• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan anak akan mendapatkan zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tumbuh dan berkembang.

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada anak baik dari jumlah, jenis dan frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada anak (Sufnidar, 2010) dalam (Arifin 2012). Hal ini disebabkan karena kebiasaan yang ada di masyarakat nasi merupakan makanan utama, dengan banyak makan nasi badan menjadi bertenaga dan kuat, dan adanya pandangan di masyarakat kalau sudah ada nasi berarti sudah makan, tidak ada lauk pauk tidak terlalu masalah.

Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, balita sangat membutuhan makanan sumber zat pembangun karena berguna untuk pembentukan jaringan baru, pemeliharaan/pembentuk antibodi, perubahan komposisi tubuh, pembentukan berbagai struktur organ, membantu proses metabolisme dalam tubuh dan sumber energi kedua setelah karbohidrat (Almatsier, 2004) dalam jurnal misdar dkk.(2014).

(2)

2

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, S. dkk. 2011).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2001) dalam jurnal NP handoko ( 2010).

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai “periode emas” sekaligus “ periode kritis”. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.

Sebaliknya apabila balita pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang balita baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Di Indonesia terdapat beberapa status gizi di antara lain adalah gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap penurunan status gizi adalah anak usia balita , karena pada usia ini anak sudah tidak mendapatkan ASI sedangkan makanan yang dikonsumsi belum mencukupi kebutuhan gizi yang semakin meningkat.

Berdasarkan hasil PSG tahun 2014, Jawa Timur sudah berhasil mencapai angka di bawah target MDGs (15,0%) dan Renstra (15,0%) yakni sebesar 12,3% (Berat Badan Kurang 10,3% dan Berat Badan Sangat Kurang ( 2,0%). (Dinks Jatim, 2014 ).

(3)

3

Pada suatu wilayah di Kabupaten kediri yaitu Desa Tawang kecamatan wates terdapat status gizi menurut BB/U 15,2 % status gizi balita di Desa Tawang bermasalah di antaranya adalah balita yang masih BGM (Bawah Garis Merah) dan 23,8% balita di Desa Tawang berstatus Gizi Kurus . Hal tersebut di sebabkan oleh kurangnya asupan makanan atau pemberian MP- ASI dan pendapatan keluarga yang masih kurang.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pola makan balita , tingkat konsumsi energy, tingkat konsumsi protein dan Status Gizi Balita usia 24 – 36 bulan di puskesmas wates Kabupaten kediri”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana “Gambaran Pola Makan balita , tingkat konsumsi energy, tingkat konsumsi protein dan Status Gizi Balita usia 24 – 36 bulan di Desa Tawang Kecamatan Wates Kabupaten Kediri”

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Pola Makan balita , tingkat konsumsi energy, tingkat konsumsi protein dan Status Gizi Balita usia 24 – 36 bulan di Desa Tawang Kecamatan Wates kabupaten Kediri ”

1.3.2. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui pola Makan anak balita di desa Tawang 2. Mengetahui tingkat konsumsi energi balita di desa Tawang 3. Mengetahui tingkat konsumsi protein balita di desa Tawang 4. Mengetahui status gizi balita di Desa Tawang.

5. Mengetahui gambaran tingkat konsumsi energi menurut pola Makan anak balita di Desa Tawang.

6. Mengetahui gambaran tingkat konsumsi protein menurut pola Makan anak balita di Desa Tawang.

(4)

4

7. Mengetahui gambaran status gizi menurut tingkat konsumsi energi balita di Desa Tawang.

8. Mengetahui gambaran status gizi menurut tingkat konsumsi protein balita di Desa Tawang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Praktis

1. Peneliti dapat menerapkan ilmu yang di dapat serta menambah pengalam, wawasan, serta pengetahuan peneliti menjadi lebih banyak lagi di bidang penelitian gizi masyarakat. Peneliti mendapatkan pengalaman langsung ke lapangan dan menjadikan sarana untuk mengembangkan ilmu yang telah di berikan dalam pengembangan kemampuan

2. Memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya terhadap ibu balita tentang Gambaran pola Makan, Tingkat konsumsi ( energy, protein) dan status gizi balita di Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.

3. Petugas gizi dapat mengetahui balita yang perlu penanganan khusus dan lebih memantau perkembangan balita dan memotivasi orang tua agar balita selalu di bawa ke posyandu agar mengetahui perkembangan balita.

4. Bagi Puskesmas dengan diketahuinya gambaran pola makan, dan tingakat konsumsi balita di desa Tawang menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam pencegahan masalah gizi pada balita sehingga dapat menurunkan angka penderita kekurangan gizi di Desa Tawang Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Konsumsi pada Balita Usia 12-36 Bulan Dengan Status Gizi Buruk dan Status Gizi Normal. Siti Rahayu

pola asuh makan dengan status gizi anak balita usia 25-36 bulan di. Desa Purwosari

Mengetahui hubungan antara Pola Makan Balita dengan Status Gizi. Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan

Angka status gizi kurang dan buruk pada balita di Indonesia masih relatif tinggi. Peran ibu dalam pola asuh makan dan kebiasaan makan keluarga dapat mempengaruhi status gizi

Pada penelitian ingin meneliti hubungan pola konsumsi makan dengan status stunting sangat pendek dan pendek pada balita, yang dimana pola konsumsi makan, tingkat konsumsi energi dan

Simpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh pendampingan gizi terhadap tingkat pengetahuan gizi ibu balita dan tingkat konsumsi protein dan zink balita stunting usia

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menelaah pengaruh edukasi gizi dengan media booklet terhadap tingkat pengetahuan dan pola asuh makan ibu pada balita

Pengaruh Pendampingan Gizi terhadap Pola Asuh Makan, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Balita Stunting 6-59 Bulan di Desa Kuwolu Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.. Latar