Departemen yang bertanggung jawab melakukan pemurnian dan pencelupan berbagai jenis kain greige menjadi kain jadi (putih) yang siap didistribusikan ke konsumen.
Proses Produksi PT. Sukuntex-Spinning
Proses carding diawali dengan menghilangkan kotoran-kotoran kecil pada kain katun, kemudian serat-serat pendek diletakkan dan serat-serat kapas diluruskan. Dari hasil proses carding atau penyaringan ini menghasilkan bahan awal berupa benang yang disebut. Dalam kegiatan produksi pada bagian drawing, PT Sukuntex-Spinning selanjutnya membagi proses produksi menjadi 2 bagian utama.
Pada dasarnya masing-masing bagian tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam proses pengolahan benang, yang akan dijelaskan sebagai berikut. Pada proses pemecahan draf terdapat tiga tahapan proses yaitu dimulai dari penyiapan atau ekstraksi kapas, penggandaan yaitu penggandaan 8 atau 7 kaleng kartu serpihan menjadi satu kaleng serpihan, dan pencampuran, dimana ketiganya proses dilakukan pada saat yang bersamaan. Tujuan dari ketiga proses tersebut adalah untuk memperoleh piringan yang lebih homogen atau mempunyai serat yang sejajar.
Setelah proses blending selesai, potongan 2 kemudian dikerjakan untuk menyelesaikan gambar untuk mendapatkan potongan karakter yang lebih kecil. Gambar ini hampir sama fungsinya dengan gambar saklar, namun perbedaannya terletak pada hasil penggalannya yaitu gambar b mempunyai karakter yang lebih kecil dibandingkan sketsa 2 dari gambar A. Dua kali pengolahan ini terdiri dari penggandaan, yang pertama adalah hasil dari mencampurkan beberapa potongan hasil proses penenunan pada draw switch, kemudian potongan hasil draw switch digabungkan kembali dengan finishing gambar, dan kisi-kisi yang dihasilkan jauh lebih kecil dari sebelumnya sehingga menghasilkan “break 3”.
Pada tahap pembuatannya dilakukan drawing untuk memperoleh potongan-potongan yang bentuknya lebih kecil, sedangkan pada tahap puntiran dilakukan puntiran. Dari proses ring spinning ini dilakukan pengolahan berupa pengecilan ukuran benang roving hingga menghasilkan benang roving dengan ukuran lebih kecil dan sudah dipelintir menjadi bentuk benang atau palet. Bagian pengemasan ini merupakan langkah terakhir dalam proses produksi benang sebelum benang didistribusikan ke konsumen.
Sebelum produk benang dikemas terlebih dahulu dilakukan proses kendali mutu dan penimbangan benang untuk menilai kesesuaian hasil produksi dengan mutu produk. Namun apabila ditemukan cone yang tidak memenuhi standar berat maka dikembalikan ke mesin pembungkus untuk ditambahkan. Untuk benang yang mempunyai warna yang sesuai kemudian dikelompokkan dan dilakukan proses packing sesuai dengan Ne benang tersebut.
Hasil Produksi PT. Sukuntex - Spinning
Benang 12s merupakan salah satu produk benang PT Sukuntex-Spinning yang umumnya digunakan sebagai bahan baku produksi jeans. Untuk membedakan benang 12 dengan benang lainnya dari segi kemasannya, ujung kerucut benang 12 diwarnai dengan warna hijau dan kemasan kantongnya dilapisi dengan rafia hijau. Benang 16s merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh PT Sukuntex Spinning dan banyak digunakan sebagai bahan baku produk handuk.
Untuk membedakan benang 16 dengan benang lain dalam kemasannya, ujung benang 16 kerucut diberi warna kuning, dan kemasan dalam kantong dilengkapi dengan tali rafia kuning. Benang 16s ini juga termasuk dalam kelompok benang yang hanya diproduksi jika kontrak telah disepakati dengan perusahaan tol. Benang 20's merupakan produk ketiga yang diproduksi oleh PT Sukuntex Spinning dan juga menjadi bahan baku produk handuk.
Pada dasarnya benang-benang yang diproduksi Sukuntex memiliki ciri-ciri yang sama jika dilihat secara kasat mata, namun jika dilihat melalui kaca akan terlihat perbedaan karakternya. Untuk membedakan benang 20's dengan benang lainnya, ujung kerucut benang 20's dicat putih dan kemasan tasnya dilengkapi dengan tali rafia berwarna merah. Benang 30s merupakan salah satu benang produksi PT Sukuntex - Spinning dan biasa digunakan sebagai bahan baku kain batik.
Untuk membedakan benang 30's dengan benang lainnya, ujung kerucut benang 30's dicat dengan warna biru muda dan pada kemasan tas dilengkapi dengan tali rafia berwarna hitam. Benang 40's merupakan salah satu hasil pemintalan PT Sukuntex yang umumnya sama dengan benang 30's yang digunakan sebagai bahan baku produksi barang batik. Untuk membedakan benang 40 dengan benang lainnya, ujung kerucut benang 40 dicat biru tua, dan kemasan di dalam tas dihiasi dengan rafia hitam dan merah.
Benang 40's ini jarang diproduksi terus menerus kecuali ada pesanan dari konsumen karena biaya operasionalnya jauh lebih tinggi dan kualitas kapas untuk membuat benang jenis ini harus benar-benar bagus.
Ketenagakerjaan
Kategorisasi Karyawan
Merupakan status pegawai yang menerima gaji atau gaji pokok seminggu sekali menurut perhitungan kehadiran, dengan sistem penggajian yang dilakukan secara manual (tunai/tunai) seminggu sekali yaitu hari Kamis. Bagi pegawai yang melakukan perundingan bersama merupakan bagian dari kelompok pegawai harian yaitu sistem penggajian dilakukan seminggu sekali terhitung sejak mereka masuk kerja. Sistem penggajiannya juga tidak jauh berbeda dengan pegawai tetap, yang masih menggunakan sistem manual (tunai/tunai) dan dilakukan setiap hari Kamis setiap minggunya.
Peraturan Kerja Karyawan .1 Jam Kerja
- Jadwal Jam Kerja a. Day shift (non shift)
Kesejahteraan Karyawan a. Cuti
Meski demikian, produksi tetap harus berjalan dan mesin dalam keadaan baik, namun pelaksanaannya diatur secara bergiliran oleh masing-masing ketua tim untuk meminimalisir gangguan produksi. Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan dalam bentuk sejumlah uang yang besarnya disesuaikan dengan kemungkinan dan kebijakan perusahaan, serta dibayarkan sebelum hari raya keagamaan pada waktu yang sama, dengan memperhatikan lamanya. pelayanan pegawai/karyawan. Perusahaan menyediakan fasilitas berupa jaminan kecelakaan kerja kepada setiap karyawan tetap, apabila suatu kejadian terjadi setelah bekerja pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka segala macam akibat yang terjadi selanjutnya di luar tanggung jawab perusahaan sebagaimana diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. . .
Bonus jenis ini diberikan secara berkala oleh perusahaan kepada seluruh karyawannya, baik kontrak maupun tetap, yang didasarkan pada setiap hari libur besar nasional dengan nilai nominal yang sama dengan gaji pokok karyawan. Pendapatan yang diperoleh perusahaan adalah setengah dari gaji pokok karena adanya gangguan pada proses produksi yang mengharuskan separuh atau seluruh karyawan diberhentikan sementara dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan kondisi situasi perusahaan. Suatu bentuk penghargaan atau remunerasi yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawan pada setiap akhir tahun, berupa kompensasi berupa sejumlah uang berdasarkan senioritas karyawan dan diatur sesuai dengan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
Hal ini juga merupakan wujud rasa terima kasih perusahaan terhadap karyawan yang telah memiliki semangat loyalitas tinggi dalam bekerja. Salah satu bentuk jaminan yang diberikan perusahaan kepada setiap karyawan tetapnya adalah berupa program kesehatan yang wajib dilaksanakan dan keberadaannya diatur langsung oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sukuntex berupa penyediaan fasilitas poliklinik yang dikelola oleh dokter dan perawat, atau sekadar memberikan tunjangan kesehatan yang dapat digunakan untuk mengakses pengobatan kepada dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
Ketentuan ini diberikan dengan tujuan untuk menghilangkan keharusan bagi karyawan untuk membeli makanan di luar perusahaan yang dapat mengganggu jam produktivitas perusahaan. Sukuntex mempunyai budaya organisasi yang unik dan khas yang tidak dimiliki perusahaan lain, berupa penempatan hari libur dalam penanggalan Jawa, khususnya Rabu Kliwon dan Kamis Pon. Rabu Kliwon dan Kamis Pon diperingati sebagai hari meninggalnya pendiri Sukun Group yaitu Bapak McWartono dan istrinya.
Mendekati Rabu Kliwon atau Kamis Pon, maka seluruh kegiatan produksi dihentikan dari hari sebelumnya mulai pukul 14.00 s/d Rabu Kliwon / Kamis Pon pukul 12.00. Sukuntex lainnya adalah budaya no-PHK yaitu tidak adanya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan, terutama yang sudah memasuki usia non-produktif. Perusahaan memberi mereka kelonggaran bekerja sampai usia karyawan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan yang ditetapkan.
Identitas Responden
- Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
- Identitas Responden Berdasarkan Umur
- Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
- Identitas Responden Berdasarkan Status Marital
- Identitas Responden Berdasarkan Kepemilikan Anak
- Identitas Responden Berdasarkan Lama Bekerja
- Identitas responden Berdasarkan Posisi Pekerjaan
Gender dalam dunia kerja seringkali diyakini mempengaruhi tugas dan tanggung jawab yang akan diemban seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pendataan terkait gender ini bertujuan untuk melihat perbandingan jumlah pekerja kontrak laki-laki dan perempuan yang bekerja di PT. Berbekal data yang telah diperoleh dan diolah, maka hasil identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh pada Tabel 2.1 sebagai berikut.
Berdasarkan data yang diolah pada Tabel 2.1 di atas, terlihat bahwa akumulasi responden perempuan kontrak menempati posisi dominan di perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 93 orang dengan persentase sebesar 88,6% dibandingkan dengan responden karyawan laki-laki yang hanya mempunyai 12 orang. menghitung karyawan. karyawan atau hanya 11,4% dari total jumlah responden. Dominasi pekerja kontrak perempuan ini didasari oleh pertimbangan perusahaan bahwa pegawai perempuan dinilai lebih rajin, disiplin, dan rapi dalam menjalankan pekerjaannya dibandingkan pegawai laki-laki. Identifikasi terkait usia ini bertujuan untuk mengetahui secara implisit rata-rata usia responden yang teridentifikasi sebagai karyawan kontrak oleh PT.
Berdasarkan hasil Tabel 2.2 diatas diperoleh informasi bahwa dari 105 responden karyawan kontrak, mayoritas karyawan yang bekerja di PT. Berdasarkan hasil tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa dari 105 responden yang diteliti, tingkat pendidikan menengah mendominasi tingkat pendidikan yang berhasil dicapai oleh karyawan kontrak PT. Data tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan SMA merupakan jenjang kualifikasi terbaik yang diperlukan untuk menunjang produktivitas produksi di PT.Sukuntex Unit Spinning.
Dari 105 data responden yang diamati, berikut akumulasi data status perkawinannya, seperti terlihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Sukuntex-Spinning yang menikah berjumlah 91 orang atau 86,7% dari total sampel, dibandingkan pekerja kontrak berstatus lajang yang berjumlah hanya 14 orang atau 13,3. Berdasarkan data Tabel 2.5 diatas diperoleh hasil sebagian besar responden merupakan karyawan kontrak PT.
Berbekal data yang telah diperoleh dan diolah, maka hasil identifikasi responden berdasarkan masa kerja diperoleh pada tabel 2.6 berikut ini. Sukuntex-Spinning didominasi oleh pekerja dengan masa kerja 7-9 tahun dengan kontribusi persentase tertinggi yaitu 52,4% atau setara dengan 55 pekerja. Berdasarkan identifikasi masa kerja tersebut, secara tidak langsung dapat diketahui bahwa adanya kepentingan dalam rangka pergantian karyawan kontrak di PT.
Sukuntex-Spinning tergolong rendah karena tercermin dari masa kerja karyawan yang relatif panjang sehingga loyalitas terhadap perusahaan dapat dikatakan tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, kelompok responden berikut disajikan pada tabel 2.7 di bawah ini menurut pekerjaannya.