• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II "

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Suherman (2011) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling komprehensif adalah pandangan mutakhir yang berangkat dari asumsi positif tentang potensi manusia. Fokus utama dalam bimbingan dan konseling komprehensif adalah aktualisasi potensi peserta didik untuk berkembang secara optimal. Gysbers & Henderson (2012) menyatakan bahwa ada lima prinsip yang mendasari bimbingan dan konseling komprehensif, yaitu: a) Tujuan bimbingan dan konseling komprehensif sesuai dengan tujuan pendidikan; b) Program bimbingan dan konseling yang komprehensif bersifat developmental; c) Program bimbingan dan konseling merupakan pendekatan Team Building; d) Program bimbingan dan konseling merupakan proses yang sistematis dan dikemas melalui tahapan perencanaan, perancangan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut; e) Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh pimpinan;

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah program yang digunakan. Tanpa dukungan sistem yang berkelanjutan, ketiga komponen program bimbingan dan konseling lainnya tidak akan efektif. Bimbingan dan konseling komprehensif di Indonesia menerima teori Gysbers dan Henderson, namun terdapat perbedaan di dalamnya.

Evaluasi Program

Pengertian evaluasi program

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi program adalah kegiatan yang sengaja dilakukan berdasarkan data faktual untuk melihat tingkat keberhasilan suatu program yang dilaksanakan atau program yang telah diselesaikan. Asesmen adalah kegiatan memberikan interpretasi dan deskripsi hasil asesmen, sedangkan evaluasi dimaknai sebagai penentuan nilai dan implikasi perilaku. Selanjutnya Brikerhoff dalam (Sesmiarni, 2014) menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Dari pengertian evaluasi yang diberikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mengukur hasil suatu program, yang selanjutnya dapat dijadikan suatu rekomendasi perbaikan program di masa depan. masa depan.

Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program

Dalam model evaluasi ini, tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya sebelum program dilaksanakan menjadi inti dari objek evaluasi. Dalam model evaluasi ini, fokusnya bukan pada tujuan yang ditetapkan, tetapi pada pelaksanaan program di mana hal-hal yang muncul dan terjadi, baik positif maupun negatif, dapat diidentifikasi. Stake mengembangkan model evaluasi ini dengan asumsi mengedepankan dua prinsip dasar, yaitu Judgment dan Description.

Dalam model evaluasi ini dilakukan 5 tahapan dalam pelaksanaan evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, hasil dan dampak. Stufflebeam mengembangkan model evaluasi berorientasi keputusan ini dimana keputusan ini akan membantu evaluator untuk mengambil keputusan. Penekanan dalam model evaluasi ini didasarkan pada tiga dimensi kubus, yaitu dimensi instruksional, institusional, dan perilaku.

Model Evaluasi Three dimensional cube

Dalam penelitian pengembangan ini diperlukan model evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah. Salah satu dasar penggunaan model evaluasi Kubus Tiga Dimensi adalah adanya anggapan bahwa diperlukan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi keefektifan program dalam mencapai tujuan. Dimensi kelembagaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling selanjutnya dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang didalamnya terdapat beberapa aspek yaitu: 1) Siswa, pada aspek siswa terdapat beberapa aspek yaitu a).

Dalam program bimbingan dan konseling, komponen waktu ini kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa aspek, yaitu jadwal dan kegiatan layanan konseling. Kemudian, aspek spasial dapat diartikan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling sebagai mekanisme pemecahan masalah, dimana mengatur sistem vertikal dan horizontal serta sistem komunikasi di dalamnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam layanan bimbingan konseling psikomotor, hal ini mengacu pada dimana siswa dapat mengimplementasikan materi layanan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.

Dimensi dan komponen yang terkait dengan evaluasi model kubus tiga dimensi dengan komponen bimbingan dan konseling menurut Gysbers & Henderson (2012) terdapat pada kurikulum bimbingan dan konseling, perencanaan individu dan layanan responsif yang dalam dimensi model evaluasi terkait. dalam dimensi mengajar. Dukungan sistem komponen bimbingan dan konseling terkait dengan dimensi kelembagaan dalam model evaluasi kubus tiga dimensi, dimana dalam sistem dukungan ini terdapat peran sekolah dan stakeholder yang memberikan dukungan terhadap layanan konseling. Model evaluasi kubus tiga dimensi merupakan salah satu model evaluasi yang tepat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum atau program pengajaran di sekolah.

Berdasarkan model evaluasi ini yang terdiri dari dimensi Instructional (pembelajaran), Institutional (kelembagaan) dan Behavioral (perilaku). Dimensi kelembagaan (institusional), bahwa program layanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan analisis kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan dan/atau harapan sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling. Begitu juga dengan layanan bimbingan dan konseling, pelaksanaan layanan akan diakhiri dengan evaluasi proses dan hasil yang akan melibatkan tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan pemaparan di atas, menjadi argumentasi dari peneliti bahwa model evaluasi kubus tiga dimensi dianggap tepat digunakan untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.

Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling

Pengertian mutu menurut pabrikan adalah kesesuaian dengan spesifikasi, dalam hal ini memberikan toleransi tertentu yang ditentukan untuk dimensi kritis dari setiap bagian yang diproduksi. Selanjutnya Armstrong & Kotler (2017) Service quality adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengarah pada kepemilikan apapun. Dalam konteks bimbingan dan konseling, kualitas layanan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari segi kepuasan klien (siswa) sebagai orang yang menggunakan atau sedang menggunakan layanan tersebut.

Jika siswa merasa terlayani dengan baik permasalahannya, maka siswa merasa puas dan termotivasi untuk memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling. Gronnos dalam (Tjiptono, 2004) menyatakan bahwa ada enam dimensi untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu profesionalisme, sikap dan perilaku, mudah diakses dan fleksibel, andal/dapat diandalkan/dapat diandalkan, pemulihan, reputasi dan kredibilitas. Maryam dalam (Mudjijanti, 2022) menyatakan bahwa kualitas layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari kepuasan klien (mahasiswa) dapat dianggap sebagai orang yang menggunakan atau sedang menggunakan layanan tersebut.

Jika siswa merasa terlayani dengan baik dengan permasalahannya, maka mereka merasa puas dan termotivasi untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

Penelitian dan Pengembangan R & D

Hal-hal yang dipelajari berkaitan dengan masalah, pengukuran kebutuhan, analisis skala kecil, penyusunan dan pengembangan kerangka berpikir. Peneliti menentukan tujuan kemudian merumuskan keterampilan yang berkaitan dengan masalah, tujuan yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam setiap langkah, rancangan dan langkah penelitian yang dilakukan. Hal yang perlu dipersiapkan adalah komponen pendukung produk yang akan dihasilkan kemudian menyiapkan referensi untuk dijadikan pedoman seperti buku panduan.

Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan tahap awal yang melibatkan 1 sampai 3 sekolah dengan minimal 6–12 subjek. Tujuan uji coba yang dilakukan pada kelompok terbatas adalah untuk memperoleh informasi tentang keefektifan produk. Peneliti melakukan perbaikan jika perlu, dan jika produk sudah siap, maka dapat dilakukan pengujian dalam fase yang lebih luas.

Tahap ini merupakan uji coba utama dimana peneliti melakukan uji coba dengan 5 sampai 15 sekolah. Tujuan pada tahap ini adalah untuk melihat apakah produk yang dihasilkan sudah siap digunakan. Peneliti melakukan tahap penyempurnaan akhir dari produk yang dikembangkan untuk menghasilkan produk akhir atau jadi.

Berdasarkan penjelasan model penelitian dan pengembangan Borg & Gall di atas, dapat diuraikan sebagai berikut.

Penelitian Yang Relevan

Pentingnya penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada kesamaan topik yaitu pengembangan model evaluasi program BK secara komprehensif, sedangkan perbedaan penelitian pengembangan ini adalah model evaluasi yang digunakan adalah CIPP. model evaluasi. Pentingnya topik penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada evaluasi program Bimbingan dan Konseling, sedangkan perbedaan penelitian pengembangan yang dilakukan tidak pada pengembangan model evaluasi tetapi hanya pada pengembangannya. instrumen evaluasi program. Nugraha & Suwarjo (2016) melakukan penelitian pengembangan yaitu Model Evaluasi Komprehensif Program Bimbingan dan Konseling di SMP.

Relevansi topik penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan model evaluasi program bimbingan dan konseling sedangkan perbedaan penelitian pengembangan yang dilakukan adalah pada model evaluasi program yang dikembangkan dimana penelitian ini menggunakan model MEASURE . Relevansi topik penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah evaluasi program bimbingan dan konseling sedangkan perbedaan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan bukan merupakan penelitian pengembangan melainkan hanya evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan model evaluasi perbedaan. 2017) melakukan penelitian untuk mengevaluasi dimensi instruksional, kelembagaan, dan perilaku. Relevansi topik penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model evaluasi kubus tiga dimensi untuk evaluasi program sementara.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada hasil akhir yaitu instrumen evaluasi produk program bimbingan dan konseling. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini tidak mengevaluasi objeknya yaitu program bimbingan dan konseling, serta tidak menggunakan model evaluasi tertentu. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada bagian evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tentang kesamaan pokok bahasan yaitu evaluasi program konseling, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah tidak menggunakan model evaluasi tertentu, hanya berupa survei, kemudian data yang diperoleh diolah dengan SPSS. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tentang kesamaan pokok bahasan yaitu evaluasi program konseling, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah tidak menggunakan model evaluasi tertentu, hanya berupa survei, kemudian data yang diperoleh diolah dengan SPSS. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada kesamaan subjek yaitu penelitian ini merupakan evaluasi, sedangkan perbedaan penelitian ini pada subjek yang dievaluasi yaitu penggunaan bimbingan dan konseling dan penelitian ini melakukan tidak menggunakan model evaluasi tertentu.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian selanjutnya. dilakukan kesamaan pokok bahasan yaitu pengembangan model evaluasi dan penyusunan alat evaluasi program bimbingan dan konseling, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada model evaluasi yang dikembangkan, pada penelitian ini model evaluasi yang digunakan adalah Model evaluasi CSE -UCLA. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan kesamaan mata pelajaran yaitu penelitian pengembangan program bimbingan dan konseling, serta pembuatan software untuk evaluasi program bimbingan dan konseling. Utami (2020) melakukan studi literatur untuk melihat evaluasi bimbingan dan konseling karir melalui model evaluasi Bridge.

Referensi

Dokumen terkait

In this course, students carry out a project cycle, starting from setting project initiation to project closing online, each home group is free to use any application to discuss,

When the learning went online due to the Covid- 19 pandemic, teachers, students, Indonesian Language for Foreign Speakers class organizers, and the Indonesian Embassy