. Tahap Penelitian Siklus I a. Tahap Perencanaan

Mempersiapkan RPP dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu soal tes tentang Operasi Hitung Pecahan untuk akhir siklus 1, lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, pedoman wawancara dan alat dokumentasi.

b. Tahap Pelaksanaan

 Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan Pemecahan Masalah, dengan materi Operasi Hitung Pecahan.

 Pembelajaran pada siklus ini terdiri dari 4 pertemuan kegiatan belajar mengajar dan 1 pertemuan untuk tes uji akhir siklus 1.

 Peneliti mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok.

 Siswa diberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi Operasi Hitung Pecahan.

 Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok.

(45)

 Siswa mendiskusikan LKS dengan membandingkan dan mengukur berat/ringannya suatu benda.

 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, peneliti (guru) memberikan skor kepada masing-masing kelompok, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang skornya tertinggi.

 Peneliti mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas dan membuat dokumentasi.

 Penilaian tes akhir siklus 1.

c. Tahap Pengamatan

 Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi dan peneliti melakukan wawancara kepada siswa.

 Peneliti mengumpulkan data hasil observasi untuk dianalisa.

d. Tahap Refleksi

 Identivikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan siklus I untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II.

2. Tahap Siklus II a. Tahap Perencanaan

Mempersiapkan RPP dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu soal tes tentang Operasi Hitung Pecahan untuk akhir siklus 1, lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, pedoman wawancara dan alat dokumentasi.

Siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I berdasarkan refleksi

(46)

dan observer.

b. Tahap Pelaksanaan

 Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan Pemecahan Masalah, dengan materi mengenal bangun datar sederhana.

 Pembelajaran pada siklus ini terdiri dari 4 pertemuan kegiatan belajar mengajar dan 1 pertemuan untuk tes uji akhir siklus 2.

 Peneliti mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok.

 Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok.

 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, peneliti (guru) memberikan skor kepada masing-masing kelompok, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang skornya tertinggi.

 Peneliti mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas dan membuat dokumentasi.

 Penilaian tes akhir siklus II.

c. Tahap Pengamatan

 Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi dan peneliti melakukan wawancara kepada siswa.

 Peneliti mengumpulkan data hasil observasi untuk dianalisa.

d. Tahap Refleksi

 Identivikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan siklus I untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II.

(47)

F. Indikator Keberhasilan

Adapun Indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah detetapkan sebagai mana table berikut ini.

Aspek Indikator

Pencapaian Pada Per-

Siklus Cara mengukur Respon

/keaktifan siswa selama pembelajaran

1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

2. Respon dan

kegairahan dalam mengikuti

pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 4. Hubungan siswa

dengan guru selama kegiatan

pembelajaran 5. Hubungan siswa

dengan siswa lain selama

pembelajaran (Dalam kerja kelompok)

6. Partisipaasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

10%

Diamati saat pembelajaran berlangsung, lembar

pengamatan, oleh peneliti.

Aktivitas siswa selama

pembelajaran

1. Kesiapan mengikuti pelajaran,

2. Tingkat pemahaman atas penjelasan guru,

3. Berusaha

menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

10% Diamati saat pembelajaran berlangsung, lembar

pengamatan, oleh peneliti.

(48)

yang ditentukan, 4. Bekerja sama

dengan kelompok masing-masing 5. Kualitas menjadi

guru siswa

menjelaskan proses pengisian LKS 6. Kualitas pemimpin

kelompok

7. Keaktifan bertanya 8. Keaktifan menjawab 9. Mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan penerapan

pendekatan

Pemecahan Masalah 10. Ketepatan waktu

dalam

mengumpulkan hasil deskripsi proses

Proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru

1. Keterampilan membuat persiapan pembelajaran secara tertulis (RPP) 2. Keterampilan

membuka pelajaran 3. Keterampilan

menjelaskan 4. Keterampilan

bertanya 5. Keterampilan

menjawab pertanyaan 6. Keterampilan

memberi penguatan 7. Keterampilan

menggunakan media pembelajaran 8. Keterampilan menggunakan metode/strategi pembelajaran 9. Keterampilan

mengevaluasi Prestasi belajar 10. Keterampilan

20% Diamati oleh Pengamat/observe r selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar

pengamatan sesuai indikator

(49)

menutup pelajaran Ketuntasan

Prestasi belajar Mampu memcapai nilai di atas atau sama dengan KKM yang telah di tentukan.

95%

Dihitung dari nilai rata-rata

pencapaian siswa yang mampu mencapaiu nilai sama atau di atas KKM yang ditentukan yakni 75

Jika indikator hasil dan kinerja tersebut telah terpenuhi maka penelitian tindakan ini berhasil dan tindakan penelitian dihentikan.

Sebaliknya, jika salah satu atau kedua indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikan-perbaikan yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Subjek dan Objek Penelitian 1. Profil Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Indralayung 2, Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. Lokasi satuan pendidikan di atas, berada di daerah pegunungan atau tepatnya di kaki gunung Papandayan. Adapun jarak dari kota kabupaten sekitar 52 km dan 3 km dari kota kecamatan. Lokasi sekolah tersebut jauh dari perumahan masyarakat dan dikelilingi oleh pesawahan. Dengan 6 ruang kelas dan I ruang gepala Sekolah/Guru sekolah ini memang cukup refresentatif untuk kegiatan pembelajaran.

2. Profil Objek Penelitian

Objek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas 5 ini berjumlah 24 orang dengan jumlah laki 9 siswa atau (38%) dan perempuan 15 siswa

(51)

atau (62%). Sedangkan kondisi ekonomi subjek penelitian rata-rata masuk ke dalam kelompok menengah ke bawah.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian

a. Hasil Uji Instrumen

Dari uji coba instrumen tes Prestasi belajar diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,5833 dan termasuk dalam kriteria sedang. Sedangkan hasil uji validitas Dari 10 item soal terdapat 9 butir yang valid dan 1 soal lagi validitasnya rendah dan perlu diperbaiki. Soal tersebut bisa digunakan untuk mengambil data untuk evaluasi akhir siklus I dan II . Hasil uji coba instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

b. Hasil

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa peluang pengembangan Sistem Informasi Akademik Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan terletak pada kebijakan dan isu

Penelitian ini menemukan empat aspek tantangan pendidikan tinggi di era yang terus mengglobal ini, yaitu transnasional pendidikan tinggi, kebijakan otonomi

Hasil penelitian menunjukan bahwa peluang pengembangan Sistem Informasi Akademik Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan terletak pada kebijakan dan isu

Pemahaman tersebut menegaskan perlunya perguruan tinggi melaksanakan suatu manajemen mutu terpadu, termasuk di dalamnya Sistem Jam- inan Mutu Pendidikan untuk menjamin agar

Implementasi secara sinergis daya dukung tiga faktor utama terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember, yaitu: peningkatan mutu

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perencanaan peningkatan mutu lulusan studi kasus di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, dapat disimpulkan

Keterkaitan Modernisasi Pendidikan Islam terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia pada Abad 21 Modernisasi pendidikan Islam merupakan suatu perubahan dari keadaan yang

Melihat betapa pentingnya perencanaan strategis dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, maka paparan di atas dapat menggambarkan proses sekolah dalam melakukan perencanaan