• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II "

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Signal (Signaling Theory)

Menurut Brigham dan Houston (dalam Sari, 2015) teori sinyal memberikan gambaran bahwa sinyal atau isyarat merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah. Teori sinyal secara umum dapat diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan kepada investor, bentuk sinyal yang disampaikan berupa sinyal positif maupun negatif. Informasi yang dimiliki perusahaan ini sangat penting bagi pihak eksternal karena informasi tersebut menyajikan keterangan, catatan, baik di keadaan masa lalu, saat ini maupun di masa yang akan datang yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam berinvestasi. Oleh karena itu, pihak eksternal membutuhkan informasi yang lengkap dan akurat.

Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Sinyal tersebut dapat diperoleh melalui analisis laporan keuangan perusahaan. Dengan memberikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang akurat dan terpercaya akan mendorong minat investor maupun publik tentang prospek perusahaan yang lebih baik, hal ini bisa dilihat dari kelengkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, keputusan manajemen untuk mengestimasi laba secara baik di masa mendatang dan diinformasikan kepada investor dapat mengarahkan perusahaan ke arah yang lebih baik.

(2)

Menurut prihartanty (dalam Sari, 2015), pertumbuhan laba yang meningkat dari tahun ke tahun akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba merupakan ukuran kinerja perusahaan, karena dengan adanya peningkatan laba perusahaan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Peningkatan laba sendiri dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus kedepannya. Sedangkan penurunan laba dapat diartikan sebagai informasi buruk bagi pihak perusahaan karena apabila terjadi penurunan laba pada perusahaan menandakan bahwa kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan. Oleh karena itu, dengan adanya teori ini diasumsikan bahwa informasi mengenai perolehan laba dapat membantu para investor sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan dananya atau tidak kepada perusahaan tersebut.

2.1.2. Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan secara periodik menyusun laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada stakeholder atau pemegang kepentingan. Untuk lebih memahami apa itu laporan keuangan, berikut beberapa pendapat tentang pengertian laporan keuangan menurut para ahli:

a) Menurut Suteja (dalam Heppy et al., 2021), laporan keuangan adalah suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dari hasil suatu proses akuntansi selama periode tertentu yang digunakan sebagai alat komunikasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

b) Menurut Kasmir (dalam Yusri et al., 2020), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau pada jangka waktu tertentu.

(3)

c) Menurut Prihadi (dalam Novika & Siswanti, 2022), laporan keuangan adalah hasil dari kegiatan seluruh pencatatan transaksi keuangan di perusahaan.

d) Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tahun 2015 (dalam Yusri et al., 2020), laporan keuangan merupakan penyajian yang tersusun dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah catatan infomasi yang menggambarkan kondisi keuangan serta hasil yang diperoleh suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (dalam Oktariansyah, 2020) secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa digunakan, yaitu:

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Posisi yang digambarkan dibagi menjadi dua posisi yaitu sisi debit untuk aset dan sisi kredit untuk liabilitas. Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan, karena dalam neraca tersebut terdapat catatan transaksi keuangan perusahaan yang terdiri dari harta, hutang, dan modal.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menunjukkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Di dalam laporan laba rugi ini menunjukkan jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan serta jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya pengeluaran tersebut terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.

(4)

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki saat ini. Melalui laporan perubahan modal ini, dapat diketahui sebab-sebab perubahan ekuitas di perusahaan selama periode tertentu.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan kas ini terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

2.1.2.3 Sifat Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (dalam Syaharman, 2021), dalam prakteknya sifat laporan keuangan diantaranya:

1. Sifat historis, artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang.

2. Menyeluruh, artinya laporan keuangan disusun selengkap mungkin.

Laporan keuangan ini disusun menggunakan standar yang sudah ditetapkan.

2.1.3. Analisis Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang sesuai untuk

(5)

menghasilkan keputusan yang tepat. Ada beberapa pengertian analisis laporan keuangan menurut para ahli, antara lain:

1. Menurut Sudana (dalam Sari, 2015), analisis laporan keuangan merupakan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja yang telah dicapai manajemen perusahaan di masa lalu, dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan di masa depan.

2. Menurut Harahap (dalam Nababan et al., 2022), analisis laporan keuangan merupakan analisis yang digunakan untuk menunjukkan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan- kemajuan suatu perusahaan.

3. Menurut Munawir (dalam Simamora & Siagian, 2022), analisis laporan keuangan adalah ilmu atau pemahaman mengenai hubungan dan tren dalam menentukan kondisi keuangan dan hasil perkembangan bisnis yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan ialah metode atau teknik yang digunakan untuk menjelaskan atau menguraikan posisi-posisi keadaan keuangan perusahaan secara lebih mendalam dengan data-data di dalam laporan keuangan.

2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan secara umum yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Kasmir (dalam Syaharman, 2021) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan diantaranya:

1. Mengidentifikasi posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal dan hasil usaha yang telah dicapai.

2. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dari perusahaan tersebut.

3. Untuk menentukan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh perusahaan.

(6)

4. Menentukan perbaikan apa saja yang wajib dilakukan pada masa depan, diidentifikasi menggunakan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Mengevaluasi kinerja manajemen pada masa yang akan datang, apakah perlu atau tidak karena disebut berhasil atau tidak berhasil.

6. Dapat juga dimanfaatkan sebagai korelasi dengan perusahaan yang serupa perihal hasil yang telah dicapai.

2.1.4. Analisis Rasio Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yaitu dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan. Ada beberapa pengertian analisis rasio keuangan menurut para ahli, antara lain:

1. Menurut Kasmir (dalam Qurani & Hendratno, 2019), analisis rasio keuangan adalah aktivitas membandingkan nominal yang ada pada laporan keuangan dengan cara membagi nominal satu menggunakan nominal lainnya.

2. Menurut Sujarweni (dalam Nababan et al., 2022), analisis rasio keuangan merupakan kegiatan untuk menganalisis rasio keuangan dengan cara membandingkan satu akun dengan akun lainnya yang ada alam laporan keuangan neraca maupun laba rugi.

3. Menurut Sudana (dalam Simamora & Siagian, 2022), analisis rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menguraikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, dimana informasi ini sangat penting bagi manajemen dalam mengevaluasi kinerja yang dicapai dan menyusun rencana masa depan perusahaan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah alat analisis yang digunakan untuk menggambarkan keadaan keuangan perusahaan dengan cara membandingkan satu pos laporan

(7)

keuangan dengan pos lainnya guna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.

2.1.4.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Irham Fahmi (dalam Oktariansyah, 2020) manfaat yang bisa diambil dengan menggunakan analisis rasio keuangan, yaitu:

1. Analisis rasio keuangan bermanfaat sebagai alat analisis kinerja dan kualitas suatu perusahaan.

2. Analisis rasio keuangan bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan sebagai acuan untuk membuat strategi perencanaan.

3. Analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat evaluasi keadaan suatu perusahaan dari segi keuangan.

4. Analisis rasio keuangan bermanfaat bagi kreditor sebagai informasi dalam memprediksi risiko apa saja yang akan dihadapi yang berkaitan dengan adanya jaminan pembayaran bunga langsung dan penggunaan pokok pinjaman.

5. Analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai startegi penilaian bagi pihak berkepentingan dalam perusahaan.

2.1.4.3 Jenis Rasio Keuangan

Jenis-jenis rasio keuangan berbeda-beda karena terdapat tujuan dan ekspetasi dari setiap pengguna laporan keuangan. Menurut Kasmir (dalam Ifada & Puspitasari, 2016) terdapat empat jenis rasio keuangan yang umum digunakan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Berikut penulis menjelaskan secara lebih lanjut rasio keuangan yang berkaitan dengan penelitian ini:

1. Rasio Likuiditas

Menurut Horne dan Wachowicz (dalam Qurani & Hendratno, 2019) rasio likuiditas ialah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Sedangkan menurut (Rudianto, 2021:183) rasio likuiditas adalah

(8)

ukuran evaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dalam jangka waktu cepat.

Dalam penelitian ini rasio likuiditas menggunakan current ratio (CR), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio menurut Horne dan Wachowicz (Qurani &

Hendratno, 2019) merupakan rasio yang digunakkan untuk mengukur seberapa besar kemampun perusahaan dalam membayar liabilitas dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Sedangkan menurut Kasmir (dalam Petra et al., 2021) current ratio bertujuan untuk menunjukkan kemampuan dalam melunasi kewajiban pendek yang perusahaan miliki dengan aset lancarnya. Untuk dapat melunasi kewajibannya saat ini, maka perusahaan harus memiliki alat-alat untuk membayar seperti aktiva lancar yang totalnya harus jauh lebih besar daripada hutang yang akan dibayar. Apabila hasil current ratio rendah dapat diartikan bahwa perusahaan kurang modal untuk melunasi hutang, namun apabila hasil rasio ini tinggi, belum tentu perusahaan dalam kondisi sedang baik. Karena artinya menujukkan adanya kelebihan aktiva lancar terhadap pertumbuhan laba perusahaan sehingga menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Hanafi dan Halim dalam Suciana & Hayati, 2021).

Menurut Gunawan dan Wahyuni (dalam Lestari et al., 2020), Semakin tinggi nilai current ratio menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid. Artinya rasio ini menunjukkan adanya harta lancar yang tidak digunakan dengan baik sehingga akan berpengaruh buruk terhadap perusahaan dalam memperoleh laba.

(9)

Rumus untuk menghitung current ratio (CR) adalah sebagai berikut:

Aktiva lancar berupa kas (cash and equivallents), pendapatan dari dagang (trade receivables), dan persediaan (inventories). Kewajiban lancar berupa hutang bank (bank loans), hutang pajak (taxes payable), hutang usaha (trade payables), hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo (current maturities of long term debt), dan biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses).

2. Rasio Solvabilitas/Leverage

Menurut Horne dan Wachowicz (Qurani & Hendratno, 2019) rasio leverage adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur berapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Menurut (Islami & Sri, 2020) rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban yang dimiliki, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut dibubarkan (dilikuidasi).

Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to asset ratio (DAR) dan debt to equity ratio (DER), karena menurut penelitian sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

a. Rasio Hutang Terhadap Aset (Debt To Asset Ratio)

Debt to asset ratio (Pratiwi, 2018) adalah rasio hutang yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang dimiliki atau pihak luar dengan kemampuan yang digambarkan oleh modal. Menurut Kasmir

Current Ratio = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

𝒙 𝟏𝟎𝟎%

(10)

(dalam Sari, 2015) debt to asset ratio ialah perbandingan yang digunakan sebagai pengukuran rasio antara jumlah hutang dengan jumlah aset yang dimiliki.

Debt to asset ratio menujukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau besarnya hutang perusahaan yang berpengaruh terhadap pengendalian aktiva. Rasio ini menekankan mengenai pentingnya pendanaan hutang dengan tujuan untuk menunjukkan besarnya persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Menurut Kasmir (dalam Islami & Sri, 2020) nilai DAR yang tinggi mengakibatkan risiko yang diterima tinggi pula karena semakin sulit bagi perusahaan untuk menutupi kewajibannya dengan aktiva yang dimiliki. Rasio ini menyediakan berbagai informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan kondisi pengurangan aktiva yang diakibatkan kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Dalam hal ini, berapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang yang dimiliki, dapat memiliki pengaruh besar terhadap aset yang dikelola oleh perusahaan itu sendiri (Kasmir dalam Purnawan & Suwaidi, 2021).

Rumus untuk menghitung debt to asset ratio adalah sebagai berikut:

Total hutang terdiri dari total hutang lancar dan total hutang tetap. Total aktiva merupakan penjumlahan dari jumlah aktiva lancar dan aktiva tetap.

Debt To Asset Ratio = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚

𝒙 𝟏𝟎𝟎%

(11)

b. Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt To Equity Ratio)

Debt to equity ratio Harahap (dalam Hasanah et al., 2018) adalah suatu rasio yang menunjukkan seberapa jauh modal pemilik dapat menutupi kewajiban kepada pihak luar. Menurut Kasmir (dalam Suciana & Hayati, 2021) debt to equity ratio merupakan suatu rasio yang berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah dari modal yang dimiliki yang dijadikan sebagai jaminan hutang.

Debt to equity ratio menunjukkan besarnya persentase penyediaan dana oleh pemilik saham kepada pemberian pinjaman. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin rendah modal ekuitas dibandingkan dengan modal pinjaman. Bagi kreditor, semakin besar rasio ini semakin merugikan karena risiko yang ditanggung semakin tinggi sehingga menunjukkan berapa besar penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan.

Tetapi bagi perusahaan semakin besar rasio ini semakin baik karena DER yang rendah menandakan pendanaan yang disediakan sebagai jaminan tinggi dan batas pengamanan bagi peminjam semakin besar (Kasmir dalam Welas, 2020).

Rumus untuk menghitung debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

Total hutang merupakan penjumlahan dari hutang lancar dengan hutang jangka panjang. Modal sendiri merupakan sumber dana yang berasal dari pemilik perusahaan.

Debt To Equity Ratio = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

𝒙 𝟏𝟎𝟎%

(12)

3. Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (dalam Suyono et al., 2019) rasio aktivitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki atau tingkat kesesuaiin perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan seperti penjualan, persediaan, penagihan, piutang, dan lainnya). Menurut Hanafi dan Halim (dalam Wakhidah & Effendi, 2022) rasio aktivitas ialah alat analisis yang digunakan sebagai penilaian kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi aktivitas di perusahaan.

Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aseet turnover (TATO), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

a. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Total asset turnover (Islami & Sri, 2020) merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva yang digunakan untuk mengukur keefektifan jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa besar jumlah penjualan yang akan didapatkan. Sedangkan menurut (Andriyani Ima, 2015) Total asset turnover adalah rasio antara total aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang dihasilkan selama periode tertentu.

Perputaran total aktiva memiliki dua indikator yaitu, penjualan dan total aktiva. Penjualan adalah kegiatan atau bisnis menjual berbagai produk atau jasa. Sedangkan total aktiva adalah aktiva keseluruhan yang dimiliki perusahaan. Rasio ini berguna untuk menunjukkan tingkat efisiensi pemanfaatan aktiva keseluruhan perusahaan dalam mencipatakan penjualan tertentu di perusahaan. Semakin tinggi nilai total asset turnover maka semakin besar pula laba yang diperoleh. Besarnya laba yang diperoleh dikarenakan perusahaan dapat memanfaatkan aktiva

(13)

yang dimiliki untuk menunjang kegiatan penjualan yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan, sehingga menyebabkan pertumbuhan laba menjadi meningkat (Purwanti &

Puspitasari, 2019).

Rumus untuk menghitung total asset turnover (TATO) adalah sebagai berikutt:

Penjualan bersih (net sales) ialah hasil dari penjualan bersih selama kurang lebih 12 bulan atau satu tahun. Total aktiva ialah jumlah total aktiva dan aktiva tetap.

4. Rasio Profitabilitas

Menurut (Andriyani Ima, 2015) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu dalam mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan laba yang dicapai oleh perusahaan tersebut. Sedangkan menurut (Budiningtyas, 2022) rasio profitabilitas merupakan rasio yang dapat digunakan dalam menilai atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Tujuan utama dari bisnis ialah untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh, oleh karena itu manajemen perusahaan harus dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu menghasilkan laba sesuai dengan yang diharapkan (Indrawan et al., 2018). Terdapat dua komponen utama dalam menghasilkan laba, yaitu pendapatan dan beban, maka ukuran perbandingan pendapatan dan beban dalam berbagai unsur pendukungnya akan menjadi penilai dalam ukuran profitabilitas manajemen di perusahaan.

Total Assets Turnover = 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚

(14)

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas menggunakan net profit margin (NPM), karena menurut penelitian sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Net profit margin (Sulistyowati & Suryono, 2017) adalah alat analisis laba bersih setelah pajak dibagi penjualan perusahaan pada periode tahun sekarang. Sedangkan menurut (Oktariansyah, 2020) net profit margin adalah ukuran laba dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak, kemudian dibandingkan dengan penjualan atau dapat dikatakan rasio yang menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

Rasio ini bermanfaat untuk mengukur berapa besar tingkat kembalian keuntungan bersih yang dihasilkan terhadap penjualan bersihnya. Hal ini dapat menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan dana operasional karena berkaitan keuntungan bersih dengan penjualan bersih di perusahaan (Hery dalam Susyana & Nugraha, 2021). Setiap perusahaan menginginkan nilai net profit margin yang tinggi, karena nilai yang tinggi menunjukkan perusahaan berhasil dalam memperoleh laba melalui penjualan yang cukup tinggi (Firman & Salvia, 2021).

Rumus untuk menghitung net profit margin adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak dapat dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi pajak penghasilan. Penjualan bersih

Net Profit Margin = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

𝒙 𝟏𝟎𝟎%

(15)

ini menunjukkan hasil penjualan yang diterima perusahaan dari hasil penjualan jasa atau produk yang hasilnya diproduksi sendiri.

2.1.5. Pertumbuhan Laba

2.1.5.1 Pengertian Pertumbuhan Laba

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Laba yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan atas jasa serta laba yang diperolehnya. Berikut ini adalah beberapa pengertian menurut para ahli:

1. Menurut Harahap (dalam Petra et al., 2021), pertumbuhan laba merupakan suatu rasio yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan keuntungan atau laba bersih dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

2. Menurut Islami & Sri (2020), pertumbuhan laba merupakan perubahan persentase yang menunjukkan kenaikan atau penurunan laba yang dihasilkan perusahaan.

3. Menurut Andriyani Ima (2015), pertumbuhan laba diartikan sebagai kenaikan keuntungan atau penurunan laba per tahun.

4. Menurut Sutrisno (dalam Susyana & Nugraha, 2021), pertumbuhan laba merupakan perubahan yang terjadi pada laporan keuangan perusahaan per-tahun.

Berdasarkan pengertian penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba merupakan suatu kelebihan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu tahun, sehingga menunjukkan hasil kinerja keuangan perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki.

Narpitilova (dalam Indahsari et al., 2022) menyatakan bahwa perusahaan dengan keuntungan atau laba yang meningkat akan memiliki total aset yang besar sehingga memberikan peluang yang lebih besar dalam menghasilkan profitabilitas. Artinya jika pertumbuhan laba

(16)

meningkat, maka menggambarkan keadaan operasi perusahaan dalam keadaan baik, tetapi jika kondisi ekonomi dalam keadaan baik maka pertumbuhan perusahaan keseluruhan juga baik. Hal ini menandakan bahwa laba merupakan ukuran kinerja suatu perusahaan. Maka semakin besar laba yang didapatkan perusahaan, maka semakin baik perusahaan tersebut sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Pertumbuhan Laba

Menurut Subramanyam (dalam Maryati & Siswanti, 2022) tujuan pertumbuhan laba bagi perusahaan maupun pihak di luar perusahaan, yaitu:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas kinerja operasi perusahaan.

2. Untuk mengukur dan menghitung keuntungan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu.

3. Untuk menilai keadaan laba perusahaan di tahun sebelumnya dengan tahun saat ini.

4. Untuk menilai perkembangan keuntungan yang diperoleh dari waktu ke waktu.

5. Untuk menilai berapa besar laba bersih sesudah pajak dengan modal yang dimiliki sendiri.

6. Untuk mengukur kapasitas produksi dari seluruh dana perusahaan yang dipakai baik oleh modal sendiri maupun modal pinjaman.

7. Untuk mengukur kapasitas produksi dari seluruh dana perusahaan yang dipakai baik oleh modal sendiri.

Manfaat pertumbuhan laba menurut Haryono (Maryati & Siswanti, 2022) yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan apakah perusahaan akan membagi laba secara dividen kepada pemilik saham atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pendanaan investasi di masa yang akan datang.

(17)

2.1.5.3 Pengukuran Pertumbuhan laba

Besar dan kecilnya laba yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengukur kenaikan aset yang bergantung pada kesesuaian pengukuran penghasilan dan biaya (Djannah & &Triyonowati, 2017). Menurut (Megasari AWS et al., 2018) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan cara mengurangkan laba bersih tahun ini dengan laba bersih tahun lalu, kemudian dibagi dengan laba bersih tahun sebelumnya.

Menurut Harahap (dalam Sandjaja & Suwaidi, 2021) rumus yang digunakan untuk memperkirakan pertumbuhan laba yaitu:

Pertumbuhan laba dilambangkan dengan (Y). Pertumbuhan laba yang digunakan dalam penelitian ini ialah laba setelah pajak. Yt merupakan laba setelah pajak periode tertentu. Yt-1 merupakan laba setelah pajak pada periode sebelumnya.

2.2. Tinjauan Empiris

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Empiris

No Judul Penulis Metode Hasil

1 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Food and Beverages

Adhitya Putri Pratiwi (2018)

Metode purposive sampling

Variabel Current Ratio dan Total Asset Turnover secara parsial berpengaruh signifikan positif Pertumbuhan Laba (Y) = 𝒀𝒕 − 𝒀𝒕−𝟏

𝐘 𝐭−𝟏

(18)

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Cash Ratio, Debt To Asset Ratio dan Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

2 Analisis

Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Amalina Firda Purnawan dan Rahman Amrullah Suwaidi (2021)

Metode purposive sampling

Current Ratio dan Debt To Asset Ratio berpengaruh

signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Total Asset Turnover berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

3 Pengaruh Quick Ratio, Inventory Turnover dan Net Profit Margin Terhadap

Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan

Yusri, Cut Delsie Hasrina dan Vivin Windayati (2020)

Metode puposive sampling

Quick Ratio dan Inventory turnover secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Net

(19)

Manufaktur

Subsektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2018)

Profit Margin secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

Secara simultan Quick Ratio, Inventory Turnover dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

4 Analisis Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Pada Industri Subsektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2020

Dwi Putri Budiningtya s (2022)

Metode deskriptif kuantitatif

Working Capital to Total Asset, Net Profit Margin dan Gross Profit Margin secara simultan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Current Liabilities to

Inventory, Operating Income to Total Liabilities dan Total Asset Turnover secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap

(20)

pertumbuhan laba.

5 Analisis Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Pada Industri Food and Beverages Periode 2017-2019

Tamara.P.

Indahsari, Sri. Murni, dan Joy.E.

Tulung (2022)

Metode purposive sampling

Current Ratio dan Debt to Equity Ratio perngaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan Total Asset Turnover dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

6 Pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio dan Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba

Lailatus Sa‟adah, Mohammad Soedarman dan Yazid Husin Al Falah (2022)

Metode purposive sampling

Current Ratio dan Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Net Profit Margin berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

7 Rasio Keuangan dan Pengaruhnya

Terhadap

Pertumbuhan Laba

Nessa Fadilla dan Febri Rahadi (2019)

Metode purposive sampling

Total Asset Turnover dan Net Profit

Margin berpengaruh signifikan positif terhadap

(21)

pertumbuhan laba.

Sedangkan Current Ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

8 Pengaruh Net Profit Margin, Return On Assets, dan Current Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba

Fina Islamiati Susyana dan Nugi Mohammad Nugraha (2021)

Metode purposive sampling

Net Profit Margin berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Return On Assets dan Current Ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

9 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Pembiayaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2014- 2018

Ayu Lestari, Pudyartono, Fatichatur Rachmaniya h (2020)

Metode purposive sampling

Current Ratio, Debt To Asset Ratio, dan Return On Asset secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan Return On Equity

berpengaruh signifikan negatif

(22)

terhadap

pertumbuhan laba.

Secara simultan, rasio keuangan (Current Ratio, Debt To Asset Ratio, Return On Asset, dan Return On Equity) berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

10 Analisis Rasio Aktivitas dan Profitabilitas terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Nur Wakhidah and T.

Syahril Effendi (2022)

Metode purposive sampling

Total Asset

Turnover, Net Profit Margin, dan Return On Assets secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan secara simultan Total Asset Turnover, Net Profit Margin, dan Return On Asset

berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

11 Determinants Of Endri, Model regresi Hasil penelitian ini

(23)

Profit Growth In Food and Beverage Companies In Indonesia

Aprida Kartika Sari, Yanti Budiasih, Tine Yuliantini, Kasmir (2020)

data panel menunjukkan bahwa Current Ratio dan Current Liability to Inventory

berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.

Kemudian Total Assets Turnover, Net Profit Margin dan Sales Growth berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan food and beverages.

12 THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIOS TOWARDS PROFIT GROWTH (AN EMPIRICAL STUDY ON MINING COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2016- 2019)

Yunira Susiati Manalu, Shailla Fachira Fauziah, Rivera Hardianti , Angga Hadi Purnomo,

Metode deskriptif kuantitatif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Total Asset

Turnover, Net Profit Margin dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan Current

(24)

Yati Mulyati (2020)

Ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

13 Financial Ratio to Predicting the Growth Income (Case Study:

Pharmaceutical Manufacturing Company Listed on Indonesia Stock Exchange Period 2012 to 2016

Edi Suswardji Nugroho, Dian Hakip Nurdiansya h, Nita Erviana (2017)

Metode deskriptif kuantitatif

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini terbukti bahwa secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap prediksi pertumbuhan laba.

Sedangkan secara parsial Curremt Ratio tidak berpengaruh terhadap prediksi pertumbuhan laba, Debt to Equity Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap prediksi

pertumbuhan laba.

14 Analysis of Profit Growth of

Manufacturing

Holly Abas, Freddy S Kawatu,

Metode purposive sampling

Secara parsial hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

(25)

Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for 2013- 2017 Period

Cecilia Lelly Kewo

Current Ratio, Quick Ratio, dan Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Sedangkan, Debt to Equity Ratio dan Inventory Turnover menunjukkan

pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Secara simultan hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba.

15 Analysis Of Financial Performance On Profit In The Food And Beverages Sub Sector Company

Denny Saputera, Mohd Haizam Saudi, Obsatar Sinaga (2021)

Model analisis regresi linier berganda

Secara simultan hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa vanabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin bersama-

(26)

sama berpengaruh terhadap pendapatan pada perusahaan food and beverages.

16 Influence Analysis of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), and current ratio (CR), Against Corporate Profit Growth In Automotive In Indonesia Stock Exchange

Heikal, Khaddafi, dan Ummah (2014)

Model regresi linier berganda

ROA, ROE, dan NPM berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba sedangkan DER dan CR berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

2.3. Hipotesis

2.3.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Pertumbuhan Laba

Current Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas. Current Ratio ini menunjukkan perbandingan antara harta lancar perusahaan dengan jumlah hutang lancar perusahaan pada periode tertentu. Dengan kata lain, Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang- hutang yang dimiliki perusahaan.

Menurut Prihartanty (dalam Narpatilova, 2012), semakin tinggi Current Ratio maka semakin tinggi nilai likuiditas di perusahaan. Tetapi nilai likuiditas yang tinggi akan mengakibatkan banyaknya dana yang menganggur karena penggunaan dana yang tidak baik sehingga dapat

(27)

mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang kemudian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan.

Pengaruh Current Ratio terhadap pertumbuhan laba yaitu semakin tinggi nilai Current Ratio maka laba yang dihasilkan perusahaan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan nilai Current Ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aset lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan karena secara umum aset lancar dapat menghasilkan return yang lebih rendah jika dibandingkan dengan aset tetap (Febrianty & Divianto, 2017). Berdasarkan teori signal laba yang menurun dapat menunjukkan suatu kinerja perusahaan yang kurang baik dan memberikan sinyal negatif kepada investor sehingga menurunkan minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan yang kemudian berimbas terhadap menurunnya laba perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnawan & Suwaidi (2021), Indahsari et al., (2022), Fadilla & Rahadi (2019), Susyana &

Nugraha (2021), dan Heikal et al., (2014) yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Current Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba

2.3.2. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Pertumbuhan Laba

Debt to Asset Ratio ialah salah satu rasio solvabilitas yang hitung dengan membagi jumlah kewajiban perusahaan dengan jumlah asetnya.

Debt to Asset Ratio mengukur perbandingan dana yang bersumber dari kewajiban dalam mendanai aset perusahaan. Debt to Asset Ratio mengutamakan pada pentingnya peran pembiayaan kewajiban jangka panjang dalam struktur modal.

Semakin tinggi nilai Debt to Asset Ratio maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang dapat digunakan perusahaan untuk berinvestasi pada

(28)

aset sehingga perusahaan akan memperoleh laba. Perusahaan yang memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari jumlah aktivanya dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang tidak baik. Artinya perusahaan ini tentunya memiliki risiko kerugian yang lebih tinggi. Maka peran dari pendanaan bagi perusahaan sangat diperlukan sehingga perusahaan yang mempunyai biaya operasional yang tinggi dapat memperoleh laba yang tinggi juga. Jika penjualan lebih banyak, maka perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi, karena hanya membayar bunga yang sifatnya tetap. Sebaliknya, jika penjualan mengalami penurunan, perusahaan bisa mengalami kerugian karena terdapat beban bunga tetap yang harus dibayar (Hanafi dalam Lestari et al., 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lailatus et al., (2022), Lestari et al., (2020), Melinda (2018) dan Puspaningrum et al., (2018) yang menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Debt to Asset Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba

2.3.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Pertumbuhan laba

Debt to Equity Ratio ialah salah satu rasio solvabilitas. Debt to Equity Ratio mengukur tingkat jumlah kewajiban dengan modal perusahaan. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengetahui total biaya yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berguna untuk mengetahui setiap rupiah pada ekuitas yang dimiliki perusahaan yang dijadikan sebagai jaminan hutang.

Menurut Prihartanty (dalam Narpatilova, 2012) semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin tinggi juga penggunaan kewajiban sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika pembayaran hutang akan segera jatuh tempo tetapi perusahaan tidak

(29)

mampu membayar kewajiban tersebut sehingga akan menghambat perkembangan operasi perusahaan. Selain itu, perusahaan akan mendapatkan biaya bunga tambahan yang tinggi yang dapat menurunkan laba yang diperoleh perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018), Indahsari et al., (2022), Heikal et al., (2014), Abas et al., (2020) dan Megasari AWS et al., (2018) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat dturunkkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba

2.3.4. Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Pertumbuhan Laba

Total Asset Turnover atau TATO ialah salah satu rasio aktivitas. Total Asset Turnover ini menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu dalam mengukur tingkat efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan ketika menjalankan kegiatan sehari-hari.

Menurut Toto Prihadi (dalam Suyono et al., 2019) meningkatnya rasio Total Asset Turnover yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan laba, menunjukkan efisiensi penggunaan jumlah aset perusahaan dalam menciptakan penjualan, jika perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang lebih banyak maka rasio ini semakin baik karena perusahaan akan memperoleh laba yang lebih besar.

Pengaruh Total Asset Turnover terhadap pertumbuhan laba yaitu semakin tinggi nilai Total Asset Turnover maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya (Adisetiawan, 2021). Semakin cepat tingkat perputaran aset perusahaan maka laba bersih yang diperoleh akan semakin meningkat karena perusahaan mampu memanfaatkan aset yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan yang akan berdampak terhadap pendapatan. Oleh karena itu, semakin baik pengelolaan aset maka

(30)

perusahaan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi sehingga dapat meningkatkan laba yang berpengaruh pada peningkatan return yang didapat oleh investor (Sunyoto dalam Budiningtyas, 2022).

Hal ini didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018), Purnawan & Suwaidi (2021), Fadilla & Rahadi (2019), Endri et al., (2020), dan Indahsari et al., (2022) yang menyatakan bahwa Total Asset Turnover berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Total Asset Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba

2.3.5. Pengaruh Net Profit Margin terhadap pertumbuhan laba

Net Profit Margin merupakan salah satu rasio profitabilitas. Net Profit Margin ini menggambarkan kinerja keuangan pada perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atau laba setalah pajak. Semakin tinggi nilai Net Profit Margin maka semakin efektif karena perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba (Nariswari & Nugraha, 2020). Meningkatnya Net Profit Margin akan meningkatkan pertumbuhan laba karena dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut (Sunyoto dalam Budiningtyas, 2022).

Pengaruh Net Profit Margin terhadap pertumbuhan laba yaitu semakin tinggi nilai Net Profit Margin menunjukkan semakin tinggi laba bersih yang dihasilkan perusahaan dari penjualan. Dengan adanya laba bersih yang tinggi maka bertambah besar perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan modal usaha tanpa menambah hutang, sehingga pendapatan yang diperoleh perusahaan menjadi meningkat (Adisetiawan, 2021).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yusri et al., (2020), Fadilla & Rahadi (2019), Susyana & Nugraha (2021), Heikal et al., (2014), dan Budiningtyas (2022) yang menyatakan bahwa Net Profit

(31)

Margin berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diturunkan hasil hipotesis sebagai berikut:

H5 : Net Profit Margin berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba

2.4. Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas pada penelitian ini perlu adanya kerangka pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam meneliti masalah dan dapat digunakan untuk menguji kebenaran pada penelitian.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Current Ratio (X1)

Debt to Asset Ratio (X2)

Debt to Equity Ratio (X3)

Total Asset Turnover (X4)

Net Proftt Margin (X5)

Pertumbuhan Laba (Y)

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Empiris

Referensi

Dokumen terkait

1120 Tahun 2008 menegaskan adanya alih teknologi obat impor paling lambat 5 (lima) tahun untuk dapat diproduksi di dalam negeri. Kebijakan tersebut dilakukan guna

Tabel 3.6 Interprestasikan koefesien reliabilitas Koefesien r Reliabilitas 0,000-0,199 Sangat rendah 0,200-0,399 Rendah 0,400-0,599 Sedang 0,600-0,799 Tinggi 0,800-1000 Sangat